Pendiri Blibli Buka Suara Terkait Masa Depan Industri Ritel Pasca Pandemi
loading...
A
A
A
JAKARTA - CEO dan Co-Founder Blibli, Kusumo Martanto menjadi pembicara Indonesia satu-satunya dalam Asian Economic Dialogue 2022, konferensi geoekonomi terdepan yang diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri India dan Pune International Center.
Digelar pada 23–25 Februari 2022, kegiatan tersebut mengangkat tema “Resilient Global Growth in Post-Pandemic World” yang membahas dampak pandemi terhadap ekonomi, perdagangan, serta industri lainnya di Asia dan bagaimana strategi menghadapinya ke depan.
Asian Economic Dialogue 2022 mempertemukan lebih dari 50 ahli di bidangnya, termasuk di antaranya gubernur bank sentral dari sejumlah negara, para pengambil kebijakan negara-negara di Asia, akademisi hingga pemimpin perusahaan dari berbagai negara untuk membahas dinamika ekonomi strategis tingkat Asia.
Dalam sesi berjudul “Start-Ups in a Post Pandemic World”, Kusumo memaparkan bagaimana menavigasi e-commerce di pasar terbesar Asia Tenggara. Ia juga menjelaskan bagaimana lansekap e-commerce di masa pasca pandemi.
“Keterbatasan mobilisasi saat pandemi mengakibatkan layanan e-commerce menjadi primadona dalam membantu pemenuhan kebutuhan sehari-hari konsumen. E-commerce menunjukkan pertumbuhan yang eksponensial dalam kurun waktu dua tahun terakhir, dan tren ini masih akan terus berlanjut setidaknya dalam lima tahun ke depan,” ujar Kusumo
Kusumo menjelaskan pasar ritel telah beradaptasi pasca pandemi. Dukungan digitalisasi tidak lagi menjadi opsi, namun sebagai suatu keharusan.
Lanjutnya lagi, pasca pandemi, pasar ritel akan memasuki babak baru di mana omnichannel menjadi solusinya. Menurut laporan Google dan Temasek, dalam kurun waktu 5 hingga 10 tahun ke depan, meski belanja offline masih dilakoni, pertumbuhan belanja online akan meningkat 4 kali lipat.
Integrasi online dan offline yang optimal akan mendorong pertumbuhan industri yang berkelanjutan karena pelaku retail dapat memiliki fleksibilitas lebih dalam berinovasi demi menjawab kebutuhan pasar sekaligus mengembangkan bisnis.
Menyikapi hal ini, Blibli yang memimpin dalam solusi omnichannel dengan diperkuat ekosistem teknologi serta bisnis menyeluruh yang mencakup B2C, B2B, B2B2C, dan B2G semakin mantap dalam memberikan solusi dan inovasi yang berujung kepuasan pelanggan ketika berbelanja.
Dalam strategi omnichannel-nya Blibli melengkapi ekosistem bisnisnya dengan integrasi online to offline to online (O2O2O) seperti Blibli InStore, Click & Collect, dan Blibli Mitrayang menghadirkan pengalaman berbelanja yang nyaman bagi pelanggan.
Blibli juga diperkuat dengan sektor ritel lain seperti groceries (Bliblimart) dan Ranch Market, serta consumer electronics (Samsung Experience Store). Hal ini pun didukung dengan kemudahan lain seperti asuransi, jaminan produk orisinal, pengiriman 2 jam sampai, tukar tambah, hingga opsi pengiriman dan pembayaran terlengkap di industri.
"Ke depan, Blibli berkomitmen untuk terus memperkuat ekosistem omnichannel, tidak hanya untuk memberikan kenyaman berbelanja bagi para konsumen, namun juga mendukung perekonomian dari industri ritel. Dengan memperkuat integrasi online dan offline, harapannya akan mendukung penetrasi digital bagi pengusaha dalam negeri khususnya sektor UMKM, ” tutup Kusumo.
Digelar pada 23–25 Februari 2022, kegiatan tersebut mengangkat tema “Resilient Global Growth in Post-Pandemic World” yang membahas dampak pandemi terhadap ekonomi, perdagangan, serta industri lainnya di Asia dan bagaimana strategi menghadapinya ke depan.
Asian Economic Dialogue 2022 mempertemukan lebih dari 50 ahli di bidangnya, termasuk di antaranya gubernur bank sentral dari sejumlah negara, para pengambil kebijakan negara-negara di Asia, akademisi hingga pemimpin perusahaan dari berbagai negara untuk membahas dinamika ekonomi strategis tingkat Asia.
Dalam sesi berjudul “Start-Ups in a Post Pandemic World”, Kusumo memaparkan bagaimana menavigasi e-commerce di pasar terbesar Asia Tenggara. Ia juga menjelaskan bagaimana lansekap e-commerce di masa pasca pandemi.
“Keterbatasan mobilisasi saat pandemi mengakibatkan layanan e-commerce menjadi primadona dalam membantu pemenuhan kebutuhan sehari-hari konsumen. E-commerce menunjukkan pertumbuhan yang eksponensial dalam kurun waktu dua tahun terakhir, dan tren ini masih akan terus berlanjut setidaknya dalam lima tahun ke depan,” ujar Kusumo
Kusumo menjelaskan pasar ritel telah beradaptasi pasca pandemi. Dukungan digitalisasi tidak lagi menjadi opsi, namun sebagai suatu keharusan.
Lanjutnya lagi, pasca pandemi, pasar ritel akan memasuki babak baru di mana omnichannel menjadi solusinya. Menurut laporan Google dan Temasek, dalam kurun waktu 5 hingga 10 tahun ke depan, meski belanja offline masih dilakoni, pertumbuhan belanja online akan meningkat 4 kali lipat.
Integrasi online dan offline yang optimal akan mendorong pertumbuhan industri yang berkelanjutan karena pelaku retail dapat memiliki fleksibilitas lebih dalam berinovasi demi menjawab kebutuhan pasar sekaligus mengembangkan bisnis.
Menyikapi hal ini, Blibli yang memimpin dalam solusi omnichannel dengan diperkuat ekosistem teknologi serta bisnis menyeluruh yang mencakup B2C, B2B, B2B2C, dan B2G semakin mantap dalam memberikan solusi dan inovasi yang berujung kepuasan pelanggan ketika berbelanja.
Dalam strategi omnichannel-nya Blibli melengkapi ekosistem bisnisnya dengan integrasi online to offline to online (O2O2O) seperti Blibli InStore, Click & Collect, dan Blibli Mitrayang menghadirkan pengalaman berbelanja yang nyaman bagi pelanggan.
Blibli juga diperkuat dengan sektor ritel lain seperti groceries (Bliblimart) dan Ranch Market, serta consumer electronics (Samsung Experience Store). Hal ini pun didukung dengan kemudahan lain seperti asuransi, jaminan produk orisinal, pengiriman 2 jam sampai, tukar tambah, hingga opsi pengiriman dan pembayaran terlengkap di industri.
"Ke depan, Blibli berkomitmen untuk terus memperkuat ekosistem omnichannel, tidak hanya untuk memberikan kenyaman berbelanja bagi para konsumen, namun juga mendukung perekonomian dari industri ritel. Dengan memperkuat integrasi online dan offline, harapannya akan mendukung penetrasi digital bagi pengusaha dalam negeri khususnya sektor UMKM, ” tutup Kusumo.
(wbs)