Pakar Teknologi Blockchain-Fintech Terus Edukasi Pasar Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Tahun ini Blockchain menjadi salah satu teknologi yang menjadi sorotan. Hal ini dikarekan teknologi tersebut diklaim mampu membuat proses bisnis lebih efisien.
Sederhananya, Blockchain merupakan basis data global online yang dapat diakses siapapun via internet. Kini Blockchain merambah industri aplikasi informasi di Indonesia.
Blockchain terus mengalami perkembangan. Selama kurang lebih 10 tahun sejak dikonseptualisasikan pada 2008 oleh seorang atau sekelompok orang yang dikenal dengan nama Satoshi Nakamoto, Blockchain terus berkembang untuk menemukan solusi-solusi baru. Dalam tahap ini, Indonesia masih berpotensi untuk tumbuh setara dengan negara lain. Termasuk negara maju yang sedang giat mengembangkan bisnis melalui teknologi tersebut.
Indonesia masih memerlukan banyak upaya guna mengembangkan Blockchain. Salah satunya adalah edukasi. "Memberi pengertian apa itu Blockchain? Keuntungan dan kerugiannya bagaimana? Bedanya dengan Bitcoin seperti apa? Kemudian kedua adalah development-nya. Bagaimana Blockchain ini dikelola dan dikembangkan?” kata Weber Zhou CEO FinBlock dalam seminar bertajuk Blockchain & Fintech Peak Forum di Novotel Mangga Dua Square Jakarta, Kamis (23/8/2018).
Menurut Weber, Indonesia harus segera memulai implementasi Blockchain. Sebab, meski perkembangan di tanah air agak lambat, perlahan mulai banyak industri yang menggunakan Blockchain. Begitu pula tumbuh beberapa startup yang mulai menggunakan Blockchain.
Sebagai penyelenggara acara ini, FinBlock juga memberikan pengetahuan, wawasan, informasi, pasar, serta analisa data mengenai Fintech yang merupakan platform profesional di Asia Tenggara. "Seminar ini di hadiri 150-200 orang dari berbagai kalangan profesional dalam bidang Blockchain dan fintech seperti dari Singapura, Amerika, China, dan Indonesia," ungkapnya.
Selain itu, Blockchain juga merambah industri aplikasi informasi di Tanah Air. Salah satu startup yang memanfaatkan teknologi ini ialah GoWithMi.
Sekedar informasi, GoWithMi merupakan perusahaan 3D map jaringan peta cerdas terdistribusi pertama di dunia. Mereka menyediakan solusi one-stop rantai publik + peta untuk semua jenis DAPP terdesentralisasi, termasuk data peta dan algoritme yang mendasari, rantai kredit, kontrak pintar, pembayaran token insentif untuk pemakai.
"Aplikasi ini dengan mudah pengguna biasa mendapatkan informasi lokasi jalan secara update seperti jalanan macet, kejadian kecelakaan dan menujukkan keberadaan sekitarnya," kata Founder CEO GoWithMi, Oliver Li.
Tidak hanya itu, aplikasi ini juga dirancang menarik mengikuti pergerakan penggunanya ke manapun pergi. "Acara ini dihadiri dari perwakilan proyek Blockchain dari China dan Asia Tenggara. Pemain Blockchain sangat bersemangat untuk berkumpul di sini guna mencoba kesempatan bekerja sama di masa yang akan datang,” ungkap Edward Ismawan Chamdani, pendiri IdeoSource Financial Investment Fund.
Selain itu juga hadir perwakilan dari Indonesia seperti Lukita Dinarsyah Tuwo, Chairman of Indonesia Free Trade Zone Authority; Oscar, mantan Ketua Asosiasi Blockchain Indonesia dan Huang Lanjin, Chief Technical Officer World Blockchain Organization; serta pendiri industri dan pakar yang akan berpartisipasi membagikan pengalaman dan pemikirannya.
Sederhananya, Blockchain merupakan basis data global online yang dapat diakses siapapun via internet. Kini Blockchain merambah industri aplikasi informasi di Indonesia.
Blockchain terus mengalami perkembangan. Selama kurang lebih 10 tahun sejak dikonseptualisasikan pada 2008 oleh seorang atau sekelompok orang yang dikenal dengan nama Satoshi Nakamoto, Blockchain terus berkembang untuk menemukan solusi-solusi baru. Dalam tahap ini, Indonesia masih berpotensi untuk tumbuh setara dengan negara lain. Termasuk negara maju yang sedang giat mengembangkan bisnis melalui teknologi tersebut.
Indonesia masih memerlukan banyak upaya guna mengembangkan Blockchain. Salah satunya adalah edukasi. "Memberi pengertian apa itu Blockchain? Keuntungan dan kerugiannya bagaimana? Bedanya dengan Bitcoin seperti apa? Kemudian kedua adalah development-nya. Bagaimana Blockchain ini dikelola dan dikembangkan?” kata Weber Zhou CEO FinBlock dalam seminar bertajuk Blockchain & Fintech Peak Forum di Novotel Mangga Dua Square Jakarta, Kamis (23/8/2018).
Menurut Weber, Indonesia harus segera memulai implementasi Blockchain. Sebab, meski perkembangan di tanah air agak lambat, perlahan mulai banyak industri yang menggunakan Blockchain. Begitu pula tumbuh beberapa startup yang mulai menggunakan Blockchain.
Sebagai penyelenggara acara ini, FinBlock juga memberikan pengetahuan, wawasan, informasi, pasar, serta analisa data mengenai Fintech yang merupakan platform profesional di Asia Tenggara. "Seminar ini di hadiri 150-200 orang dari berbagai kalangan profesional dalam bidang Blockchain dan fintech seperti dari Singapura, Amerika, China, dan Indonesia," ungkapnya.
Selain itu, Blockchain juga merambah industri aplikasi informasi di Tanah Air. Salah satu startup yang memanfaatkan teknologi ini ialah GoWithMi.
Sekedar informasi, GoWithMi merupakan perusahaan 3D map jaringan peta cerdas terdistribusi pertama di dunia. Mereka menyediakan solusi one-stop rantai publik + peta untuk semua jenis DAPP terdesentralisasi, termasuk data peta dan algoritme yang mendasari, rantai kredit, kontrak pintar, pembayaran token insentif untuk pemakai.
"Aplikasi ini dengan mudah pengguna biasa mendapatkan informasi lokasi jalan secara update seperti jalanan macet, kejadian kecelakaan dan menujukkan keberadaan sekitarnya," kata Founder CEO GoWithMi, Oliver Li.
Tidak hanya itu, aplikasi ini juga dirancang menarik mengikuti pergerakan penggunanya ke manapun pergi. "Acara ini dihadiri dari perwakilan proyek Blockchain dari China dan Asia Tenggara. Pemain Blockchain sangat bersemangat untuk berkumpul di sini guna mencoba kesempatan bekerja sama di masa yang akan datang,” ungkap Edward Ismawan Chamdani, pendiri IdeoSource Financial Investment Fund.
Selain itu juga hadir perwakilan dari Indonesia seperti Lukita Dinarsyah Tuwo, Chairman of Indonesia Free Trade Zone Authority; Oscar, mantan Ketua Asosiasi Blockchain Indonesia dan Huang Lanjin, Chief Technical Officer World Blockchain Organization; serta pendiri industri dan pakar yang akan berpartisipasi membagikan pengalaman dan pemikirannya.
(mim)