1,1 Juta Data Pengguna Supermarket Daring Milik Lazada Diretas
loading...
A
A
A
JAKARTA - Peretasan menjadi masalah keamanan yang harus dihadapi oleh industri digital seperti e-commerce. Baru-baru ini, sebanyak 1,1 juta pengguna supermarket daring, RedMart, dilaporkan telah diretas pada 29 Oktober lalu. BACA JUGA - Serangan Santet Besar-Besaran ke Donald Trump Kacaukan Big Data AS
RedMart merupakan layanan daring milik Lazada, e-commerce yang asal Singapura yang juga berkecimpung di Indonesia. Di dalamnya dijual berbagai bahan pokok makanan dan kebutuhan rumah tangga lainnya. BACA JUGA - Serangan Santet Besar-Besaran ke Donald Trump Kacaukan Big Data AS
Melansir dari Reuters, Minggu (1/11/2020), akibat peretasan tersebut, sejumlah informasi pribadi seperti nama, nomor telepon, email, alamat, password, dan nomor kartu kredit dari pemgguna RedMart dijual secara ilegal di internet.
Lazada pun mengonfirmasi adanya upaya peretasan tersebut. Melalui keterangan tertulis, Lazada mengatakan bahwa data-data yang dicuri dari database RedMart di-hosting oleh penyedia layanan pihak ketiga.
Meski begitu, Lazada klaim bahwa data yang berhasil dicuri oleh peretas merupakan data lama yang tak lagi digunakan selama 18 bulan atau sejak Maret 2019.
Selain itu, data pengguna Lazada di Asia Tenggara juga dipastikan aman. "Data yang diretas tidak lagi digunakan. Alhasil data pelanggan Lazada di Asia Tenggara tidak terpengaruh atas kejadian ini," klaim Lazada dalam keterangan tertulisnya.
Lazada pun mengaku telah mengirimkan pesan ke pelanggannya, menjelaskan bahwa akun dan password pengguna Lazada yang aktif saat ini, sudah dilindungi dengan enkripsi.
Lazada juga berkomitmen meningkatkan keamanannya. Saat ini Lazada mengaku tengah melakukan langkah pengamanan sistem dengan memblokir akses ke database.
RedMart merupakan layanan daring milik Lazada, e-commerce yang asal Singapura yang juga berkecimpung di Indonesia. Di dalamnya dijual berbagai bahan pokok makanan dan kebutuhan rumah tangga lainnya. BACA JUGA - Serangan Santet Besar-Besaran ke Donald Trump Kacaukan Big Data AS
Melansir dari Reuters, Minggu (1/11/2020), akibat peretasan tersebut, sejumlah informasi pribadi seperti nama, nomor telepon, email, alamat, password, dan nomor kartu kredit dari pemgguna RedMart dijual secara ilegal di internet.
Lazada pun mengonfirmasi adanya upaya peretasan tersebut. Melalui keterangan tertulis, Lazada mengatakan bahwa data-data yang dicuri dari database RedMart di-hosting oleh penyedia layanan pihak ketiga.
Meski begitu, Lazada klaim bahwa data yang berhasil dicuri oleh peretas merupakan data lama yang tak lagi digunakan selama 18 bulan atau sejak Maret 2019.
Selain itu, data pengguna Lazada di Asia Tenggara juga dipastikan aman. "Data yang diretas tidak lagi digunakan. Alhasil data pelanggan Lazada di Asia Tenggara tidak terpengaruh atas kejadian ini," klaim Lazada dalam keterangan tertulisnya.
Lazada pun mengaku telah mengirimkan pesan ke pelanggannya, menjelaskan bahwa akun dan password pengguna Lazada yang aktif saat ini, sudah dilindungi dengan enkripsi.
Lazada juga berkomitmen meningkatkan keamanannya. Saat ini Lazada mengaku tengah melakukan langkah pengamanan sistem dengan memblokir akses ke database.
(wbs)