Yandex Dijual Murah, Siapa Kini Pemiliknya?

Rabu, 07 Februari 2024 - 11:09 WIB
loading...
Yandex Dijual Murah,...
Yandex kini sepenuhnya menjadi milik Rusia. (Foto: BBC)
A A A
JAKARTA - Perusahaan induk Yandex yang berbasis di Belanda, Yandex NV, menjual operasi di Rusia seharga 475 miliar Rubel atau USD5,2 miliar, jauh lebih rendah dari nilai pasar yang diperkirakan.

Penjualan senilai Rp81,9 triliun kepada konsorsium investor itu membuat bisnis Yandex di Rusia sekarang menjadi entitas yang sepenuhnya dimiliki dan dikendalikan oleh Rusia. Perusahaan sebelumnya dituduh menyembunyikan informasi tentang perang di Ukraina dari masyarakat Rusia.

Dilansir dari BBC, Rabu (7/2/2024), Moskow menyambut baik kesepakatan ini setelah negosiasi alot selama lebih dari 18 bulan.

"Inilah yang kami inginkan beberapa tahun yang lalu ketika Yandex berada dalam ancaman diambil alih oleh raksasa-raksasa IT Barat," kata Anton Gorelkin, wakil ketua komite kebijakan informasi parlemen Rusia.

"Yandex lebih dari sekadar perusahaan, itu adalah aset dari seluruh masyarakat Rusia," katanya.



Didirikan pada akhir 1990-an, Yandex mengembangkan mesin pencari, peta, dan bisnis periklanan sendiri. Layanan lainnya termasuk taksi dan pengiriman makanan.

Kesepakatan senilai USD5,2 miliar ini diyakini jauh lebih rendah dari nilai pasar Yandex, yang bernilai sekitar USD30 miliar pada tahun 2021.

Meskipun dijuluki ' Google-nya Rusia ', Yandex tidak memiliki kaitan dengan raksasa mesin pencari AS atau perusahaan induknya, Alphabet.

Sejak invasi Rusia ke Ukraina, banyak bisnis yang dimiliki asing hengkang dari negara tersebut. Mereka seringkali menjual aset dengan syarat yang tidak menguntungkan. Presiden Rusia Vladimir Putin juga memerintahkan penyitaan aset lainnya, seperti aset milik merek Barat Danone dan Carlsberg.



Salah satu pendiri Yandex, Arkady Volozh, adalah salah satu dari sedikit pengusaha Rusia yang blak-blakan menyuarakan keberatan terhadap invasi Rusia ke Ukraina. Dia meninggalkan perusahaan itu pada tahun 2022.

Volozh telah dikenai sanksi oleh Uni Eropa, yang pada tahun 2022 mengatakan bahwa Yandex bertanggung jawab atas mempromosikan media dan narasi Rusia dalam hasil pencarian, serta menurunkan peringkat dan menghapus konten yang kritis terhadap Kremlin, seperti konten terkait perang agresi Rusia terhadap Ukraina. Dia kini sedang berupaya menghapus sanksi karena merasa tidak pernah dekat dengan presiden Rusia Vladimir Putin.

Untuk mematuhi tuntutan pemerintah Rusia terhadap kontennya, Yandex menjual beberapa sumber daya online ke pesaing yang dikendalikan negara, VK, pada akhir 2022.
(msf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1927 seconds (0.1#10.140)