Riset: Ada Hubungan Antara WFH dengan Maraknya Pelanggaran Data di Perusahaan

Kamis, 05 Agustus 2021 - 13:05 WIB
loading...
Riset: Ada Hubungan...
Hampir setengah (44%) dari pelanggaran menganalisis data pribadi pelanggan yang terekspos, seperti nama, email, kata sandi, atau bahkan data kesehatan. Foto: ist
A A A
JAKARTA - Laporan terbaru IBM menemukan bahwa ada hubungan antara bekerja jarak jauh selama pandemi dengan maraknya pelanggaran data.

Sebanyak 20% perusahaan melaporkan bahwa bekerja jarak jauh merupakan salah satu faktor pelanggaran data. Adapun pelanggaran data atau data breach selama pandemi merugikan perusahaan sebesar USD4,96 juta (hampir 15% lebih tinggi dari rata-rata).

BACA JUGA: Burnout, Capek Fisik dan Mental Gara-Gara Covid-19, Apakah Anda Pernah Mengalaminya?

Laporan yang dirilis IBM Security dan Ponemon Institute itu melakukan analisis mendalam terhadap tren data breach, melibatkan 100 ribu catatan di 500 perusahaan di dunia Mei 2020 dan Maret 2021.

Disebutkan bahwa penyusupan kredensial memiliki risiko terbesar. Faktanya, 82% responden survei mengakui bahwa mereka menggunakan kata sandi yang sama di seluruh akun.

Alhasil, kredensial yang disusupi merupakan penyebab utama dan efek dari pelanggaran data, yang menciptakan risiko tambahan bagi bisnis. Berikut adalah beberapa fakta tentang pelanggaran data:

· Data Pribadi Paling Diincar
Hampir setengah (44%) dari pelanggaran menganalisis data pribadi pelanggan yang terekspos, seperti nama, email, kata sandi, atau bahkan data kesehatan.

· PII Termahal
Informasi identitas pribadi pelanggan (PII) termahal dibanding jenis data lainnya (USD180 per catatan yang hilang atau dicuri vs USD161 untuk keseluruhan rata-rata per catatan).

· Penyusupan kredensial
Metode paling umum yang digunakan sebagai titik masuk penyerang adalah penyusupan kredensial, merepresentasikan 20% pelanggaran.

BACA JUGA: Dijual Lagi 5 Agustus Besok, Harga Laptop RedmiBook 15 Tetap Diskon Rp1 Juta

· Lebih Lama Dideteksi
Pelanggaran penyusupan kredensial butuh waktu paling lama untuk dideteksi. Rata-rata 250 hari untuk mengidentifikasi.
(dan)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Berita Terkait
Cloudflare Kenalkan...
Cloudflare Kenalkan AI untuk Mencegah Pencurian Data
Cloudflare Kenalkan...
Cloudflare Kenalkan AI Labyrinth untuk Cegah Pencurian Data
Hati-hati! 20 Serangan...
Hati-hati! 20 Serangan Siber dengan ChatGPT Terkuak
Waspada! Google Chrome...
Waspada! Google Chrome Palsu Curi Data Pengguna
Rendahnya Kesadaran...
Rendahnya Kesadaran Keamanan TI Faktor Utama Kebocoran Data
Tak Terdeteksi, Hacker...
Tak Terdeteksi, Hacker China dengan Mudah Masuk ke Jaringan Internet AS
Bukan Hanya Bisa Baca...
Bukan Hanya Bisa Baca Pesan WhatsApp, CIA Juga Bisa Mengakses Data Pengguna Ponsel
Nasabah Diimbau Waspada...
Nasabah Diimbau Waspada Praktik Gesek Tunai Ilegal, Ini Bahayanya
Toyota Umumkan 240GB...
Toyota Umumkan 240GB Data Pelanggan dan Karyawan Diretas
Rekomendasi
Pakistan Hancurkan Arogansi...
Pakistan Hancurkan Arogansi India, Tembak Jatuh Jet Tempur Ke-6 New Delhi
Tyson Fury Bikin Pusing,...
Tyson Fury Bikin Pusing, Eddie Hearn: Mengapa Kamu Mempermainkan Kami?
Zelensky Akui Ukraina...
Zelensky Akui Ukraina Tak Akan Bertahan Jika Perang Berlanjut 10 Tahun Lagi
Berita Terkini
Sesuatu yang Tidak Biasa...
Sesuatu yang Tidak Biasa Terjadi di Struktur Alam Semesta
Nintendo Kini Bisa Matikan...
Nintendo Kini Bisa Matikan Konsol Pengguna Jika Diretas
ChatGPT Diklaim Bisa...
ChatGPT Diklaim Bisa Tebak Pasangan Anda Selingkuh atau Tidak
Hindari Ganguan Mental,...
Hindari Ganguan Mental, Banyak Orang Kembali ke HP Jadul
Nvidia Memasok Chip...
Nvidia Memasok Chip ke Humain Arab Saudi untuk Pabrik AI
Banggakan Robot Tesla...
Banggakan Robot Tesla yang Bisa Menari, Elon Musk Dipermalukan Grok
Infografis
5 Negara Islam dengan...
5 Negara Islam dengan Kekuatan Militer Terkuat di Dunia
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved