CEO Respawn Entertainment, Raja Permainan Battle Royale
A
A
A
VINCE Zampella, CEO Respawn Entertainment, punya jawaban pasti ketika ditanya kunci sukses menghasilkan permainan multiplayer online yang laris manis. Menurutnya, dia dan timnya suka mengejar hal-hal yang menyenangkan.
Dengan begitu, studionya bisa selalu membuat kejutan. Ini terjadi lewat Apex Legends, yakni gim battle royale shooter yang dibuat di semesta Titanfall. Gim free-to-play tersebut langsung mendapat sorotan, yang disebut-sebut lebih baik dari Fortnite, gim online berpenghasilan terbesar di dunia itu.
Vince adalah veteran dari banyak gim shooter, termasuk seri Call of Duty ketika dia bekerja di Infinity Ward. Apex Legends merupakan judul gim pertama yang dirilis Respawn sejak EA membeli studio asal Los Angeles tersebut senilai USD455 juta pada 2017. Di Apex Legends, Vince mengaku tidak mengejar sesuatu. Kepada timnya, dia hanya mengatakan bahwa mereka harus membuat gim yang menyenangkan.
“Saya tidak berusaha merancang Apex Legends agar bisa digunakan untuk e-sports. Walau nyatanya gim ini memang mudah ditonton karena tidak sebesar gim battle royale lainnya (Apex memiliki 60 pemain, dengan tiga pemain di setiap tim),” ungkapnya.
Menurut Vince, pihaknya tidak pernah mengejar angka. “Kami mengejar keseruan. Kami coba dalam skala besar dan skala kecil. Itu akan berubah-ubah seiring waktu. Bisa jadi ke depannya kami akan rilis maps Apex Legends yang besar jika memang seru dan pemain menginginkan hal tersebut. Total 60 pemain dan tim beranggotakan tiga orang menurut kami sudah pas. Rasanya ini kombinasi paling tepat,” ujarnya.
50 Juta Pemain Apex Legends tidak tumbuh meroket pada pekan pertamanya. Tetapi, sampai saat ini pertumbuhannya masih sangat sehat. Respawn dan EA telah mengonfirmasi bahwa gim royale battle itu sekarang memiliki lebih dari 50 juta total pemain di seluruh dunia setelah lebih dari sebulan sejak dirilis. Mereka belum mengungkapkan jumlah pemain online simultan.
Tetapi, pada akhir pekan pertama, ada lebih dari 2 juta orang bermain pada saat yang bersamaan. Apex Legends juga bukannya tanpa masalah. Gim tersebut mengalami crash, selisih hitbox, dan banyak cheater s. Namun, keberhasilan awalnya cukup baik. Bandingkan dengan Fortnite yang memiliki lebih dari 200 juta pemain.
Meski demikian, gim tersebut butuh lebih banyak waktu untuk sampai ke titik itu, termasuk pengguna ponsel. Penghitungan Apex didasarkan pada gamer yang “hanya” menggunakan tiga platform; PS4, Xbox One, dan Windows PC. Apex memang tidak harus mencapai tingkat popularitas Fortnite untuk tetap sukses.
Namun, tetap akan ada tekanan untuk tetap relevan dan mencegah gamer pindah ke judul lain. Gara-gara Apex Legends, saham EA melonjak 16% pada Februari 2019, tepat ketika mereka mengumumkan pencapaian 10 juta pemain dalam tiga hari. Pada Februari 12, saham EA meroket lagi 8% ketika gim itu mencapai 25 juta pemain. Secara tidak langsung, Apex membuat EA lebih kaya.
Apex memiliki ekosistem bagi pemain untuk membeli berbagai item digital yang sebenarnya tidak dibutuhkan untuk bisa menang. Proyek Baru Sukses dengan Apex Legends, ternyata Respawn Entertainment sudah punya proyek baru. Yang utama adalah Star Wars: Jedi Fallen. Video game yang bercerita tentang perjalanan menjadi Jedi itu rencananya dirilis pada 15 November 2019.
“Gim single player itu tidak memiliki transaksi mikro atau kotak untuk di-loot,” ujar Vince. Proyek tersebut akan menjadi gim terbesar kedua dari Respawn. Menurut Vince, dia sudah membidani banyak gim besar, seperti Medal of Honor, Call of Duty, Titanfall, dan Apex Legends. Sekarang dia bangga membuat Star Wars: Jedi Fallen Order.
“Pokoknya akan membuat Anda merasa menjadi Jedi yang sesungguhnya,” kata Vince. Vince menyadari bahwa dia menggendong beban besar. “Saya tahu audiensi Star Wars sangat besar. Karena itu, saya ingin agar penggemar Star Wars bisa memainkannya dengan nikmat. Jadi, kami memastikan bahwa gameplay-nya mudah dan memiliki kombinasi kesulitan yang tepat,” bebernya.
Di tangan Vince, ini adalah kesempatan bagi Respwan untuk menjadi studio gim yang lebih besar. Bagi EA, gim tersebut adalah kesempatan untuk menebus kegagalan Star Wars: Battlefront II yang dikritik karena menggunakan pay-to-win micro-transactions. “Butuh seluruh desa untuk membe sarkan seorang Jedi. Semua orang di studio adalah fans berat Star Wars. Saya merasa terhormat menjadi bagian dari tim,” katanya.
Dengan begitu, studionya bisa selalu membuat kejutan. Ini terjadi lewat Apex Legends, yakni gim battle royale shooter yang dibuat di semesta Titanfall. Gim free-to-play tersebut langsung mendapat sorotan, yang disebut-sebut lebih baik dari Fortnite, gim online berpenghasilan terbesar di dunia itu.
Vince adalah veteran dari banyak gim shooter, termasuk seri Call of Duty ketika dia bekerja di Infinity Ward. Apex Legends merupakan judul gim pertama yang dirilis Respawn sejak EA membeli studio asal Los Angeles tersebut senilai USD455 juta pada 2017. Di Apex Legends, Vince mengaku tidak mengejar sesuatu. Kepada timnya, dia hanya mengatakan bahwa mereka harus membuat gim yang menyenangkan.
“Saya tidak berusaha merancang Apex Legends agar bisa digunakan untuk e-sports. Walau nyatanya gim ini memang mudah ditonton karena tidak sebesar gim battle royale lainnya (Apex memiliki 60 pemain, dengan tiga pemain di setiap tim),” ungkapnya.
Menurut Vince, pihaknya tidak pernah mengejar angka. “Kami mengejar keseruan. Kami coba dalam skala besar dan skala kecil. Itu akan berubah-ubah seiring waktu. Bisa jadi ke depannya kami akan rilis maps Apex Legends yang besar jika memang seru dan pemain menginginkan hal tersebut. Total 60 pemain dan tim beranggotakan tiga orang menurut kami sudah pas. Rasanya ini kombinasi paling tepat,” ujarnya.
50 Juta Pemain Apex Legends tidak tumbuh meroket pada pekan pertamanya. Tetapi, sampai saat ini pertumbuhannya masih sangat sehat. Respawn dan EA telah mengonfirmasi bahwa gim royale battle itu sekarang memiliki lebih dari 50 juta total pemain di seluruh dunia setelah lebih dari sebulan sejak dirilis. Mereka belum mengungkapkan jumlah pemain online simultan.
Tetapi, pada akhir pekan pertama, ada lebih dari 2 juta orang bermain pada saat yang bersamaan. Apex Legends juga bukannya tanpa masalah. Gim tersebut mengalami crash, selisih hitbox, dan banyak cheater s. Namun, keberhasilan awalnya cukup baik. Bandingkan dengan Fortnite yang memiliki lebih dari 200 juta pemain.
Meski demikian, gim tersebut butuh lebih banyak waktu untuk sampai ke titik itu, termasuk pengguna ponsel. Penghitungan Apex didasarkan pada gamer yang “hanya” menggunakan tiga platform; PS4, Xbox One, dan Windows PC. Apex memang tidak harus mencapai tingkat popularitas Fortnite untuk tetap sukses.
Namun, tetap akan ada tekanan untuk tetap relevan dan mencegah gamer pindah ke judul lain. Gara-gara Apex Legends, saham EA melonjak 16% pada Februari 2019, tepat ketika mereka mengumumkan pencapaian 10 juta pemain dalam tiga hari. Pada Februari 12, saham EA meroket lagi 8% ketika gim itu mencapai 25 juta pemain. Secara tidak langsung, Apex membuat EA lebih kaya.
Apex memiliki ekosistem bagi pemain untuk membeli berbagai item digital yang sebenarnya tidak dibutuhkan untuk bisa menang. Proyek Baru Sukses dengan Apex Legends, ternyata Respawn Entertainment sudah punya proyek baru. Yang utama adalah Star Wars: Jedi Fallen. Video game yang bercerita tentang perjalanan menjadi Jedi itu rencananya dirilis pada 15 November 2019.
“Gim single player itu tidak memiliki transaksi mikro atau kotak untuk di-loot,” ujar Vince. Proyek tersebut akan menjadi gim terbesar kedua dari Respawn. Menurut Vince, dia sudah membidani banyak gim besar, seperti Medal of Honor, Call of Duty, Titanfall, dan Apex Legends. Sekarang dia bangga membuat Star Wars: Jedi Fallen Order.
“Pokoknya akan membuat Anda merasa menjadi Jedi yang sesungguhnya,” kata Vince. Vince menyadari bahwa dia menggendong beban besar. “Saya tahu audiensi Star Wars sangat besar. Karena itu, saya ingin agar penggemar Star Wars bisa memainkannya dengan nikmat. Jadi, kami memastikan bahwa gameplay-nya mudah dan memiliki kombinasi kesulitan yang tepat,” bebernya.
Di tangan Vince, ini adalah kesempatan bagi Respwan untuk menjadi studio gim yang lebih besar. Bagi EA, gim tersebut adalah kesempatan untuk menebus kegagalan Star Wars: Battlefront II yang dikritik karena menggunakan pay-to-win micro-transactions. “Butuh seluruh desa untuk membe sarkan seorang Jedi. Semua orang di studio adalah fans berat Star Wars. Saya merasa terhormat menjadi bagian dari tim,” katanya.
(don)