Ini Penjelasan Golongan Darah A Punya Risiko Lebih Tinggi Terpapar COVID
loading...

Hasil studi mengisyaratkan orang dengan golongan darah A lebih mungkin tertular COVID-19 dan mengembangkan gejala parah daripada golongan darah lainnya. Foto/Ist
A
A
A
JAKARTA - Studi terbaru mengungkap virus Corona SARS-CoV-2 dapat lebih mudah menempel ke sel-sel saluran napas orang dengan golongan darah A dibandingkan mereka yang bergolongan darah B atau O.
Temuan ini mengisyaratkan kemungkinan penjelasan mengapa, selama pandemik, penelitian telah menemukan orang dengan golongan darah A lebih mungkin untuk tertular COVID-19 dan mengembangkan gejala parah daripada golongan darah lainnya. Baca juga: Rasio Kesembuhan Capai 86,4%, Presiden Apresiasi Penanganan COVID-19
Eksperimen laboratorium mengungkapkan bagian dari virus Corona yang disebut "domain pengikat reseptor" (RBD), yang secara langsung mengikat ke sel untuk memicu infeksi, juga menangkap molekul unik yang terkait dengan darah tipe A. Molekul-molekul ini, yang dikenal sebagai antigen, muncul di sel-sel yang melapisi saluran pernapasan, termasuk paru-paru, menurut penelitian yang diterbitkan 3 Maret lalu di jurnal Blood Advances.
"Secara teori, mengikat struktur ini dapat membantu virus Corona masuk dan menginfeksi sel-sel saluran napas dengan lebih mudah. Namun, kita belum tahu pasti," kata penulis studi kepada Live Science.
"Apakah ini benar-benar memengaruhi kemampuan virus untuk masuk ke dalam sel? Apakah virus hanya memengaruhi kemampuannya untuk melekat pada sel?" kata penulis studi, Dr Sean Stowell, seorang ilmuwan-dokter pengobatan transfusi di Universitas Emory, Georgia.
Dengan kata lain, data tersebut memberikan hubungan fisik pertama antara virus Corona dan darah tipe A. Tetapi diperlukan lebih banyak penelitian untuk memastikan bahwa perbedaan ini memengaruhi kemungkinan infeksi yang sebenarnya.
Mengapa Golongan Darah Penting?
Sejak hari-hari awal pandemik, beberapa penelitian terhadap pasien virus Corona telah mengungkap tren golongan darah yang tampaknya paling sering terinfeksi, lapor Live Science sebelumnya.
"Banyak penelitian telah menemukan hubungan antara golongan darah dan kecenderungan infeksi SARS-CoV-2, secara khusus, menunjukkan bahwa orang dengan golongan darah O memiliki risiko lebih rendah tertular COVID-19, dibandingkan golongan darah non-O," kata Dr Torben Barington, ahli imunologi klinis di Rumah Sakit Universitas Odense dan Universitas Denmark Selatan.
Orang dengan golongan darah A juga mungkin lebih mungkin untuk mengembangkan gejala parah dan kegagalan pernafasan ketika mereka tertular virus, beberapa penelitian menemukan.
"Beberapa hipotesis telah diajukan untuk asosiasi ini, tetapi kami masih perlu mempelajari mekanisme sebenarnya," kata Barington kepada Live Science melalui surat elektronik.
Studi baru ini mengisyaratkan kemungkinan penjelasan mengapa SARS-CoV-2 dapat menginfeksi orang bergolongan darah A lebih mudah daripada tipe O. Meskipun tidak menjelaskan mengapa tipe B juga dikaitkan dengan lebih banyak infeksi daripada tipe O.
Stowell, mengatakan, dia dan rekan-rekannya ingin tahu tentang hubungan antara golongan darah dan COVID-19, tetapi mereka benar-benar mendapat inspirasi untuk studi baru mereka sambil mengembangkan tes diagnostik untuk penyakit tersebut.
"Saat membuat tes, kami mulai melihat berbagai bagian virus dan menyadari bahwa domain pengikat reseptor ... terlihat sangat mirip dengan kelompok protein kuno yang disebut galektin," kata Stowell.
Galektin dapat ditemukan pada semua hewan multiseluler dan terikat pada karbohidrat, atau struktur gula, yang dikenal sebagai glycans. "Pada manusia, galektin dapat ditemukan di seluruh tubuh dan berpartisipasi dalam banyak proses, mulai dari perkembangan otot hingga metabolisme hingga perilaku sel kekebalan," kata Stowell.
Di masa lalu, lanjut dia, mereka telah mengamati bahwa galektin sangat suka mengikat antigen golongan darah, protein dan molekul yang khusus untuk golongan darah berbeda dan menempel di permukaan sel. Antigen golongan darah datang dalam dua rasa -A dan B- dan ada atau tidaknya antigen ini menentukan golongan darah seseorang -A, B, AB, yang memiliki keduanya, atau O, yang tidak memiliki keduanya, menurut Palang Merah Amerika.
Antigen tidak hanya ditemukan pada sel darah dalam tubuh, tetapi juga pada jaringan lain, termasuk lapisan paru-paru.
"Mengingat kesamaan molekuler antara RBD virus corona dan galektin, kami berpikir, 'Yah, mungkin virus itu langsung mengikat antigen golongan darah'," kata Stowell.
Jika itu masalahnya, antigen golongan darah entah bagaimana dapat mempengaruhi kemungkinan infeksi, katanya. Misalnya, beberapa virus berkembang biak di sel dengan terlebih dahulu menangkap glycans di permukaannya, menurut laporan tahun 2016 di jurnal Current Opinion in Structural Biology. Virus kemudian melepaskan glikan ini untuk menyelinap melalui pintu masuk terdekat ke dalam sel, memicu infeksi.
Hal serupa berpotensi terjadi dengan antigen golongan darah dan SARS-CoV-2, pikir para penulis. Dengan hipotesis ini, tim menuju ke lab untuk menjalankan eksperimen.
Di Laboratorium
Tim menganalisis bagaimana RBD berinteraksi dengan sel darah merah yang diisolasi dari individu bergolongan darah A, B dan O. Mereka juga menjalankan eksperimen dengan antigen golongan darah sintetis, berdasarkan antigen yang ditemukan pada sel darah merah dan pernapasan dari tiga golongan darah.
Ini memungkinkan tim untuk membandingkan apakah dan bagaimana RBD mengikat antigen golongan darah pada sel darah, serta di saluran pernapasan.
"Rasa antigen golongan darah yang diekspresikan pada permukaan sel darah merah sedikit berbeda dari rasa yang melapisi paru-paru kita," kata Stowell. Secara khusus, karena struktur molekulnya yang berbeda, antigen mengikat sedikit berbeda pada sel pernapasan daripada yang mereka lakukan pada sel darah, katanya.
"Yang menarik adalah perbedaan halus ini tampaknya penting bagi RBD virus Corona. Berdasarkan percobaan, RBD tidak langsung mengikat antigen sel darah merah mana pun dan tidak menunjukkan preferensi antara golongan darah, dalam hal ini. Sebaliknya, RBD 'menunjukkan preferensi yang tinggi' untuk antigen tipe A yang ditemukan pada sel pernapasan," paparnya.
"Jelas, ada preferensi ini. Kami tidak mengharapkan itu. Kini apakah itu berarti virus lebih mungkin menginfeksi golongan darah A, saya katakan, kami tidak tahu," tambahnya. Baca juga: 3 Cara Membuat Stiker WA dengan Racikan Sendiri
Temuan ini mengisyaratkan kemungkinan penjelasan mengapa, selama pandemik, penelitian telah menemukan orang dengan golongan darah A lebih mungkin untuk tertular COVID-19 dan mengembangkan gejala parah daripada golongan darah lainnya. Baca juga: Rasio Kesembuhan Capai 86,4%, Presiden Apresiasi Penanganan COVID-19
Eksperimen laboratorium mengungkapkan bagian dari virus Corona yang disebut "domain pengikat reseptor" (RBD), yang secara langsung mengikat ke sel untuk memicu infeksi, juga menangkap molekul unik yang terkait dengan darah tipe A. Molekul-molekul ini, yang dikenal sebagai antigen, muncul di sel-sel yang melapisi saluran pernapasan, termasuk paru-paru, menurut penelitian yang diterbitkan 3 Maret lalu di jurnal Blood Advances.
"Secara teori, mengikat struktur ini dapat membantu virus Corona masuk dan menginfeksi sel-sel saluran napas dengan lebih mudah. Namun, kita belum tahu pasti," kata penulis studi kepada Live Science.
"Apakah ini benar-benar memengaruhi kemampuan virus untuk masuk ke dalam sel? Apakah virus hanya memengaruhi kemampuannya untuk melekat pada sel?" kata penulis studi, Dr Sean Stowell, seorang ilmuwan-dokter pengobatan transfusi di Universitas Emory, Georgia.
Dengan kata lain, data tersebut memberikan hubungan fisik pertama antara virus Corona dan darah tipe A. Tetapi diperlukan lebih banyak penelitian untuk memastikan bahwa perbedaan ini memengaruhi kemungkinan infeksi yang sebenarnya.
Mengapa Golongan Darah Penting?
Sejak hari-hari awal pandemik, beberapa penelitian terhadap pasien virus Corona telah mengungkap tren golongan darah yang tampaknya paling sering terinfeksi, lapor Live Science sebelumnya.
"Banyak penelitian telah menemukan hubungan antara golongan darah dan kecenderungan infeksi SARS-CoV-2, secara khusus, menunjukkan bahwa orang dengan golongan darah O memiliki risiko lebih rendah tertular COVID-19, dibandingkan golongan darah non-O," kata Dr Torben Barington, ahli imunologi klinis di Rumah Sakit Universitas Odense dan Universitas Denmark Selatan.
Orang dengan golongan darah A juga mungkin lebih mungkin untuk mengembangkan gejala parah dan kegagalan pernafasan ketika mereka tertular virus, beberapa penelitian menemukan.
"Beberapa hipotesis telah diajukan untuk asosiasi ini, tetapi kami masih perlu mempelajari mekanisme sebenarnya," kata Barington kepada Live Science melalui surat elektronik.
Studi baru ini mengisyaratkan kemungkinan penjelasan mengapa SARS-CoV-2 dapat menginfeksi orang bergolongan darah A lebih mudah daripada tipe O. Meskipun tidak menjelaskan mengapa tipe B juga dikaitkan dengan lebih banyak infeksi daripada tipe O.
Stowell, mengatakan, dia dan rekan-rekannya ingin tahu tentang hubungan antara golongan darah dan COVID-19, tetapi mereka benar-benar mendapat inspirasi untuk studi baru mereka sambil mengembangkan tes diagnostik untuk penyakit tersebut.
"Saat membuat tes, kami mulai melihat berbagai bagian virus dan menyadari bahwa domain pengikat reseptor ... terlihat sangat mirip dengan kelompok protein kuno yang disebut galektin," kata Stowell.
Galektin dapat ditemukan pada semua hewan multiseluler dan terikat pada karbohidrat, atau struktur gula, yang dikenal sebagai glycans. "Pada manusia, galektin dapat ditemukan di seluruh tubuh dan berpartisipasi dalam banyak proses, mulai dari perkembangan otot hingga metabolisme hingga perilaku sel kekebalan," kata Stowell.
Di masa lalu, lanjut dia, mereka telah mengamati bahwa galektin sangat suka mengikat antigen golongan darah, protein dan molekul yang khusus untuk golongan darah berbeda dan menempel di permukaan sel. Antigen golongan darah datang dalam dua rasa -A dan B- dan ada atau tidaknya antigen ini menentukan golongan darah seseorang -A, B, AB, yang memiliki keduanya, atau O, yang tidak memiliki keduanya, menurut Palang Merah Amerika.
Antigen tidak hanya ditemukan pada sel darah dalam tubuh, tetapi juga pada jaringan lain, termasuk lapisan paru-paru.
"Mengingat kesamaan molekuler antara RBD virus corona dan galektin, kami berpikir, 'Yah, mungkin virus itu langsung mengikat antigen golongan darah'," kata Stowell.
Jika itu masalahnya, antigen golongan darah entah bagaimana dapat mempengaruhi kemungkinan infeksi, katanya. Misalnya, beberapa virus berkembang biak di sel dengan terlebih dahulu menangkap glycans di permukaannya, menurut laporan tahun 2016 di jurnal Current Opinion in Structural Biology. Virus kemudian melepaskan glikan ini untuk menyelinap melalui pintu masuk terdekat ke dalam sel, memicu infeksi.
Hal serupa berpotensi terjadi dengan antigen golongan darah dan SARS-CoV-2, pikir para penulis. Dengan hipotesis ini, tim menuju ke lab untuk menjalankan eksperimen.
Di Laboratorium
Tim menganalisis bagaimana RBD berinteraksi dengan sel darah merah yang diisolasi dari individu bergolongan darah A, B dan O. Mereka juga menjalankan eksperimen dengan antigen golongan darah sintetis, berdasarkan antigen yang ditemukan pada sel darah merah dan pernapasan dari tiga golongan darah.
Ini memungkinkan tim untuk membandingkan apakah dan bagaimana RBD mengikat antigen golongan darah pada sel darah, serta di saluran pernapasan.
"Rasa antigen golongan darah yang diekspresikan pada permukaan sel darah merah sedikit berbeda dari rasa yang melapisi paru-paru kita," kata Stowell. Secara khusus, karena struktur molekulnya yang berbeda, antigen mengikat sedikit berbeda pada sel pernapasan daripada yang mereka lakukan pada sel darah, katanya.
"Yang menarik adalah perbedaan halus ini tampaknya penting bagi RBD virus Corona. Berdasarkan percobaan, RBD tidak langsung mengikat antigen sel darah merah mana pun dan tidak menunjukkan preferensi antara golongan darah, dalam hal ini. Sebaliknya, RBD 'menunjukkan preferensi yang tinggi' untuk antigen tipe A yang ditemukan pada sel pernapasan," paparnya.
"Jelas, ada preferensi ini. Kami tidak mengharapkan itu. Kini apakah itu berarti virus lebih mungkin menginfeksi golongan darah A, saya katakan, kami tidak tahu," tambahnya. Baca juga: 3 Cara Membuat Stiker WA dengan Racikan Sendiri
(iqb)
Lihat Juga :