Catat! Ini Cara Tangkal dan Verifikasi Hoaks yang Beredar di Medsos
loading...
A
A
A
JAKARTA - Hoaks merupakan fenomena yang sudah ada dari dulu. Tapi di era digital ini, penyebarannya menjadi sangat masif. Hoaks biasanya disebar dengan memanfaatkan momentum. Bahkan, momentum bencana seperti pandemi Covid-19 juga dimanfaatkan.
Hoaks terkait Covid-19 tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga secara global dan menjalar di negara lain.
Contohnya negara maju seperti Inggris, pernah sampai ada puluhan tower 5G yang dibakar karena dipercaya tower tersebut sebagai penyebar virus corona.
Lalu di Amerika Serikat, ada penelitian yang menyebut mantan Presiden Donald Trump adalah salah satu penyebar misinformasi yang paling masif di negara itu.
Sayangnya, Ketua Presidium Mafindo, Septiaji Eko Nugroho, mengatakan Indonesia menjadi negara yang cukup masif terkait penyebaran hoaks Covid-19.
"Dari penelitian yang diambil dari berbagai negara dari Februari - April 2020, kita ranking 5 di dunia penyebaran hoaks, stigma, dan teori konspirasi," tutur pria yang biasa dipanggil Zack itu, saat konferensi pers secara virtual, Selasa (26/1/2021).
Mafindo mencatat dari Januari tahun lalu sampai hari ini, ada 858 hoaks terkait isu virus Corona. Sedangkan akhir-akhir ini hoaks yang muncul paling banyak terkait vaksinasi.
"Kami mencatat ada 83 hoaks yang terkait vaksin. Viralitasnya cukup tinggi, karena 40% di antaranya terkait isu keamanan dan kemanjuran," tambahnya.
Zack menjelaskan, jika sebuah informasi ada unsur ketakutan, biasanya mudah sekali membuat orang ingin tahu dan menyebarkanny. Menurutnya, hal semacam ini bisa dijumpai terhadap orang yang kurang berpikir kritis.
Ia mencontohkan, ada isu dokter di Sumatera meninggal setelah divaksin. Lalu Bupati Sleman setelah divaksin malah positif Corona. Banyak informasi semacam ini yang tidak lengkap tapi mudah menyebar di sosial media Tanah Air.
"Niatnya mungkin baik untuk berbagi pengetahuan dan kewaspadaan, tapi kalau tidak diteliti dulu, itu bisa menyesatkan dan membahayakan," ujarnya.
Untuk mengetahui sebuah hoaks, Zack menyarankan masyarakat melihat kritis setiap informasi yang muncul di media sosial dan bukan dari situs-situs yang memiliki kredibilitas.
Saat ini juga sudah ada berbagai upaya dari kanal periksa fakta. Pemerintah memiliki situs pencari fakta lewat Kementerian Komunikasi dan Informasi.
"Kami dari Mafindo juga mengelola situs turnbackhoaks.id dan cekfakta.com, yang bekerja sama dengan 24 media daring," terang Zack.
Selain cara-cara di atas, sebelumnya Mafindo juga telah meluncurkan chatbot di WhatsApp untuk memverifikasi kebenaran sebuah informasi. Chatbot ini disematkan banyak fitur agar lebih mudah digunakan.
"Ada lebih dari 6.000 database yang tersimpan dalam chatbot tersebut. Isinya terkait isu politik, sosial, kebencanaan, kesehatan, dan masih banyak lagi," ungkap Zack, saat peluncuran chatbot, November tahun lalu.
Cara menggunakannya sangat mudah. Pengguna cukup menyimpan nomor 0859-2160-0500. Kemudian buka aplikasi WhatsApp, dan kirim pesan ke nomor tersebut dengan kata kunci yang diinginkan.
Tak butuh waktu lama, akun chatbot itu langsung membalasnya dengan lima pilihan. 1. Periksa Hoax, 2. Cek Fakta Terbaru, 3. Tips & trik untuk melawan hoax, 4. Tentang kami, 5. Privasi.
Setelah itu, pengguna tinggal memilih salah satu menu tersebut dengan mengetikkan angkanya saja, lalu tekan tombol kirim. Selain mengetikkan kata kunci, pengguna juga bisa meneruskan pesan yang ingin diperiksa.Baca Juga: Tesla Selangkah Lagi Tanam Duit di Tanah Air, Dunia Akan Menyadari Kehadiran RI
"Kami akan tampilkan 5 temuan dengan akurasi tertinggi dari database hoax kami," tulis akun chatbot tersebut.
Hoaks terkait Covid-19 tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga secara global dan menjalar di negara lain.
Contohnya negara maju seperti Inggris, pernah sampai ada puluhan tower 5G yang dibakar karena dipercaya tower tersebut sebagai penyebar virus corona.
Lalu di Amerika Serikat, ada penelitian yang menyebut mantan Presiden Donald Trump adalah salah satu penyebar misinformasi yang paling masif di negara itu.
Sayangnya, Ketua Presidium Mafindo, Septiaji Eko Nugroho, mengatakan Indonesia menjadi negara yang cukup masif terkait penyebaran hoaks Covid-19.
"Dari penelitian yang diambil dari berbagai negara dari Februari - April 2020, kita ranking 5 di dunia penyebaran hoaks, stigma, dan teori konspirasi," tutur pria yang biasa dipanggil Zack itu, saat konferensi pers secara virtual, Selasa (26/1/2021).
Mafindo mencatat dari Januari tahun lalu sampai hari ini, ada 858 hoaks terkait isu virus Corona. Sedangkan akhir-akhir ini hoaks yang muncul paling banyak terkait vaksinasi.
"Kami mencatat ada 83 hoaks yang terkait vaksin. Viralitasnya cukup tinggi, karena 40% di antaranya terkait isu keamanan dan kemanjuran," tambahnya.
Zack menjelaskan, jika sebuah informasi ada unsur ketakutan, biasanya mudah sekali membuat orang ingin tahu dan menyebarkanny. Menurutnya, hal semacam ini bisa dijumpai terhadap orang yang kurang berpikir kritis.
Ia mencontohkan, ada isu dokter di Sumatera meninggal setelah divaksin. Lalu Bupati Sleman setelah divaksin malah positif Corona. Banyak informasi semacam ini yang tidak lengkap tapi mudah menyebar di sosial media Tanah Air.
"Niatnya mungkin baik untuk berbagi pengetahuan dan kewaspadaan, tapi kalau tidak diteliti dulu, itu bisa menyesatkan dan membahayakan," ujarnya.
Untuk mengetahui sebuah hoaks, Zack menyarankan masyarakat melihat kritis setiap informasi yang muncul di media sosial dan bukan dari situs-situs yang memiliki kredibilitas.
Saat ini juga sudah ada berbagai upaya dari kanal periksa fakta. Pemerintah memiliki situs pencari fakta lewat Kementerian Komunikasi dan Informasi.
"Kami dari Mafindo juga mengelola situs turnbackhoaks.id dan cekfakta.com, yang bekerja sama dengan 24 media daring," terang Zack.
Selain cara-cara di atas, sebelumnya Mafindo juga telah meluncurkan chatbot di WhatsApp untuk memverifikasi kebenaran sebuah informasi. Chatbot ini disematkan banyak fitur agar lebih mudah digunakan.
"Ada lebih dari 6.000 database yang tersimpan dalam chatbot tersebut. Isinya terkait isu politik, sosial, kebencanaan, kesehatan, dan masih banyak lagi," ungkap Zack, saat peluncuran chatbot, November tahun lalu.
Cara menggunakannya sangat mudah. Pengguna cukup menyimpan nomor 0859-2160-0500. Kemudian buka aplikasi WhatsApp, dan kirim pesan ke nomor tersebut dengan kata kunci yang diinginkan.
Tak butuh waktu lama, akun chatbot itu langsung membalasnya dengan lima pilihan. 1. Periksa Hoax, 2. Cek Fakta Terbaru, 3. Tips & trik untuk melawan hoax, 4. Tentang kami, 5. Privasi.
Setelah itu, pengguna tinggal memilih salah satu menu tersebut dengan mengetikkan angkanya saja, lalu tekan tombol kirim. Selain mengetikkan kata kunci, pengguna juga bisa meneruskan pesan yang ingin diperiksa.Baca Juga: Tesla Selangkah Lagi Tanam Duit di Tanah Air, Dunia Akan Menyadari Kehadiran RI
"Kami akan tampilkan 5 temuan dengan akurasi tertinggi dari database hoax kami," tulis akun chatbot tersebut.
(wbs)