Inovasi Lahir Lewat Kolaborasi Android dan Windows
A
A
A
DUA sistem operasi berbeda (Android dan Windows), dua perangkat yang sangat berlainan (mobile dan PC) tiba-tiba melebur menjadi satu.
Tahun ini raksasa teknologi membuka diri untuk berkolaborasi demi memugar jurang pembatas antarperangkat, menghadirkan pengalaman yang mulus dan tanpa gangguan (seamless).
Memang ada kejutan besar di acara Samsung Unpacked 2019 di Barclays Center, Brooklyn, New York, bulan lalu. Namun, bukan dari peluncuran lini baru Galaxy Note 10 dan Note 10+ atau dikenalkannya laptop Galaxy Book S dan Galaxy Watch Active2. Kejutan itu datang ketika Samsung President dan CEO IT & Mobile Communications Division DJ Koh memanggil CEO Microsoft Satya Nadella untuk naik ke panggung.
Pengunjung pun heboh, mengapa CEO Microsoft nongol di acara Samsung? Jawabannya adalah kolaborasi. Kehadiran Nadella bertujuan menegaskan perangkat mobile Samsung terbaru yang akan terintegrasi dengan software Windows di PC.
Artinya, pemilik Galaxy Note 10 yang juga menggunakan Windows untuk bekerja bisa berbahagia. Sebab, mereka akan dapat pengalaman serupa saat bekerja di ponsel atau PC. “Di dunia 5G, cloud , dan AI, kami percaya pada masa depan manusia bisa berinteraksi dengan semua perangkat dengan lebih mudah,” kata Nadella.
Ini bukan pertama kalinya Samsung memberi kejutan. Pada 2016 di event Mobile World Congress di Barcelona, CEO Facebook Mark Zuckerberg juga datang ke panggung untuk melakukan demo virtual reality.
Bagi Microsoft, kerja sama ini akan mengisi kekosongan di segmen mobile mereka, mengingat Nadella sudah melempar handuk putih untuk produk Windows Phone dan lebih berfokus ke layanan cloud dan bisnis/korporasi.
Yang dilakukan Samsung dan Microsoft adalah menciptakan sebuah ekosistem perangkat yang seamless layaknya pengguna Apple. Ya , pengguna iPhone, iPad, dan laptop/komputer Mac merasa nyaman karena seperti menggunakan sistem operasi yang sama.
Proses menghubungkan iPhone ke laptop MacBook, misalnya, sangat mudah. Karena itu, pengguna Apple lebih cenderung memilih laptop Mac dibandingkan Windows. Samsung-Microsoft akan menciptakan ekosistem sendiri yang akan menguntungkan pengguna kedua masing-masing produk.
“Layanan dan fitur kedua perusahaan akan terintegrasi sehingga menciptakan ekosistem serupa iPhone dengan Mac,” ujar analis Creative Strategies Carolina Milanesi. Peningkatan produktivitas menjadi hal penting bagi pengguna ponsel maupun PC pada era saat ini.
Karena itu, menurut Nadella, pihaknya berambisi membantu orang lebih produktif di perangkat apa pun dan di mana pun. “Kombinasi software Microsoft dan perangkat ponsel Samsung yang powerful membuat hal itu menjadi kenyataan,” ungkap Nadella.
Samsung memang membundling Galaxy Note 10 dengan aplikasi Link To Windows milik Microsoft. Lewat aplikasi itu, jeroan Galaxy Note 10 dapat langsung di akses di PC. Jadi, ketika di kantor, pengguna tidak perlu beralih dari ponsel ke PC karena kedua perangkat tersebut seolah-olah menyatu.
Apa saja yang bisa dilakukan Galaxy Note 10 setelah terhubung dengan komputer Windows? Dengan Link to Windows, pengguna hanya perlu mencolok Note 10 mereka ke Windows PC dan layar ponsel akan langsung muncul di desktop (mirroring).
Setelahnya, PC pengguna bisa mengakses banyak hal di ponsel seperti yang dilakukan pengguna iPhone di Mac. Misalnya, membaca dan menulis SMS lewat PC, juga mengakses langsung gambar di ponsel lewat komputer mereka.
Selain itu, ke depannya pengguna Note 10 juga bisa menerima dan mengangkat panggilan ponsel di PC. Terpenting, pengguna Note 10 juga akan mendapatkan dukungan dari berbagai software Microsoft, misalnya sinkronisasi otomatis Microsoft OneDrive dari Samsung Gallery.
adi, foto-foto di Galaxy Note 10 akan tersalin otomatis di penyimpanan cloud OneDrive. Kemudian, aplikasi email Outlook Microsoft dan aplikasi produktivitas Office seperti Word, Excel, dan PowerPoint juga ada di Galaxy Note 10 dengan sentuhan khusus, yakni mengoptimalkan fungsi S Pen.
Misalnya, mengintip isi email dengan S Pen tanpa menyentuh layar ponsel. Samsung juga mengenalkan laptop Galaxy Book S yang merupakan hasil kerja sama dengan Microsoft dan Qualcomm.
Sayangnya, laptop seharga USD999 itu tidak akan masuk ke Indonesia. Kolaborasi lain dilakukan Samsung dengan brand Under Armour lewat Galaxy Watch Active2 yang dibanderol USD309. Edisi Under Armour lebih mahal USD30 dibanding versi standarnya, tetapi juga ada sejumlah keunggulan.
Selain dari tampilan fisik seperti warna, juga sudah dibenamkan software yang terintegrasi dengan ekosistem fitness Under Armour, tepatnya sinkronisasi dengan aplikasi MapMyRun. Pengguna Galaxy Watch Active2 edisi Under Armour mendapat keanggotaan aplikasi tersebut selama enam bulan gratis (normalnya USD6 per bulan).
Jam pintar tersebut juga terkoneksi dengan sepatu HOVR milik Under Armour sehingga pengguna bisa mendapatkan data lebih lengkap terkait aktivitas kebugarannya. Meski dikategorikan sebagai sportswear (busana olah raga), Under Armour acap berkolaborasi dengan streetwear seperti Supreme sehingga dikategorikan sebagai produk yang hype. (Danang Arradian)
Tahun ini raksasa teknologi membuka diri untuk berkolaborasi demi memugar jurang pembatas antarperangkat, menghadirkan pengalaman yang mulus dan tanpa gangguan (seamless).
Memang ada kejutan besar di acara Samsung Unpacked 2019 di Barclays Center, Brooklyn, New York, bulan lalu. Namun, bukan dari peluncuran lini baru Galaxy Note 10 dan Note 10+ atau dikenalkannya laptop Galaxy Book S dan Galaxy Watch Active2. Kejutan itu datang ketika Samsung President dan CEO IT & Mobile Communications Division DJ Koh memanggil CEO Microsoft Satya Nadella untuk naik ke panggung.
Pengunjung pun heboh, mengapa CEO Microsoft nongol di acara Samsung? Jawabannya adalah kolaborasi. Kehadiran Nadella bertujuan menegaskan perangkat mobile Samsung terbaru yang akan terintegrasi dengan software Windows di PC.
Artinya, pemilik Galaxy Note 10 yang juga menggunakan Windows untuk bekerja bisa berbahagia. Sebab, mereka akan dapat pengalaman serupa saat bekerja di ponsel atau PC. “Di dunia 5G, cloud , dan AI, kami percaya pada masa depan manusia bisa berinteraksi dengan semua perangkat dengan lebih mudah,” kata Nadella.
Ini bukan pertama kalinya Samsung memberi kejutan. Pada 2016 di event Mobile World Congress di Barcelona, CEO Facebook Mark Zuckerberg juga datang ke panggung untuk melakukan demo virtual reality.
Bagi Microsoft, kerja sama ini akan mengisi kekosongan di segmen mobile mereka, mengingat Nadella sudah melempar handuk putih untuk produk Windows Phone dan lebih berfokus ke layanan cloud dan bisnis/korporasi.
Yang dilakukan Samsung dan Microsoft adalah menciptakan sebuah ekosistem perangkat yang seamless layaknya pengguna Apple. Ya , pengguna iPhone, iPad, dan laptop/komputer Mac merasa nyaman karena seperti menggunakan sistem operasi yang sama.
Proses menghubungkan iPhone ke laptop MacBook, misalnya, sangat mudah. Karena itu, pengguna Apple lebih cenderung memilih laptop Mac dibandingkan Windows. Samsung-Microsoft akan menciptakan ekosistem sendiri yang akan menguntungkan pengguna kedua masing-masing produk.
“Layanan dan fitur kedua perusahaan akan terintegrasi sehingga menciptakan ekosistem serupa iPhone dengan Mac,” ujar analis Creative Strategies Carolina Milanesi. Peningkatan produktivitas menjadi hal penting bagi pengguna ponsel maupun PC pada era saat ini.
Karena itu, menurut Nadella, pihaknya berambisi membantu orang lebih produktif di perangkat apa pun dan di mana pun. “Kombinasi software Microsoft dan perangkat ponsel Samsung yang powerful membuat hal itu menjadi kenyataan,” ungkap Nadella.
Samsung memang membundling Galaxy Note 10 dengan aplikasi Link To Windows milik Microsoft. Lewat aplikasi itu, jeroan Galaxy Note 10 dapat langsung di akses di PC. Jadi, ketika di kantor, pengguna tidak perlu beralih dari ponsel ke PC karena kedua perangkat tersebut seolah-olah menyatu.
Apa saja yang bisa dilakukan Galaxy Note 10 setelah terhubung dengan komputer Windows? Dengan Link to Windows, pengguna hanya perlu mencolok Note 10 mereka ke Windows PC dan layar ponsel akan langsung muncul di desktop (mirroring).
Setelahnya, PC pengguna bisa mengakses banyak hal di ponsel seperti yang dilakukan pengguna iPhone di Mac. Misalnya, membaca dan menulis SMS lewat PC, juga mengakses langsung gambar di ponsel lewat komputer mereka.
Selain itu, ke depannya pengguna Note 10 juga bisa menerima dan mengangkat panggilan ponsel di PC. Terpenting, pengguna Note 10 juga akan mendapatkan dukungan dari berbagai software Microsoft, misalnya sinkronisasi otomatis Microsoft OneDrive dari Samsung Gallery.
adi, foto-foto di Galaxy Note 10 akan tersalin otomatis di penyimpanan cloud OneDrive. Kemudian, aplikasi email Outlook Microsoft dan aplikasi produktivitas Office seperti Word, Excel, dan PowerPoint juga ada di Galaxy Note 10 dengan sentuhan khusus, yakni mengoptimalkan fungsi S Pen.
Misalnya, mengintip isi email dengan S Pen tanpa menyentuh layar ponsel. Samsung juga mengenalkan laptop Galaxy Book S yang merupakan hasil kerja sama dengan Microsoft dan Qualcomm.
Sayangnya, laptop seharga USD999 itu tidak akan masuk ke Indonesia. Kolaborasi lain dilakukan Samsung dengan brand Under Armour lewat Galaxy Watch Active2 yang dibanderol USD309. Edisi Under Armour lebih mahal USD30 dibanding versi standarnya, tetapi juga ada sejumlah keunggulan.
Selain dari tampilan fisik seperti warna, juga sudah dibenamkan software yang terintegrasi dengan ekosistem fitness Under Armour, tepatnya sinkronisasi dengan aplikasi MapMyRun. Pengguna Galaxy Watch Active2 edisi Under Armour mendapat keanggotaan aplikasi tersebut selama enam bulan gratis (normalnya USD6 per bulan).
Jam pintar tersebut juga terkoneksi dengan sepatu HOVR milik Under Armour sehingga pengguna bisa mendapatkan data lebih lengkap terkait aktivitas kebugarannya. Meski dikategorikan sebagai sportswear (busana olah raga), Under Armour acap berkolaborasi dengan streetwear seperti Supreme sehingga dikategorikan sebagai produk yang hype. (Danang Arradian)
(nfl)