Kehadiran Aplikasi 'Ekosis' Bikin Adem Hati Para Petani
loading...
A
A
A
JAKARTA - Wabah virus Corona baru belum mereda di Indonesia. Kondisi ini ikut menambah daftar masalah di bidang agribisnis .
Di awal tahun 2021 ini saja misalnya, petani risau karena harga jual yang turun. Mereka tidak bisa berharap mendapatkan untung, sebab mencari balik modal saja sulit.
Sejumlah harga komoditas anjlok. Sebut saja komoditas tomat di wilayah Pagaralam, Sumsel yang harganya merosot di angka Rp600/kg dari harga normal Rp9.000/kg di tingkat petani.
Terkait kondisi ini, Felicia Yulie Mills, Bussiness Development Specialist Ekosis , mengatakan, berbagai keterbatasan petani menjadi pemicu rentetan permasalahan yang terjadi saat ini. Mulai dari keterbatasan mereka dalam memasarkan produk, panjangnya rantai distribusi, hingga sulitnya akses pada angkutan logistik.
"PR besar inilah yang mendasari Ekosis untuk mewujudkan kesejahteraan petani dengan bantuan teknologi. Untuk mendorong pemasaran, petani dapat mengiklankan produknya di website dan aplikasi Ekosis, agar dapat menjangkau pembeli di seluruh Indonesia," tutur Felicia.
Dengan Ekosis, dirinya berharap, petani dapat menjual hasil keringatnya dengan harga yang layak. Di sisi lain, hal ini juga menguntungkan pembeli, karena prosesnya memangkas rantai distribusi yang begitu panjang.
Jika petani terkendala perihal logistik atau pengiriman, mereka juga dapat langsung berkonsultasi dan memesan angkutan logistik yang tersedia di Ekosis. Saat ini pengiriman yang tersedia sudah menjangkau hampir 100% daerah pengiriman di seluruh Indonesia. "Dari Sabang sampai Merauke, dengan layanan darat, laut, udara, city courier, kereta api, hingga trucking," ujarnya.
Bahkan jika ada komoditas yang perlu dikirim dalam keadaan dingin/beku, tersedia layanan logistik dengan cold-storage yang juga dapat diakses langsung melalui website dan aplikasi Ekosis.
Di awal tahun 2021 ini saja misalnya, petani risau karena harga jual yang turun. Mereka tidak bisa berharap mendapatkan untung, sebab mencari balik modal saja sulit.
Sejumlah harga komoditas anjlok. Sebut saja komoditas tomat di wilayah Pagaralam, Sumsel yang harganya merosot di angka Rp600/kg dari harga normal Rp9.000/kg di tingkat petani.
Terkait kondisi ini, Felicia Yulie Mills, Bussiness Development Specialist Ekosis , mengatakan, berbagai keterbatasan petani menjadi pemicu rentetan permasalahan yang terjadi saat ini. Mulai dari keterbatasan mereka dalam memasarkan produk, panjangnya rantai distribusi, hingga sulitnya akses pada angkutan logistik.
"PR besar inilah yang mendasari Ekosis untuk mewujudkan kesejahteraan petani dengan bantuan teknologi. Untuk mendorong pemasaran, petani dapat mengiklankan produknya di website dan aplikasi Ekosis, agar dapat menjangkau pembeli di seluruh Indonesia," tutur Felicia.
Dengan Ekosis, dirinya berharap, petani dapat menjual hasil keringatnya dengan harga yang layak. Di sisi lain, hal ini juga menguntungkan pembeli, karena prosesnya memangkas rantai distribusi yang begitu panjang.
Jika petani terkendala perihal logistik atau pengiriman, mereka juga dapat langsung berkonsultasi dan memesan angkutan logistik yang tersedia di Ekosis. Saat ini pengiriman yang tersedia sudah menjangkau hampir 100% daerah pengiriman di seluruh Indonesia. "Dari Sabang sampai Merauke, dengan layanan darat, laut, udara, city courier, kereta api, hingga trucking," ujarnya.
Bahkan jika ada komoditas yang perlu dikirim dalam keadaan dingin/beku, tersedia layanan logistik dengan cold-storage yang juga dapat diakses langsung melalui website dan aplikasi Ekosis.
(iqb)