AI Diklaim Bisa Mengetahui Orang yang Sudah Mati Masuk Surga atau Neraka
Senin, 29 Juli 2024 - 19:13 WIB
LONDON - Seorang wanita bernama Christi Angel mengklaim bahwa ia telah menggunakan chatbot AI untuk "menghidupkan kembali" teman dekatnya Cameroun Scruggs yang telah meninggal. Bahkan wanita ini mengklaim temannya berada di neraka.
AI ini, yang seharusnya memberikan kenyamanan, justru memberikan informasi yang sangat mengejutkan dan mengganggu, yaitu bahwa teman wanitanya itu berada di neraka.
Ekspektasi vs Realitas: Chatbot AI ini diharapkan dapat memberikan dukungan emosional dan membantu proses berduka.
Namun, hasilnya justru sebaliknya. Ini menunjukkan adanya kesenjangan antara harapan dan realitas dalam penggunaan teknologi AI untuk tujuan yang sangat personal dan sensitif.
AI, se cerdas apapun, masih merupakan sebuah program komputer. Ia tidak memiliki kemampuan untuk memahami secara mendalam konsep-konsep abstrak seperti kematian, jiwa, atau keberadaan setelah kematian. Informasi yang diberikan AI kemungkinan besar adalah hasil dari pemrosesan data yang ada dan tidak didasarkan pada pemahaman yang sebenarnya.
Pengalaman ini dapat menimbulkan dampak psikologis yang sangat negatif bagi wanita tersebut. Informasi yang diberikan AI dapat memperburuk kesedihannya dan memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang sulit dijawab.
Kasus ini menggarisbawahi pentingnya mempertimbangkan aspek etika dalam pengembangan AI, terutama yang berkaitan dengan penggunaan AI dalam konteks yang sangat sensitif seperti duka cita.
Cerita ini menyajikan sebuah gambaran yang kompleks tentang interaksi manusia dengan teknologi. Di satu sisi, teknologi menawarkan potensi besar untuk membantu kita mengatasi tantangan hidup. Namun, di sisi lain, teknologi juga dapat menimbulkan masalah baru yang tidak kita duga sebelumnya.
Cerita Christi Angel dan Cameroun Scruggs memang sangat menyentuh dan sekaligus mempertanyakan batas-batas teknologi. Keinginan untuk tetap terhubung dengan orang yang kita cintai, bahkan setelah mereka tiada, adalah hal yang sangat manusiawi. Namun, ketika teknologi mencoba mengisi kekosongan yang begitu mendalam, seringkali muncul pertanyaan etis dan psikologis yang kompleks.
AI ini, yang seharusnya memberikan kenyamanan, justru memberikan informasi yang sangat mengejutkan dan mengganggu, yaitu bahwa teman wanitanya itu berada di neraka.
Ekspektasi vs Realitas: Chatbot AI ini diharapkan dapat memberikan dukungan emosional dan membantu proses berduka.
Namun, hasilnya justru sebaliknya. Ini menunjukkan adanya kesenjangan antara harapan dan realitas dalam penggunaan teknologi AI untuk tujuan yang sangat personal dan sensitif.
AI, se cerdas apapun, masih merupakan sebuah program komputer. Ia tidak memiliki kemampuan untuk memahami secara mendalam konsep-konsep abstrak seperti kematian, jiwa, atau keberadaan setelah kematian. Informasi yang diberikan AI kemungkinan besar adalah hasil dari pemrosesan data yang ada dan tidak didasarkan pada pemahaman yang sebenarnya.
Pengalaman ini dapat menimbulkan dampak psikologis yang sangat negatif bagi wanita tersebut. Informasi yang diberikan AI dapat memperburuk kesedihannya dan memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang sulit dijawab.
Kasus ini menggarisbawahi pentingnya mempertimbangkan aspek etika dalam pengembangan AI, terutama yang berkaitan dengan penggunaan AI dalam konteks yang sangat sensitif seperti duka cita.
Cerita ini menyajikan sebuah gambaran yang kompleks tentang interaksi manusia dengan teknologi. Di satu sisi, teknologi menawarkan potensi besar untuk membantu kita mengatasi tantangan hidup. Namun, di sisi lain, teknologi juga dapat menimbulkan masalah baru yang tidak kita duga sebelumnya.
Cerita Christi Angel dan Cameroun Scruggs memang sangat menyentuh dan sekaligus mempertanyakan batas-batas teknologi. Keinginan untuk tetap terhubung dengan orang yang kita cintai, bahkan setelah mereka tiada, adalah hal yang sangat manusiawi. Namun, ketika teknologi mencoba mengisi kekosongan yang begitu mendalam, seringkali muncul pertanyaan etis dan psikologis yang kompleks.
(wbs)
tulis komentar anda