9 Wabah Paling Mematikan Sejak Zaman Prasejarah, Nomor 6 Ubah Sejarah Eropa
loading...
A
A
A
Sejarawan Yunani Thucydides (460-400 SM) menulis bahwa "orang-orang yang sehat tiba-tiba diserang oleh panas yang hebat di kepala, dan kemerahan dan peradangan di mata, bagian dalam, seperti tenggorokan atau lidah, menjadi berdarah dan mengeluarkan nafas yang tidak wajar dan bau" (terjemahan oleh Richard Crawley dari buku "The History of the Peloponnesian War," London Dent, 1914).
Epidemi ini telah lama menjadi sumber perdebatan di antara para ilmuwan; sejumlah penyakit telah diajukan sebagai kemungkinan, termasuk demam tifoid dan Ebola. Banyak sarjana percaya bahwa kepadatan penduduk yang disebabkan oleh perang memperburuk epidemi.
Tentara Sparta yang menyerang di tengah pandemi, memaksa Athena untuk berlindung di balik serangkaian benteng yang melindungi kota mereka. Meskipun epidemi, perang tetap berlanjut hingga berakhir sampai 404 SM ketika Athena dipaksa untuk menyerah kepada Sparta.
3. Wabah Antonine: 165-180 M
Ketika tentara Kekaisaran Romawi kembali dari medan perang, wabah Antonine berupa cacar menghancurkan tentara dan membunuh lebih dari 5 juta orang di kekaisaran Romawi, tulis April Pudsey, seorang dosen senior dalam Sejarah Romawi di Universitas Metropolitan Manchester.
Banyak sejarawan percaya bahwa epidemi melanda Kekaisaran Romawi setelah tentara kembali dari perang melawan Parthia. Epidemi berkontribusi pada akhir Pax Romana (Perdamaian Romawi), periode dari 27 SM sampai tahun 180 M, ketika Roma berada di puncak kekuasaannya.
4. Wabah Cyprian: 250-271 M
St Cyprianus, seorang uskup dari Carthage (sebuah kota di Tunisia) menggambarkan epidemi sebagai sinyal akhir dunia karena Wabah Cyprian. Wabah ini diperkirakan telah membunuh 5.000 orang sehari di Roma saja.
Pada tahun 2014, para arkeolog di Luxor menemukan apa yang tampaknya menjadi situs pemakaman massal korban wabah. Tubuh mereka ditutupi dengan lapisan kapur tebal yang digunakan sebagai desinfektan.
Epidemi ini telah lama menjadi sumber perdebatan di antara para ilmuwan; sejumlah penyakit telah diajukan sebagai kemungkinan, termasuk demam tifoid dan Ebola. Banyak sarjana percaya bahwa kepadatan penduduk yang disebabkan oleh perang memperburuk epidemi.
Baca Juga
Tentara Sparta yang menyerang di tengah pandemi, memaksa Athena untuk berlindung di balik serangkaian benteng yang melindungi kota mereka. Meskipun epidemi, perang tetap berlanjut hingga berakhir sampai 404 SM ketika Athena dipaksa untuk menyerah kepada Sparta.
3. Wabah Antonine: 165-180 M
Ketika tentara Kekaisaran Romawi kembali dari medan perang, wabah Antonine berupa cacar menghancurkan tentara dan membunuh lebih dari 5 juta orang di kekaisaran Romawi, tulis April Pudsey, seorang dosen senior dalam Sejarah Romawi di Universitas Metropolitan Manchester.
Banyak sejarawan percaya bahwa epidemi melanda Kekaisaran Romawi setelah tentara kembali dari perang melawan Parthia. Epidemi berkontribusi pada akhir Pax Romana (Perdamaian Romawi), periode dari 27 SM sampai tahun 180 M, ketika Roma berada di puncak kekuasaannya.
4. Wabah Cyprian: 250-271 M
St Cyprianus, seorang uskup dari Carthage (sebuah kota di Tunisia) menggambarkan epidemi sebagai sinyal akhir dunia karena Wabah Cyprian. Wabah ini diperkirakan telah membunuh 5.000 orang sehari di Roma saja.
Pada tahun 2014, para arkeolog di Luxor menemukan apa yang tampaknya menjadi situs pemakaman massal korban wabah. Tubuh mereka ditutupi dengan lapisan kapur tebal yang digunakan sebagai desinfektan.