ISIS Tarik Pendukung Lewat 46.000 Akun di Twitter

Senin, 09 Maret 2015 - 08:54 WIB
ISIS Tarik Pendukung...
ISIS Tarik Pendukung Lewat 46.000 Akun di Twitter
A A A
SAN FRANCISCO - Kelompok teroris satu ini memang dikenal kerap menggunakan media sosial dalam berkomunikasi. Sangking aktifnya, dalam waktu 'hanya' empat bulan dari September hingga Desember 2014, ISIS telah memiliki pendukung mencapai 46.000 akun di Twitter dan menggunakannya untuk perekrutan anggota baru.

Dikutip dari Cnet, Senin (9/3/2015), hal tersebut diketahui dari sebuah studi baru (pdf) yang dirilis minggu ini oleh Brookings Institute. Tampaknya, ISIS telah mengeksploitasi media sosial, dan paling terkenal adalah Twitter.

"Melalui jejaring sosial tersebut, kelompok teroris ini mengirim propaganda dan pesan ke dunia dan untuk menarik orang-orang yang rentan terhadap radikalisasi," ujar penulis studi tersebut, JM Berger dan Jonathan Morgan dalam sebuah laporan. Kelompok ini menggunakan media sosial untuk menarik anggota baru dan menginspirasi serangan aktor tunggal.

Inti dari media sosial adalah menghubungkan satu sama lain untuk bertukar pikiran dan informasi. Dan hal ini yang membuat situs seperti Facebook, Twitter dan YouTube menjadi platform sempurna untuk teroris dalam menyebarkan jangkauan mereka.

ISIS dikenal sebagai salah satu kelompok teroris paling brutal di dunia. Dalam laporannya, Brookings menyampaikan bagaimana ISIS menggunakan Twitter dan seberapa jauh mereka mampu melemparkan masukan mereka melalui jaringan sosial.

Selain 46.000 akun Twitter yang berhubungan dengan pendukung ISIS, penelitian ini juga dapat menemukan dari mana saja asal akun tersebut. Antara lain adalah Suriah, Irak, Arab Saudi, Amerika Serikat dan Mesir.

Sebagian besar akun yang digunakan adalah bahasa Arab sebagai bahasa utama mereka. Satu dari lima akun menggunakan bahasa Inggris, sebagai bahasa utama mereka.

Akun ini diidentifikasi Brookings memiliki rata-rata sekitar 1.000 pengikut masing-masing. Selain itu, tercatatkan terjadi komunikasi lebih dari 50 pesan per hari, membuat mereka lebih aktif daripada akun Twitter biasa. Akun-akun yang paling populer cenderung menjadi yang paling aktif.

Menurut Brookings, pihak Twitter mengatakan telah menghentikan "ribuan rekening" sejak Oktober 2014. Tetapi sebagai jaringan sosial, rekening alternatif telah dilaporkan muncul kembali.

Laporan beredar di Internet awal pekan ini, bahwa pendukung ISIS mengeluarkan ancaman pembunuhan terhadap karyawan Twitter dan pendiri perusahaan Jack Dorsey, menurut BuzzFeed. Pendukung ini dilaporkan kesal atas penghapusan ribuan akun di Twitter. "Perang virtual Anda pada kami, akan menyebabkan perang nyata," isi salah satu posting secara online yang diduga pendukung ISIS.
(dyt)
Berita Terkait
Twitter Ingatkan Pengguna...
Twitter Ingatkan Pengguna Baca Artikel Dulu Sebelum Retweet
Twitter Hapus Foto yang...
Twitter Hapus Foto yang di Twit Donald Trump
Twitter Akan Blokir...
Twitter Akan Blokir Tautan yang Sebar Ujaran Kebencian
Twitter Matikan Layanan...
Twitter Matikan Layanan SMS Notifikasi
Ingin Jurnalis Langsung...
Ingin Jurnalis Langsung Bikin Berita di Platform X, Elon Musk Lakukan Langkah Ini
Bos Twitter Ingin Pengguna...
Bos Twitter Ingin Pengguna Medsos Bisa Pilih Algoritma Sendiri
Berita Terkini
Stasiun Radio Australia...
Stasiun Radio Australia Tipu' Pendengar Pakai Host AI
13 jam yang lalu
Apple Tunggu Tangan...
Apple Tunggu Tangan Robot untuk Pindahkan iPhone dari China
15 jam yang lalu
Mencekam! Badai Pasir...
Mencekam! Badai Pasir dari 9 Negara Arab Bergeser Menerjang Israel
17 jam yang lalu
Membelah Kegelapan Visual:...
Membelah Kegelapan Visual: Xiaomi A Pro Series 2026: TV Pintar Kelas Sultan, Harga Merakyat!
17 jam yang lalu
Israel Dikepung Badai...
Israel Dikepung Badai Pasir, Langit Jerusalem Berubah Merah Darah
19 jam yang lalu
Spesifikasi Oppo Find...
Spesifikasi Oppo Find N5: Layar Lipat 8 Inci, Kamera Hasselblad, Fast Charging 80W, dan Baterai 5.600 mAh
20 jam yang lalu
Infografis
Jet Tempur F/A-18 AS...
Jet Tempur F/A-18 AS Seharga Rp1 Triliun Hilang di Laut Merah
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved