Suara Pro Palestina Dibungkam di Sosial Media, Benarkah?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Media sosial menjadi forum paling efektif menyebarkan pesan ke publik. Namun, disinyalir ada intervensi berupa shadow banning untuk membungkam simpati publik pro Palestina via tagar #FreePalestine dan #IStandWithPalestine.
Kecurigaan itu mencuat saat akhir pekan lalu, Thomas Maddens, pembuat film dan aktivis di Belgia, merasa aneh. Video tentang Palestina yang dia unggah ke TikTok dengan kata "genosida" tiba-tiba berhenti mendapatkan interaksi di platform setelah mendapat viewers yang tinggi.
"Saya akan mendapatkan jutaan tayangan, tapi interaksinya berhenti," kata Maddens kepada Al Jazeera, Kamis (26/10/2023).
Maddens menjadi salah satu dari ratusan pengguna media sosial yang curiga bahwa platform media sosial terbesar di dunia - Facebook, Instagram, X, YouTube, dan TikTok - membatasi akun atau secara aktif mengurangi jangkauan konten pro-Palestina, alias shadowbanning.
Penulis, aktivis, jurnalis, pembuat film, dan pengguna reguler di seluruh dunia mengatakan bahwa unggahan mengandung tagar seperti FreePalestine dan IstandWithPalestine serta pesan yang menyatakan dukungan terhadap warga Palestina yang tewas oleh pasukan Israel disembunyikan oleh platform.
Beberapa pengguna juga menuduh Instagram sewenang-wenang menghapus kiriman yang hanya menyebutkan Palestina karena melanggar "pedoman komunitas". Ada juga yang mengatakan cerita Instagram mereka disembunyikan karena membagikan informasi tentang protes mendukung Palestina di Los Angeles dan daerah Teluk San Francisco. Beberapa juga dilaporkan mengeluhkan kata "teroris" muncul di sekitar biografi Instagram mereka.
Dalam unggahan di X pada 15 Oktober, juru bicara Meta, Andy Stone, menyalahkan penurunan jangkauan kiriman pada bug. "Bug ini mempengaruhi akun secara merata di seluruh dunia dan tidak ada hubungannya dengan materi konten - dan kami memperbaikinya sesegera mungkin," tulis Stone.
Ketika ditanya tentang tuduhan shadowbanning, Stone mengarahkan Al Jazeera ke sebuah pos blog yang dipublikasikan oleh Meta yang menyoroti upayanya dalam menangani informasi yang salah terkait perang Israel-Hamas. Postingan itu mengatakan pengguna yang tidak setuju dengan keputusan moderasi perusahaan dapat mengajukan banding.
BBC melaporkan bahwa Meta meminta maaf karena menambahkan kata "teroris" pada akun pro-Palestina dan segera memperbaikinya.
Kecurigaan itu mencuat saat akhir pekan lalu, Thomas Maddens, pembuat film dan aktivis di Belgia, merasa aneh. Video tentang Palestina yang dia unggah ke TikTok dengan kata "genosida" tiba-tiba berhenti mendapatkan interaksi di platform setelah mendapat viewers yang tinggi.
"Saya akan mendapatkan jutaan tayangan, tapi interaksinya berhenti," kata Maddens kepada Al Jazeera, Kamis (26/10/2023).
Maddens menjadi salah satu dari ratusan pengguna media sosial yang curiga bahwa platform media sosial terbesar di dunia - Facebook, Instagram, X, YouTube, dan TikTok - membatasi akun atau secara aktif mengurangi jangkauan konten pro-Palestina, alias shadowbanning.
Penulis, aktivis, jurnalis, pembuat film, dan pengguna reguler di seluruh dunia mengatakan bahwa unggahan mengandung tagar seperti FreePalestine dan IstandWithPalestine serta pesan yang menyatakan dukungan terhadap warga Palestina yang tewas oleh pasukan Israel disembunyikan oleh platform.
Beberapa pengguna juga menuduh Instagram sewenang-wenang menghapus kiriman yang hanya menyebutkan Palestina karena melanggar "pedoman komunitas". Ada juga yang mengatakan cerita Instagram mereka disembunyikan karena membagikan informasi tentang protes mendukung Palestina di Los Angeles dan daerah Teluk San Francisco. Beberapa juga dilaporkan mengeluhkan kata "teroris" muncul di sekitar biografi Instagram mereka.
Dalam unggahan di X pada 15 Oktober, juru bicara Meta, Andy Stone, menyalahkan penurunan jangkauan kiriman pada bug. "Bug ini mempengaruhi akun secara merata di seluruh dunia dan tidak ada hubungannya dengan materi konten - dan kami memperbaikinya sesegera mungkin," tulis Stone.
Ketika ditanya tentang tuduhan shadowbanning, Stone mengarahkan Al Jazeera ke sebuah pos blog yang dipublikasikan oleh Meta yang menyoroti upayanya dalam menangani informasi yang salah terkait perang Israel-Hamas. Postingan itu mengatakan pengguna yang tidak setuju dengan keputusan moderasi perusahaan dapat mengajukan banding.
BBC melaporkan bahwa Meta meminta maaf karena menambahkan kata "teroris" pada akun pro-Palestina dan segera memperbaikinya.