Mengenal Pulsed Electric Field, Inovasi Teknologi Canggih Karya Dosen UB

Rabu, 28 Februari 2024 - 13:48 WIB
loading...
Mengenal Pulsed Electric...
Penobatan Profesor Sukardi di Universitas Brawijaya. (Foto: Humas UB)
A A A
JAKARTA - Inovasi teknologi karya anak bangsa tak kalah dengan di luar negeri. Salah satunya adalah alat bernama Pulsed Electric Field (PEF) karya akademisi Universitas Brawijaya (UB) Malang Prof. Sukardi.

Teknologi medan listrik berpulsa ini bermanfaat untuk memudahkan ekstraksi. Teknologi ini terinspirasi banyaknya bahan baku dari daun, bunga, biji - bijian, untuk industri minyak wangi, kecantikan, citarasa, hingga obat yang ditemukan di Indonesia.

Sayangnya, bahan baku melimpah di Indonesia ini mayoritas masih diekspor dalam keadaan mentah atau setengah jadi. Dari bahan-bahan baku ini, para importir lantas mengambil senyawa bioaktif dan dimurnikan hingga nilai tambahnya mencapai 300 - 500 persen.

"Itu yang menikmati tetangga kita, bahan setengah jadi dan diekspor, balik lagi sudah jadi bahan jadi. Termasuk parfum -parfum kita yang mahal-mahal itu, yang dipakai orang-orang kaya itu banyak dari kita bahan bakunya kemudian diolah di sana," kata Sukardi dalam orasi pengukuhan gelar profesor di Universitas Brawijaya, Malang, Rabu (28/2/2024).



Menurutnya, pengolahan bahan-bahan baku itu bisa dilakukan dengan cara ekstraksi di dalam negeri. Tapi sayang kata dia, bahan-bahan baku untuk kebutuhan industri minyak wangi, kecantikan, citarasa, dan biji-bijian, hanya diekspor bahan mentahnya saja.

"Nilai tambahnya belum kita peroleh, karena kita ekspornya bahan baku mentah atau setengah jadi. Padahal sebenarnya teknologi ekstraksi dan pemurnian bahan bioaktif ini sudah dapat dilakukan di dalam negeri, sehingga nilai tambah dapat ditingkatkan," ucapnya.

Selama ini dikatakan Sukardi, teknik ekstraksi di Indonesia kebanyakan masih dilakukan dengan cara konvensional, sehingga efisiensi maksimalnya masih di angka 70 persen dari hasil ekstraksinya. Dari sanalah Sukardi membuat inovasi dengan alat medan listrik berpulsa dengan nama Pulsed Electric Field (PEF).

"PEF ini sebagai bagian dari teknologi baru pengambilan bahan bioaktif (ekstraksi). Objek berupa daun bunga, dan biji-bijian yang bisa mengandung bahan wangi-wangian. Obat-obatan yang lain yang bisa diekstrak dalam komponen," kata dosen Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) ini.



Dari alat ini juga bisa menghasilkan rendemen atau hasil ekstraksi hingga 100 persen atau bahkan bisa dua kali lipat dari hasilnya. Hasil ini tentu mampu meningkatkan nilai tambah dari bahan-bahan baku kearifan lokal yang ada di Indonesia. Nilai tegangannya pun dikatakan Sukardi, dapat diatur pada kisaran antara 100-10.000 volt (0.1-10 kV), frekuensi diatur mulai diatur mula 1 kHz), jarak katode-anode dari 5-30 sentimeter, dan waktu paparan PEF bisa diatur mulai 5 detik sampai 60 menit.

"Contohnya minyak sirih yang diekstrak yang biasanya memakan waktu 8 jam, dengan teknologi PEF itu hanya 4 sampai 6 jam bisa habis terestraksi semua," katanya.

"Konsep PEF ini memecah dinding sel di mana pada dinding sel itu ada bioaktif yang ingin kita ekstrak. Memang investasi alatnya ini seharga 15 juta, bagi UMKM yang kecil ini memang mahal."

Tapi bila dihitung-hitung untuk investasi harian dalam waktu dua tahun biaya Rp15 juta untuk alat ini bisa kembali. Terlebih melihat manfaat dan pemanfaatan nilai tambah dari bahan baku alam yang dimiliki oleh alam Indonesia.

"Kalau dari sisi hasil dua tahun bisa balik modal. Kalau biaya Rp15 juta, tapi kalau dihitung sebulan hanya Rp65 ribu. Dihitung harus dipahami sebetulnya murah itu, cuma memang beratnya di awal. Jadi harus kerjasama permodalan mungkin bagi para UMKM," katanya.
(msf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1682 seconds (0.1#10.140)