Hewan Peliharaan Ternyata Ikut Menyumbang Emisi Karbon Sangat Tinggi

Senin, 22 Maret 2021 - 12:16 WIB
loading...
Hewan Peliharaan Ternyata...
Foto/dok
A A A
JAKARTA - Hewan peliharaan seperti anjing dan kucing di AS ternyata ikut menyumbang emisi karbon cukup tinggi. Berdasarkan penelitian, 160 juta anjing dan kucing di AS bertanggung jawab atas 25-30 persen dampak lingkungan dari daging yang dikonsumsi di negara tersebut.

Dalam buku berjudul "Time to Eat the Dog?", yang diterbitkan tahun 2009 lalu, Brenda dan Robert Vale memicu kemarahan pemilik hewan peliharaan karena mengatakan bahwa daging yang dimakan oleh anjing peliharaan rata-rata memiliki jejak karbon dua kali lipat daripada mengendarai SUV 10.000 kilometer. (Baca: Diambang Kehancuran, Bumi Akan Semakin Panas Akibat Emisi Karbon)

Satu dekade kemudian, putusan tentang dampak planet terkait dengan pola makan kucing dan anjing masih berlaku. "Saya tidak membenci hewan peliharaan," kata Gregory Okinawa, profesor di Institut Lingkungan dan Keberlanjutan Universitas California seperti dikutip Phys.org .

"Saya tahu hewan peliharaan membawa banyak kebaikan bagi manusia, baik sebagai hewan pekerja maupun hewan pendamping. Tapi, saya percaya bahwa ada sebagian orang yang ingin membuat pilihan memelihara hewan berdasarkan informasi yang ada," katanya kepada AFP.

Dalam sebuah studi tahun 2017, Okinawa memperkirakan 160 juta kucing dan anjing domestik di AS bertanggung jawab atas antara 25-30 persen dari dampak lingkungan dari daging yang dikonsumsi di negara tersebut. Itu berarti 64 juta ton CO2, setara dengan emisi tahunan 13 juta mobil bensin atau diesel.

Kelly Swanson, seorang profesor nutrisi hewan di University of Illinois, membantah temuan penelitian tersebut, dengan mengatakan bahwa penghitungan tersebut didasarkan pada asumsi yang tidak akurat. (Baca juga: Ilmuwan Ini Menjelaskan Apa yang Sebenarnya terjadi Ketika Manusia Mati)

"Karena sebagian besar makanan hewan didasarkan pada produk sekunder dari industri makanan manusia, terutama bahan yang berasal dari hewan, maka biaya lingkungan dari bahan-bahan tersebut tidak sama dengan yang dikonsumsi oleh manusia," katanya kepada AFP.

Untuk Sebastien Lefebvre, dari sekolah kedokteran hewan VetAgro-Sup Lyon, emisi karbon dari makanan hewani yang diproduksi secara massal secara konvensional dapat diabaikan.

Dia mengatakan, jeroan hewan bisa dijadikan makanan binatang peliharaan untuk menghindari pemborosan. Namun di beberapa negara, termasuk Belanda, daging dipelihara secara khusus untuk konsumsi hewan.

Sementara itu, Pim Martens, profesor di Universitas Maastricht, mengatakan, seperti halnya manusia jejak karbon hewan bergantung pada tempat Anda tinggal di dunia.

Dalam sebuah studi tahun 2019, Martens menemukan emisi seumur hidup seekor anjing dengan berat 10-20 kilogram di Belanda berkisar antara 4,2 - 17 ton CO2. Untuk anjing yang sama yang tinggal di China, emisi antara 3,7-19,1 ton. Namun di Jepang, anjing yang sama hanya menghasilkan 1,5-9,9 ton selama hidupnya.

Sepuluh ton CO2 kira-kira sama dengan emisi yang dihasilkan oleh dua mobil setiap tahun. Tetapi Martens mengatakan dia tidak menganggap perbandingan itu berguna. (Baca juga: Kapal Perang AS Akan Dipersenjatai Laser Pemburu dan Pembakar Drone)

Jadi, apa yang dapat dilakukan pecinta hewan yang sadar lingkungan untuk mengurangi kerusakan yang disebabkan oleh binatang peliharaan mereka? Okinawa menyarankan untuk mempertimbangkan spesies hewan lain sebagai hewan peliharaan, seperti hamster atau burung.

"Mungkin dari sudut pandang lain, memelihara kadal atau laba-laba besar lebih baik daripada seekor anjing. Tapi jika ingin lebih baik lagi anda jangan memelihara hewan sama sekali," kata Martens.
(ysw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
5 Negara dengan Polusi...
5 Negara dengan Polusi Udara Terkotor di Dunia
Polusi Udara Merenggut...
Polusi Udara Merenggut 7 Juta Nyawa Setiap Tahun
Kondisi Arktik pada...
Kondisi Arktik pada Tahun 2100 Diklaim Jadi Awal Mula Kiamat
Ausralia Sebut Kepulauan...
Ausralia Sebut Kepulauan Cocos Semakin Terancam Hilang Ditelan Ombak
Kota-Kota di Asia Tenggara...
Kota-Kota di Asia Tenggara Termasuk yang Paling Tercemar di Dunia, Jakarta Ada?
Envicount Luncurkan...
Envicount Luncurkan Software untuk Akuntansi Karbon dan Pelaporan ESG
Sulap Gurun menjadi...
Sulap Gurun menjadi Gedung Pencakar Langit, PBB Vonis Arab Saudi Mempercepat Kiamat
Microsoft Bangun Pusat...
Microsoft Bangun Pusat Data dengan Kayu untuk Kurangi Emisi Karbon
Gunung Fuji Tak Berselimut...
Gunung Fuji Tak Berselimut Salju Setelah 130 Tahun: Fenomena Langka yang Mengkhawatirkan
Rekomendasi
Laporkan Ahmad Dhani...
Laporkan Ahmad Dhani ke Bareskrim, Rayen Pono Bawa 3 Bukti
5 Tempat Wisata Terpopuler...
5 Tempat Wisata Terpopuler di Banyuwangi, Nomor 1 Dijuluki Afrika-nya Jawa!
Ayah Non-muslim Apakah...
Ayah Non-muslim Apakah Bisa jadi Wali Nikah?
Berita Terkini
China Siap Lanjutkan...
China Siap Lanjutkan Misi Luar Angkasa Minggu ini
15 menit yang lalu
Diselimuti Jutaan Telur...
Diselimuti Jutaan Telur Raksasa, Gunung Berapi Bawah Laut Purba Ditemukan
8 jam yang lalu
Apa Itu Rumah Modular?...
Apa Itu Rumah Modular? Smart Cottage LG yang Jadi Tempat Tinggal Masa Depan Berteknologi Canggih
8 jam yang lalu
AI Jadi Kunci LG untuk...
AI Jadi Kunci LG untuk Menguasai Pasar Peralatan Rumah Tangga di Asia
9 jam yang lalu
Meta Gunakan AI untuk...
Meta Gunakan AI untuk Deteksi Umur Pengguna di Bawah Umur
1 hari yang lalu
YouTube Akan Terjemahkan...
YouTube Akan Terjemahkan Bahasa secara Otomatis dengan AI
1 hari yang lalu
Infografis
Fakta Mengejutkan, Ternyata...
Fakta Mengejutkan, Ternyata Buaya adalah Hewan yang Sangat Setia
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved