Wishnutama Minta Transformasi Digital Bisa Ciptakan New Economy
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kemajuan inovasi digital kini telah memasuki segala bidang, namun transformasi digital hari ini di Indonesia dinilai salah kaprah. Hal tersebut disampaikan pakar digital Wishnutama Kusubandio.
"Transformasi digital itu apa sih, agar kita bisa menyambut masa depan lebih baik, kita mesti berhasil melakukan transformasi digital, yang basic dulu lah jangan kejauhan," kata Wishnutama, Sabtu (29/1/2022).
Menurutnya, baik di perusahaan atau pun institusi lainnya, bahkan negara, umumnya melihat transformasi digital ini adalah transformasi teknologi saja tanpa memikirkan bagaimana new economy dapat tercipta dan memberikan dampak yg signifikan untuk masyarakat dan negara.
Perubahan dari segi teknologi itu hanya berperan 30 persen dalam kesuksesan transformasi digital. Adapun yang membuat transformasi digital itu berhasil adalah transformasi mindset atau pola pikir, transformasi pola kerja, tranformasi proses.
"Nah ini yg terjadi sekarang, teknologinya di transformasi mindset, pola kerjanya bisnis, prosesnya tidak berubah, engga akan berhasil sampai kapan pun juga kalau cuma teknologinya doang," ucapnya.
Jika bicara hanya perubahan teknologi , bisa dengan mudah membeli layanan-layanan digital lain yang sudah tersedia. Tetapi, yang tidak bisa dibeli dengan gampang adalah mengubah pola pikir yang selema ini sudah menjadi kebiasaan.
"Kenyataannya begitu dan itu problem semua perusahaan maupun institusi yang berniat melakukan transformasi digital," tuturnya.
Dari mereka yang ingin melakukan transformasi digital, tidak sampai 15 persen di dunia ini yang benar-benar berhasil melakukannya. Itu lah yang menjadi tantangan ke depannya, sebelum jauh membicarakan soal blockchain, metaverse dan sebagainya, yang perlu diperbaiki adalah pondasinya terlebih dahulu.
"Transformasi digital itu apa sih, agar kita bisa menyambut masa depan lebih baik, kita mesti berhasil melakukan transformasi digital, yang basic dulu lah jangan kejauhan," kata Wishnutama, Sabtu (29/1/2022).
Menurutnya, baik di perusahaan atau pun institusi lainnya, bahkan negara, umumnya melihat transformasi digital ini adalah transformasi teknologi saja tanpa memikirkan bagaimana new economy dapat tercipta dan memberikan dampak yg signifikan untuk masyarakat dan negara.
Perubahan dari segi teknologi itu hanya berperan 30 persen dalam kesuksesan transformasi digital. Adapun yang membuat transformasi digital itu berhasil adalah transformasi mindset atau pola pikir, transformasi pola kerja, tranformasi proses.
"Nah ini yg terjadi sekarang, teknologinya di transformasi mindset, pola kerjanya bisnis, prosesnya tidak berubah, engga akan berhasil sampai kapan pun juga kalau cuma teknologinya doang," ucapnya.
Jika bicara hanya perubahan teknologi , bisa dengan mudah membeli layanan-layanan digital lain yang sudah tersedia. Tetapi, yang tidak bisa dibeli dengan gampang adalah mengubah pola pikir yang selema ini sudah menjadi kebiasaan.
"Kenyataannya begitu dan itu problem semua perusahaan maupun institusi yang berniat melakukan transformasi digital," tuturnya.
Dari mereka yang ingin melakukan transformasi digital, tidak sampai 15 persen di dunia ini yang benar-benar berhasil melakukannya. Itu lah yang menjadi tantangan ke depannya, sebelum jauh membicarakan soal blockchain, metaverse dan sebagainya, yang perlu diperbaiki adalah pondasinya terlebih dahulu.
(wbs)