Samsung Cetuskan Tren Ponsel Tanpa Bingkai
A
A
A
NEW YORK - Kehadiran ponsel terbaru Samsung, Galaxy S8 dan S8+, yang diluncurkan di Lincoln Center, New York, Rabu (29/3) silam diharapkan bisa menyegarkan kembali pasar smartphone yang belakangan tumbuh semakin stagnan.
Memang ada dua beban besar di pundak Samsung saat merilis ponsel flagship terbaru mereka Galaxy S8 dan S8+. Yang pertama adalah menyegarkan kembali industri smartphone global. Kendati masih menjadi vendor ponsel nomer 1 dunia, namun pertumbuhan pasar ponsel secara global sendiri stagnan. Pada Q3 2016 misalnya, IDC melaporkan bahwa pasar ponsel dunia hanya tumbuh 1,1%.
Karena itu, Samsung diharapkan bisa menciptakan tren baru, membawa desain dan terobosan fitur di smartphone yang mampu membuat pasar ponsel kembali bergairah.
Beban kedua terkait insiden meledaknya baterai Galaxy Note 7 yang membuat ponsel tersebut ditarik dari peredaran dua bulan setelah rilis resminya. Inilah kesempatan bagi Samsung untuk menebusnya. Karena itu, Galaxy S8 menjadi ponsel terbenting bagi Samsung dalam dekade terakhir.
Di sepanjang pintu masuk gedung Lincoln Center, New York, misalnya, Samsung sudah ”menggoda” pengunjung dengan memperlihatkan spanduk perubahan desain ponsel dari era 1980an yang masih bulky hingga 2000-an dengan layar sentuh. Namun, sejak 5 tahun terakhir desain layar sentuh pada smartphone memang tidak terlalu banyak berubah dan bahkan cenderung monoton.
Nah, lewat Galaxy S8 dan S8+, Samsung mengenalkan desain baru smartphone yang besar kemungkinan akan menjadi acuan bagi industri ponsel global selama beberapa tahun kedepan. Mereka menyebutnya infinity display atau desain nyaris tanpa bezel (bingkai) yang sekaligus menjadikan rasio perbandingan layar dan bodi ponsel (screen to body ratio) mencapai 83%.
Desain ponsel tanpa bezel memang sudah lama di idamkan oleh para vendor ponsel di seluruh dunia, tapi sangat sulit dicapai. Dengan bezel yang sangat tipis, secara visual tampilan ponsel lebih cantik, secara dimensi lebih ringkas, secara fungsional pun pengguna bisa mendapatkan akses ruang layar yang lebih luas.
Galaxy S8 dan S8+ masing-masing menggunakan diagonal ukuran layar 5.8 inci dan 6.2 inci yang terbilang besar untuk ukuran layar ponsel saat ini. Bandingkan dengan model flagship mereka sebelumnya, Galaxy S7 dan S7 Edge yang masing-masing berukuran 5.1 inci dan 5.5 inci.
Menariknya lagi, ketika digenggam ponsel tersebut sama sekali tidak terasa besar ataupun berat. Galaxy S8 memiliki dimensi 148.9 x 68.1 x 8.0 mm dengan berat 159.5 gram, sementara Galaxy S8+ dimensinya 159.5 x 73.4 x 8.1 mm dan berat cuma 173 gram. Layar ponsel tersebut memanjang, walau lebarnya relatif sama. Dalam posisi horizontal, rasio ponsel berubah dari 16:9 menjadi 18.5:9.
”Dengan bezel lebih kecil, kami bisa memperbesar layar namun tetap membuatnya nyaman,” beber DJ Koh, President of Mobile Communications Business, Samsung Electronics. ”Ketika dilihat, visual di ponsel terasa lebih nyata (immersive). Ketika digunakan, proses multi-tasking juga lebih mudah,” tambahnya.
Menggunakan layar AMOLED beresolusi 2960 x 1440 piksel dan Goriila Glass 5, Samsung juga meniadakan tombol “home” fisik dan menggantinya dengan tombol digital yang sensitif terhadap tekanan.
Kedua ponsel tersebut mulai dijual di pasar Amerika pada 21 April. Adapun untuk pasar Indonesia pemesanan akan dimulai pada 8 April-18 April dengan serah terima barang ke konsumen pada 5 Mei 2017. S8 dibanderol Rp10.499.000 sementara S8+ Rp11.999.000 dalam tiga varian warna, yakni midnight black, mapple gold, dan orchid grey.
”Kita harus berani melangkah ke sesuatu yang belum pernah dicoba sebelumnya dan mau mengakui sekaligus belajar dari kesalahan,” ujar DJ Koh sembari mengakui bahwa mereka telah mengalami tahun yang berat.
Selain terobosan di layar, S8 juga memiliki fitur kecerdasan buatan (artificial intelligence) bernama Bixby yang salah satu fungsinya menggunakan perintah suara seperti Siri milik Apple. Fitur lainnya adalah keamanan dan otentifikasi biometrik berupa pendeteksi wajah (facial recognition) dan pemindai retina (iris scanner).
Samsung berharap dengan perubahan desain dan penambahan fitur, yang berfokus untuk membuat hidup konsumen lebih mudah, akan cukup untuk bisa bersaing dengan Apple yang tahun ini bakal mengenalkan iPhone baru berlayar lengkung yang sebenarnya sudah jadi ciri khas merek Galaxy. Dan yang pasti melupakan insiden Galaxy Note 7 tahun lalu.
Memang ada dua beban besar di pundak Samsung saat merilis ponsel flagship terbaru mereka Galaxy S8 dan S8+. Yang pertama adalah menyegarkan kembali industri smartphone global. Kendati masih menjadi vendor ponsel nomer 1 dunia, namun pertumbuhan pasar ponsel secara global sendiri stagnan. Pada Q3 2016 misalnya, IDC melaporkan bahwa pasar ponsel dunia hanya tumbuh 1,1%.
Karena itu, Samsung diharapkan bisa menciptakan tren baru, membawa desain dan terobosan fitur di smartphone yang mampu membuat pasar ponsel kembali bergairah.
Beban kedua terkait insiden meledaknya baterai Galaxy Note 7 yang membuat ponsel tersebut ditarik dari peredaran dua bulan setelah rilis resminya. Inilah kesempatan bagi Samsung untuk menebusnya. Karena itu, Galaxy S8 menjadi ponsel terbenting bagi Samsung dalam dekade terakhir.
Di sepanjang pintu masuk gedung Lincoln Center, New York, misalnya, Samsung sudah ”menggoda” pengunjung dengan memperlihatkan spanduk perubahan desain ponsel dari era 1980an yang masih bulky hingga 2000-an dengan layar sentuh. Namun, sejak 5 tahun terakhir desain layar sentuh pada smartphone memang tidak terlalu banyak berubah dan bahkan cenderung monoton.
Nah, lewat Galaxy S8 dan S8+, Samsung mengenalkan desain baru smartphone yang besar kemungkinan akan menjadi acuan bagi industri ponsel global selama beberapa tahun kedepan. Mereka menyebutnya infinity display atau desain nyaris tanpa bezel (bingkai) yang sekaligus menjadikan rasio perbandingan layar dan bodi ponsel (screen to body ratio) mencapai 83%.
Desain ponsel tanpa bezel memang sudah lama di idamkan oleh para vendor ponsel di seluruh dunia, tapi sangat sulit dicapai. Dengan bezel yang sangat tipis, secara visual tampilan ponsel lebih cantik, secara dimensi lebih ringkas, secara fungsional pun pengguna bisa mendapatkan akses ruang layar yang lebih luas.
Galaxy S8 dan S8+ masing-masing menggunakan diagonal ukuran layar 5.8 inci dan 6.2 inci yang terbilang besar untuk ukuran layar ponsel saat ini. Bandingkan dengan model flagship mereka sebelumnya, Galaxy S7 dan S7 Edge yang masing-masing berukuran 5.1 inci dan 5.5 inci.
Menariknya lagi, ketika digenggam ponsel tersebut sama sekali tidak terasa besar ataupun berat. Galaxy S8 memiliki dimensi 148.9 x 68.1 x 8.0 mm dengan berat 159.5 gram, sementara Galaxy S8+ dimensinya 159.5 x 73.4 x 8.1 mm dan berat cuma 173 gram. Layar ponsel tersebut memanjang, walau lebarnya relatif sama. Dalam posisi horizontal, rasio ponsel berubah dari 16:9 menjadi 18.5:9.
”Dengan bezel lebih kecil, kami bisa memperbesar layar namun tetap membuatnya nyaman,” beber DJ Koh, President of Mobile Communications Business, Samsung Electronics. ”Ketika dilihat, visual di ponsel terasa lebih nyata (immersive). Ketika digunakan, proses multi-tasking juga lebih mudah,” tambahnya.
Menggunakan layar AMOLED beresolusi 2960 x 1440 piksel dan Goriila Glass 5, Samsung juga meniadakan tombol “home” fisik dan menggantinya dengan tombol digital yang sensitif terhadap tekanan.
Kedua ponsel tersebut mulai dijual di pasar Amerika pada 21 April. Adapun untuk pasar Indonesia pemesanan akan dimulai pada 8 April-18 April dengan serah terima barang ke konsumen pada 5 Mei 2017. S8 dibanderol Rp10.499.000 sementara S8+ Rp11.999.000 dalam tiga varian warna, yakni midnight black, mapple gold, dan orchid grey.
”Kita harus berani melangkah ke sesuatu yang belum pernah dicoba sebelumnya dan mau mengakui sekaligus belajar dari kesalahan,” ujar DJ Koh sembari mengakui bahwa mereka telah mengalami tahun yang berat.
Selain terobosan di layar, S8 juga memiliki fitur kecerdasan buatan (artificial intelligence) bernama Bixby yang salah satu fungsinya menggunakan perintah suara seperti Siri milik Apple. Fitur lainnya adalah keamanan dan otentifikasi biometrik berupa pendeteksi wajah (facial recognition) dan pemindai retina (iris scanner).
Samsung berharap dengan perubahan desain dan penambahan fitur, yang berfokus untuk membuat hidup konsumen lebih mudah, akan cukup untuk bisa bersaing dengan Apple yang tahun ini bakal mengenalkan iPhone baru berlayar lengkung yang sebenarnya sudah jadi ciri khas merek Galaxy. Dan yang pasti melupakan insiden Galaxy Note 7 tahun lalu.
(wbs)