Samsung dan Apple Ambil Untung dari Tekanan AS Terhadap Huawei
A
A
A
CUPERTINO - Huawei saat ini merupakan produsen smartphone terbesar kedua di dunia di belakang Samsung dan di depan Apple. Tetapi karena larangan Pemerintah AS, gelar ini bisa segera copot.
Menurut analis Ming-Chi Kuo, tekanan dari Pemerintah AS membuat pesaing terdekat Huawei yang paling diuntungkan. Diprediksi, pengiriman Huawei bisa turun menjadi hanya 180 juta unit di tahun ini.
Sebelum Google dan banyak perusahaan lain memutuskan hubungan kerja dengan Huawei, analis memperkirakan pabrikan China itu melakukan pengiriman handphone sekitar 270 juta unit hingga akhir 2019.
Jika Huawei berhasil meluncurkan penggantian Android pada Juli nanti, maka skenarionya ada 240-250 juta unit yang siap diserap ke pasaran. Sayangnya, Huawei baru-baru ini mengonfirmasi sistem operasinya sendiri tidak akan siap untuk diluncurkan dalam skala global hingga awal 2020.
Dengan setiap bulan tambahan yang berlalu tanpa peluncuran, penjualan Huawei diperkirakan turun rata-rata 8-10 juta unit. Jika Huawei tidak menjamin sistem operasinya, pada akhir 2019 pengiriman perusahaan dapat berada di antara hanya 180 dan 200 juta unit. Pencapaian yang berpotensi menempatkannya di belakang posisi Apple seperti sebelumnya.Selain pengiriman lebih rendah, Huawei juga menghadapi masalah kepercayaan merek besar-besaran. "Bahkan jika AS membatalkan larangan ekspor, pelanggan tidak dapat kembali dan membeli produk Huawei," kata Kuo.
Larangan terhadap Huawei tentu saja bukan situasi yang positif bagi konsumen, karena kurangnya kompetisi berarti semakin sedikit tekanan pada merek untuk berinovasi. Perusahaan seperti Samsung dan Apple mungkin punya alasan untuk merayakannya secara internal.
Jika Huawei kehilangan pangsa di pasar non-China seperti Eropa dan India seperti yang diperkirakan, ramalan terbarunya menunjukkan Samsung dapat mengirimkan minimal 300 juta ponsel cerdas tahun ini dan maksimal 320 juta unit. Sedangkan Apple diyakini sanggup mengirimkan 290 juta unit perangkatr Apple terbaru.
Menurut analis Ming-Chi Kuo, tekanan dari Pemerintah AS membuat pesaing terdekat Huawei yang paling diuntungkan. Diprediksi, pengiriman Huawei bisa turun menjadi hanya 180 juta unit di tahun ini.
Sebelum Google dan banyak perusahaan lain memutuskan hubungan kerja dengan Huawei, analis memperkirakan pabrikan China itu melakukan pengiriman handphone sekitar 270 juta unit hingga akhir 2019.
Jika Huawei berhasil meluncurkan penggantian Android pada Juli nanti, maka skenarionya ada 240-250 juta unit yang siap diserap ke pasaran. Sayangnya, Huawei baru-baru ini mengonfirmasi sistem operasinya sendiri tidak akan siap untuk diluncurkan dalam skala global hingga awal 2020.
Dengan setiap bulan tambahan yang berlalu tanpa peluncuran, penjualan Huawei diperkirakan turun rata-rata 8-10 juta unit. Jika Huawei tidak menjamin sistem operasinya, pada akhir 2019 pengiriman perusahaan dapat berada di antara hanya 180 dan 200 juta unit. Pencapaian yang berpotensi menempatkannya di belakang posisi Apple seperti sebelumnya.Selain pengiriman lebih rendah, Huawei juga menghadapi masalah kepercayaan merek besar-besaran. "Bahkan jika AS membatalkan larangan ekspor, pelanggan tidak dapat kembali dan membeli produk Huawei," kata Kuo.
Larangan terhadap Huawei tentu saja bukan situasi yang positif bagi konsumen, karena kurangnya kompetisi berarti semakin sedikit tekanan pada merek untuk berinovasi. Perusahaan seperti Samsung dan Apple mungkin punya alasan untuk merayakannya secara internal.
Jika Huawei kehilangan pangsa di pasar non-China seperti Eropa dan India seperti yang diperkirakan, ramalan terbarunya menunjukkan Samsung dapat mengirimkan minimal 300 juta ponsel cerdas tahun ini dan maksimal 320 juta unit. Sedangkan Apple diyakini sanggup mengirimkan 290 juta unit perangkatr Apple terbaru.
(mim)