Ini Urutan E-Money Terbesar: Gopay, Ovo, Shopeepay, dan Dana

Rabu, 27 Januari 2021 - 23:04 WIB
loading...
Ini Urutan E-Money Terbesar: Gopay, Ovo, Shopeepay, dan Dana
Menurut hasil survei, Gopay masih menjadi emoney yang paling banyak dipakai. Disusul kemudian OVO.
A A A
BANDUNG - Selama pandemi , adopsi uang elektronik oleh masyarakat Indonesia meroket. Sebab, mereka lebih banyak di rumah dan berbelanja secara online. Tapi, pertanyaan yang membuat penasaran adalah ini: uang elektronik mana yang paling banyak di adopsi oleh pengguna?

Survei E-Channel Fintech E-Commerce & e-Lifestyle yang dilakukan Sharing Vision pada Desember 2020 memiliki jawabannya. Mereka melibatkan 1.729 orang responden. Dan yang luar biasa, 91 persen sudah menggunakan uang elektronik untuk mendukung transaksinya.



Menurut Chief Lembaga Riset Telematika Sharing Vision Dimitri Mahayana, berdasarkan hasil survey tersebut Gopay menempati peringkat pertama sebagai e-money yang paling banyak digunakan, dipilih 81% responden.

Posisi kedua ditempati OVO sebanyak 71%. Selanjutnya, Shopeepay menempati posisi ketiga dengan 44%, lalu Dana di posisi keempat dengan 41%, selanjutnya e-money Mandiri 21%, Flazz 18%, Link Aja 16%, dan Brizzi 5%. Sementara itu, i.saku 2%, Jakcard 1%, Paytren 1%, dan lainnya 2%.

"Alasan menggunakan e-money bervariasi, mulai dari simple, efisien secara waktu, banyaknya promo yang ditawarkan, tidak perlu datang ke bank, dan aman," kata Dimitri.

Alasan lainnya, menurut dia, adalah keharusan penggunaan e-money, seperti untuk tol dan pembayaran e-commerce yang mewajibkan penggunaan e-money untuk mendapatkan promo free ongkir. Selain itu juga ada yang berasalan audah terbiasa, sering lupa membawa uang tunai, dan karena kebutuhan.

Menariknya, kata dia, sebagian besar uang elektronik dipakai untuk pembayaran delivery makanan, yang dipilih sebanyak 86% responden. Pembayaran transportasi online menjadi kedua terbanyak dipilih responden, sebanyak 77%.

Sementara lainnya dipakai untuk pembelian pulsa (67%), pembayaran e-commerce (61%), pembayaran di resto atau cafe (58%). Selain itu juga untuk pembayaran tol (41%), pembayaran di minimarket (36%), transportasi umum (31%), tiket parkir (28%), utilitas (22%), lainnya (4%).

Kendati penggunaan uang elektronik tinggi, Dimitri menyebutkan, masih ada beberapa kendala pada layanan ini. Diantaranya aplikasi tidak bisa digunakan atau diakses. Selain itu masih sering terjadi saldo e-money tidak bisa bertambah walaupun sudah di top up.

"Selain itu, e-money kadang tidak terdeteksi dan saldo berkurang padahal tidak digunakan," ujar Dimitri.



Kendala lainnya adalah top up gagal, kendala jaringan, belum diterima di banyak layanan, gagal upgrade ke premium, transaksi ditolak, cashback tidak diterima. Kendala lain yang juga dikeluhkan pengguna adalah biaya admin, aplikasi lambat, paylater bermasalah, dan sulit scan QR Code.

"Sebanyak 78% responden pernah menggunakan layanan pembayaran QR code. Mereka umumnya menggunakan untuk pembayaran makanan di resto atau cafe, pembayaran di minimarket, supermarket, atau mall," tutup Dimitri.
(dan)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2124 seconds (0.1#10.140)