50 Juta Ancaman Siber Terjadi di Indonesia Sepanjang 2018
A
A
A
JAKARTA - Pada 2018, Kaspersky Lab menemukan lebih dari 50 juta ancaman siber yang menyerang pengguna internet di Indonesia. Ancaman tersebut mengalami peningkatan sebesar 240% dibandingkan 2017.
Faktor tersebut akhirnya menempatkan Indonesia di peringkat ke-20 sebagai negara dengan serangan siber terbanyak tahun lalu, di mana 38,80% pengguna hampir terinfeksi jenis ancaman tersebut.
Secara keseluruham, produk Kaspersky Lab mendeteksi setidaknya 50.025.386 ancaman online pada komputer pengguna Kaspersky Security Network di Indonesia pada 2017, hanya terdapat sekitar 14 juta lebih ancaman yang terdeteksi.
Mayoritas (77.12%) ancaman web pada dua tahun terakhir terdeteksi dari pengguna pribadi, sementara 22.88% dari pengguna bisnis.
“Peningkatan ancaman online di antara 2017 dan 2018 bisa dikatakan sebagai tren global, dimana faktor potensialnya bisa bermacam-macam mulai dari ancaman mobile, banking trojan, penambang koin, adware dan riskware” Ujar Suguru Ishimaru, Peneliti Keamanan di Kaspersky Lab Jepang dalam keterangan tertulisnya, Jumat (26/4/2019).
Ancaman berbasis web merupakan program malware yang dapat menrgetkan seseorang saat menggunkana internet.
Ancaman berbasis browser ini termasuk program perangkat lunak berbahaya yang dirancang untuk menginfeksi komputer korbannya.
Ancaman web juga dapat dipicu oleh kode berbahaya yang tak sengaja diunduh perangkat koputer atau mobile pengguna, yang kemudian membuka kesempatan untuk terjadinya serangan siber.
Dalam hal ancaman lokal maupun infeksi melalui perangkat yang dapat dilepas, Indonesia mencatat 100.000 lebih sedikit insiden pada 2018, yaitu sebanyak 111.522.644 dibandingkan pada 2017 yang mencapai 111.617.104.
Dari peringkat ke-35 pada 2017, kini Indonesia berada di peringkat ke-55 dengan 63.80 persen pengguna terinfeksi ancaman jenis ini.
“Walaupun Indonesia adalah negara kedua dengan infeksi lokal terbanyak di Asia Tenggara, kami masih melihat penurunan ancaman lokal ini sebagai pertanda baik bagi masyarakat," kata Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky Lab.
Yeo menilai bahwa Internet dapat digambarkan sebagai pedang bermata dua. Internet juga menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat, tapi juga merupakan sumber risiko yang semakin meningkat.
"Orang Indonesia dikenal sebagai salah satu pengguna media sosial dan internet paling aktif di seluruh dunia. Ketika kita menjadi lebih tergantung pada manfaat dari World Wide Web, semoga kita menjadi lebih sadar dengan bahaya dan risiko juga," tandasnya
Faktor tersebut akhirnya menempatkan Indonesia di peringkat ke-20 sebagai negara dengan serangan siber terbanyak tahun lalu, di mana 38,80% pengguna hampir terinfeksi jenis ancaman tersebut.
Secara keseluruham, produk Kaspersky Lab mendeteksi setidaknya 50.025.386 ancaman online pada komputer pengguna Kaspersky Security Network di Indonesia pada 2017, hanya terdapat sekitar 14 juta lebih ancaman yang terdeteksi.
Mayoritas (77.12%) ancaman web pada dua tahun terakhir terdeteksi dari pengguna pribadi, sementara 22.88% dari pengguna bisnis.
“Peningkatan ancaman online di antara 2017 dan 2018 bisa dikatakan sebagai tren global, dimana faktor potensialnya bisa bermacam-macam mulai dari ancaman mobile, banking trojan, penambang koin, adware dan riskware” Ujar Suguru Ishimaru, Peneliti Keamanan di Kaspersky Lab Jepang dalam keterangan tertulisnya, Jumat (26/4/2019).
Ancaman berbasis web merupakan program malware yang dapat menrgetkan seseorang saat menggunkana internet.
Ancaman berbasis browser ini termasuk program perangkat lunak berbahaya yang dirancang untuk menginfeksi komputer korbannya.
Ancaman web juga dapat dipicu oleh kode berbahaya yang tak sengaja diunduh perangkat koputer atau mobile pengguna, yang kemudian membuka kesempatan untuk terjadinya serangan siber.
Dalam hal ancaman lokal maupun infeksi melalui perangkat yang dapat dilepas, Indonesia mencatat 100.000 lebih sedikit insiden pada 2018, yaitu sebanyak 111.522.644 dibandingkan pada 2017 yang mencapai 111.617.104.
Dari peringkat ke-35 pada 2017, kini Indonesia berada di peringkat ke-55 dengan 63.80 persen pengguna terinfeksi ancaman jenis ini.
“Walaupun Indonesia adalah negara kedua dengan infeksi lokal terbanyak di Asia Tenggara, kami masih melihat penurunan ancaman lokal ini sebagai pertanda baik bagi masyarakat," kata Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky Lab.
Yeo menilai bahwa Internet dapat digambarkan sebagai pedang bermata dua. Internet juga menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat, tapi juga merupakan sumber risiko yang semakin meningkat.
"Orang Indonesia dikenal sebagai salah satu pengguna media sosial dan internet paling aktif di seluruh dunia. Ketika kita menjadi lebih tergantung pada manfaat dari World Wide Web, semoga kita menjadi lebih sadar dengan bahaya dan risiko juga," tandasnya
(wbs)