Dipepet Xiaomi, Huawei Tahun 2019 Diramalkan Kudeta Posisi Samsung
A
A
A
HONG KONG - Akhir tahun 2018, raksasa manufaktur China, Huawei, mengumumkan kesuksesannya mengirim smartphone lebih dari 200 juta unit. Pada 2019, perusahaan menargekan penjualan 250 juta unit sehingga bisa mengkudeta posisi Samsung.
Laman Giz China, Kamis (3/1/2019), melaporkan, jika target 250 juta unit tercapai, maka Huawei bisa mengambil-alih takhta Samsung sebagai penguasa pasar smartphone dunia. Huawei juga dianggap sudah memiliki semua modal yang dibutuhkan untuk melampaui pesaingnya dari Korea tersebut.
Huawei kini telah menjadi merek yang semakin dikenal di dunia. Mereka telah menunjukkan teknologi inovatif yang membuat iri para pesaingnya.
Pada tahun lalu, pabrikan China itu memperkenalkan dua smartphone revolusioner. Pertama, Huawei P20 Pro, smartphone dengan tiga kamera belakang dan zoom optik 3x. Pada saat yang sama, P20 Pro masih merupakan smartphone DxOMark teratas dalam kategori gambar.
Yang kedua, Huawei Mate 20 Pro, sebuah ponsel tangguh yang secara nirkabel bisa mengisi baterai ponsel cerdas lain. Kedua perangkat sama bagusnya dengan produk kelas atas yang dijual Apple dan Samsung.Keuntungan lain dari Huawei adalah penempatan anak perusahaannya (merek Honor) di pasar kelas menengah. Keunggulan produk Honor dari inovasi yang sama di seri high-end, tapi dengan harga eceran kurang dari USD800. Merek ini melampaui capaian OnePlus dan model kompetitif Xiaomi.
Namun Huawei akan menghadapi Xiaomi karena berbagai smartphone murah di semua kategori semakin menangkap pasar yang berbeda. Selain mengembangkan strategi ponsel kelas bawah seperti Huawei, Xiaomi juga memutuskan untuk mengembangkan merek "lebih modis" kedua yang disebut Poco.
Xiaomi saat ini adalah produsen jam tangan dan gelang pintar terbesar di dunia. Ini juga akan berkontribusi pada kesuksesan perusahaan tahun depan.
Mengingat vitalitas yang kuat dari pasar Asia, pasar dengan pertumbuhan tercepat di dunia, tidak mengherankan penjualan ponsel China telah melonjak. Smartphone mereka cenderung menjadi semakin dominan di Eropa dan Amerika Serikat.
Ternyata, ancaman larangan AS terhadap beberapa merek China tidak banyak berdampak di pasar seluler.
Laman Giz China, Kamis (3/1/2019), melaporkan, jika target 250 juta unit tercapai, maka Huawei bisa mengambil-alih takhta Samsung sebagai penguasa pasar smartphone dunia. Huawei juga dianggap sudah memiliki semua modal yang dibutuhkan untuk melampaui pesaingnya dari Korea tersebut.
Huawei kini telah menjadi merek yang semakin dikenal di dunia. Mereka telah menunjukkan teknologi inovatif yang membuat iri para pesaingnya.
Pada tahun lalu, pabrikan China itu memperkenalkan dua smartphone revolusioner. Pertama, Huawei P20 Pro, smartphone dengan tiga kamera belakang dan zoom optik 3x. Pada saat yang sama, P20 Pro masih merupakan smartphone DxOMark teratas dalam kategori gambar.
Yang kedua, Huawei Mate 20 Pro, sebuah ponsel tangguh yang secara nirkabel bisa mengisi baterai ponsel cerdas lain. Kedua perangkat sama bagusnya dengan produk kelas atas yang dijual Apple dan Samsung.Keuntungan lain dari Huawei adalah penempatan anak perusahaannya (merek Honor) di pasar kelas menengah. Keunggulan produk Honor dari inovasi yang sama di seri high-end, tapi dengan harga eceran kurang dari USD800. Merek ini melampaui capaian OnePlus dan model kompetitif Xiaomi.
Namun Huawei akan menghadapi Xiaomi karena berbagai smartphone murah di semua kategori semakin menangkap pasar yang berbeda. Selain mengembangkan strategi ponsel kelas bawah seperti Huawei, Xiaomi juga memutuskan untuk mengembangkan merek "lebih modis" kedua yang disebut Poco.
Xiaomi saat ini adalah produsen jam tangan dan gelang pintar terbesar di dunia. Ini juga akan berkontribusi pada kesuksesan perusahaan tahun depan.
Mengingat vitalitas yang kuat dari pasar Asia, pasar dengan pertumbuhan tercepat di dunia, tidak mengherankan penjualan ponsel China telah melonjak. Smartphone mereka cenderung menjadi semakin dominan di Eropa dan Amerika Serikat.
Ternyata, ancaman larangan AS terhadap beberapa merek China tidak banyak berdampak di pasar seluler.
(mim)