Mengenal AI Generatif dan Dampaknya Terhadap Keamanan Siber di Indonesia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Istilah AI generatif belakangan semakin populer. Bahkan, ternyata punya hubungan erat dengan keamanan siber . Seperti apa?
Faktanya, pelaku kejahatan siber terus menerus mengembangkan tipu muslihat baru. Presdir IBM Indonesia Roy Kosasih mengatakan, generatif AI (GAI) dapat mempersenjatai tim keamanan siber dan membantu mereka manajemen pengelolaan keamanan.
Termasuk Indonesia, yang tengah bergulat dengan tantangan keamanan siber, seiring meningkatnya potensi kebocoran aset data. Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) melaporkan tidak kurang 976,5 juta serangan siber telah terjadi hanya pada 2022 saja.
“Ini karena kemampuan GAI mendeteksi kemungkinan terjadi ancaman, memitigasi serangan, dan kemudian memproteksi sistem dari serangan-serangan yang semakin kreatif dan juga canggih,” ungkapnya.
Menurut Roy, dengan banyaknya kasus serangan siber di Indonesia, sangat penting bagi organisasi untuk selalu memperhatikan keamanan data mereka.
Apa itu AI generatif? AI generative adalah jenis kecerdasan buatan yang mampu menghasilkan konten baru, seperti teks, gambar, atau suara.
AI Generatif bekerja dengan mempelajari pola dari data yang ada, kemudian menggunakan pola tersebut untuk menghasilkan konten baru yang mirip dengan data yang telah dipelajari. Publik mengenal aplikasi AI generatif, salah satunya seperti ChatGPT.
Menurut Roy, di masa depan AI Generatif penting untuk mengelola tugas keamanan yang berulang seperti merangkum peringatan dan analisis akan meringankan beban kerja tim untuk untuk mengatasi masalah yang lebih strategis.
“GAI dapat menghasilkan konten keamanan seperti deteksi, alur kerja, dan kebijakan lebih cepat daripada manusia, sehingga mempercepat implementasi dan menyesuaikan diri dengan perubahan ancaman keamanan secara real-time,” ungkapnya.
Selain itu, ia menyebut GAI juga dapat mempelajari dan membuat respons aktif yang dioptimalkan dari waktu ke waktu, dengan kemampuan untuk menemukan semua insiden serupa, memperbarui semua sistem yang terpengaruh, dan memperbaiki semua kode yang rentan.
“Pada akhirnya, kita tidak dapat menghentikan pelaku serangan siber untuk menyerang kita, tetapi kita dapat mengetahui bahwa mereka telah menyerang kita, dan kemudian kita dapat mengambil tindakan terbaik dan tercepat untuk memperbaikinya,” ungkapnya.
Faktanya, pelaku kejahatan siber terus menerus mengembangkan tipu muslihat baru. Presdir IBM Indonesia Roy Kosasih mengatakan, generatif AI (GAI) dapat mempersenjatai tim keamanan siber dan membantu mereka manajemen pengelolaan keamanan.
Termasuk Indonesia, yang tengah bergulat dengan tantangan keamanan siber, seiring meningkatnya potensi kebocoran aset data. Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) melaporkan tidak kurang 976,5 juta serangan siber telah terjadi hanya pada 2022 saja.
“Ini karena kemampuan GAI mendeteksi kemungkinan terjadi ancaman, memitigasi serangan, dan kemudian memproteksi sistem dari serangan-serangan yang semakin kreatif dan juga canggih,” ungkapnya.
Menurut Roy, dengan banyaknya kasus serangan siber di Indonesia, sangat penting bagi organisasi untuk selalu memperhatikan keamanan data mereka.
Apa itu AI generatif? AI generative adalah jenis kecerdasan buatan yang mampu menghasilkan konten baru, seperti teks, gambar, atau suara.
AI Generatif bekerja dengan mempelajari pola dari data yang ada, kemudian menggunakan pola tersebut untuk menghasilkan konten baru yang mirip dengan data yang telah dipelajari. Publik mengenal aplikasi AI generatif, salah satunya seperti ChatGPT.
Menurut Roy, di masa depan AI Generatif penting untuk mengelola tugas keamanan yang berulang seperti merangkum peringatan dan analisis akan meringankan beban kerja tim untuk untuk mengatasi masalah yang lebih strategis.
“GAI dapat menghasilkan konten keamanan seperti deteksi, alur kerja, dan kebijakan lebih cepat daripada manusia, sehingga mempercepat implementasi dan menyesuaikan diri dengan perubahan ancaman keamanan secara real-time,” ungkapnya.
Selain itu, ia menyebut GAI juga dapat mempelajari dan membuat respons aktif yang dioptimalkan dari waktu ke waktu, dengan kemampuan untuk menemukan semua insiden serupa, memperbarui semua sistem yang terpengaruh, dan memperbaiki semua kode yang rentan.
“Pada akhirnya, kita tidak dapat menghentikan pelaku serangan siber untuk menyerang kita, tetapi kita dapat mengetahui bahwa mereka telah menyerang kita, dan kemudian kita dapat mengambil tindakan terbaik dan tercepat untuk memperbaikinya,” ungkapnya.