BlackBerry Pilih Perbanyak Aplikasi Lokal
A
A
A
JAKARTA - Merujuk pada rencana pemerintah membuat aturan mewajibkan smartphone berteknologi 4G LTE di Indonesia, memenuhi syarat Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) sebesar 40%, BlackBerry Limited memiliki solusi tersendiri. Perusahaan berbasis di Waterloo ini akan memperbanyak aplikasi lokal.
Tujuannya tidak lain, yakni untuk meningkatkan skill orang Indonesia. Sebagai pemenuhan TKDN 40% ada dua hardware dan software.
"Tapi kita lebih tertarik ke software-nya. Karena software itu punya potensi kuat untuk bisa nge-drive kekuatan bangsa ini agar semakin lebih pintar. Teman-teman juga sudah tahu, orang-orang yang paling kaya di dunia dari software semua," jelas Managing Director BlackBerry Indonesia, Sofran Irchammi.
Karena aturan untuk saat ini aturan tersebut dalam masa penggodokan, BlackBerry berharap jika saat mendefinisikan kandungan lokal, jangan sampai fokusnya beralih ke hardware.
"Saya yakin pemerintah juga akan bijaksana melihatnya, karena enggak mungkin kan. Pabrik mana di Indonesia yang mampu supply kandungan lokal sebanyak itu," ujar Sofran.
Dia berandai-andai, jika pemerintah men-define langsung 40%, bisa menyebabkan produksi macet. Sofran juga meminta, agar penentuan nanti, hendaknya pemerintah akan lebih merinci, misalnya kardus 1%, baterai berapa persen, kabel data berapa persen, software berapa persen. "Intinya kita komitmen terhadap peratuan tersebut," bebernya.
Di tempat yang sama, Director Goverment Relations BlackBerry Indonesia, Kusuma Lienandjaja menyatakan, pihaknya belum mengetahui apa saja define dalam TKDN 40% tersebut. "Untuk TKDN 40% sendiri kita masih belum tahu, karena kan untuk mengkalkulasinya seperti apa. Apakah aplikasi itu sendiri masuknya ke TKDN, investasi kita ke BlackBerry Center apakah itu bisa masuk ke TKDN, dan dari dulu investasi kita sudah di situ untuk develope aplikasi," katanya.
Dia melihat, bahwa aplikasi merupakan salah satu brandwear yang sangat penting untuk ekonomi. Karena berfungsi untuk mengedukasi entrepreneur agar membuat aplikasi secara mandiri.
"Kalau kita melihat ke depan, TKDN investasinya itu ke brandwear, jadi untuk manifacturing kita belum lihat. Karena dari segi volume kan, kita enggak seperti yang lain, jadi untuk membangun manufacturing pabrik di sini kita belum ada," tutur Kusuma.
Biar bagaimanapun dia meyakini, perusahaan aware mengenai regulasi yang jadi wacana pemerintah. Untuk itu, tim BlackBerry terus berdiskusi dengan pemerintah.
"Intinya kita mendukung TKDN. Dua minggu lalu malah Chief Leader Officers BlackBerry datang dari Kanada, spesial untuk bertemu dengan Kominfo pak Rudiantara, langsung berbicara mengenai fokusnya ke TKDN dan pak Menteri sangat setuju bahwa aplikasi dan software itu harus dikembangkan di Indonesia," ungkap Kusuma.
Belakangan ini juga semakin banyak penggiat application developer yang terus dikembangkan. "Kita ikut aja aturan pemerintah seperti apa, dan sudah tentu dalam memutuskannya pemerintah akan melihat dari semua sisi baik dari goverment, user, kemudian dari pelaku-pelaku bisnis," tandasnya.
(Baca: BlackBerry Sambut Baik Soal Aturan TKDN 40%)
Tujuannya tidak lain, yakni untuk meningkatkan skill orang Indonesia. Sebagai pemenuhan TKDN 40% ada dua hardware dan software.
"Tapi kita lebih tertarik ke software-nya. Karena software itu punya potensi kuat untuk bisa nge-drive kekuatan bangsa ini agar semakin lebih pintar. Teman-teman juga sudah tahu, orang-orang yang paling kaya di dunia dari software semua," jelas Managing Director BlackBerry Indonesia, Sofran Irchammi.
Karena aturan untuk saat ini aturan tersebut dalam masa penggodokan, BlackBerry berharap jika saat mendefinisikan kandungan lokal, jangan sampai fokusnya beralih ke hardware.
"Saya yakin pemerintah juga akan bijaksana melihatnya, karena enggak mungkin kan. Pabrik mana di Indonesia yang mampu supply kandungan lokal sebanyak itu," ujar Sofran.
Dia berandai-andai, jika pemerintah men-define langsung 40%, bisa menyebabkan produksi macet. Sofran juga meminta, agar penentuan nanti, hendaknya pemerintah akan lebih merinci, misalnya kardus 1%, baterai berapa persen, kabel data berapa persen, software berapa persen. "Intinya kita komitmen terhadap peratuan tersebut," bebernya.
Di tempat yang sama, Director Goverment Relations BlackBerry Indonesia, Kusuma Lienandjaja menyatakan, pihaknya belum mengetahui apa saja define dalam TKDN 40% tersebut. "Untuk TKDN 40% sendiri kita masih belum tahu, karena kan untuk mengkalkulasinya seperti apa. Apakah aplikasi itu sendiri masuknya ke TKDN, investasi kita ke BlackBerry Center apakah itu bisa masuk ke TKDN, dan dari dulu investasi kita sudah di situ untuk develope aplikasi," katanya.
Dia melihat, bahwa aplikasi merupakan salah satu brandwear yang sangat penting untuk ekonomi. Karena berfungsi untuk mengedukasi entrepreneur agar membuat aplikasi secara mandiri.
"Kalau kita melihat ke depan, TKDN investasinya itu ke brandwear, jadi untuk manifacturing kita belum lihat. Karena dari segi volume kan, kita enggak seperti yang lain, jadi untuk membangun manufacturing pabrik di sini kita belum ada," tutur Kusuma.
Biar bagaimanapun dia meyakini, perusahaan aware mengenai regulasi yang jadi wacana pemerintah. Untuk itu, tim BlackBerry terus berdiskusi dengan pemerintah.
"Intinya kita mendukung TKDN. Dua minggu lalu malah Chief Leader Officers BlackBerry datang dari Kanada, spesial untuk bertemu dengan Kominfo pak Rudiantara, langsung berbicara mengenai fokusnya ke TKDN dan pak Menteri sangat setuju bahwa aplikasi dan software itu harus dikembangkan di Indonesia," ungkap Kusuma.
Belakangan ini juga semakin banyak penggiat application developer yang terus dikembangkan. "Kita ikut aja aturan pemerintah seperti apa, dan sudah tentu dalam memutuskannya pemerintah akan melihat dari semua sisi baik dari goverment, user, kemudian dari pelaku-pelaku bisnis," tandasnya.
(Baca: BlackBerry Sambut Baik Soal Aturan TKDN 40%)
(dyt)