Kejahatan Siber Incar Sistem Kerja Hybrid dengan DoS dan Ransomware
loading...

Serangan siber dengan DoS dan ransomware semakin meningkat. FOTO/ DAILY
A
A
A
JAKARTA - Penggunaan internet beberapa tahun belakangan meningkat pesan, pola kerja hybrid membuat lonjakan penggunaan perangkat terkelola hingga 100%. Pelaku kejahatan melihat fenomena ini merupakan peluang emas untuk melakukan aksinya,
BACA JUGA - Tangkal Serangan Siber, BSSN Bentuk Tim Tanggap Insiden Siber
Masyarakat Indonesia harus menyadari frekuensi dan kecanggihan serangan siber dan pelanggaran data.
“ Kurangnya tenaga ahli dalam industri keamanan siber di indonesia semakin mempersulit serangan siber, Fortinet berkomitmen untuk menjembatani kesenjangan keahlian serta memberikan pengetahuan dan kesadaran tentang keamanan siber kepada seluruh karyawan perusahaan,” Kata Country Director Fortiner Indonesia Edwin Lim di Raffles Hotel Jakarta pada Selasa 30 Mei 2023.
Fortinet merupakan pemimpin global keamanan siber yang mendorong konvergensi jaringan dan keamanan mengungkap temuan survei SASE Asia Pasifik tentang keamanan siber kerja hybrid.
Dari temuan survei tersebut, peningkatan jumlah koneksi ke cloud akan memperbesar peluang terjadinya pelanggaran keamanan.
Menjaga keamanan jaringan sambil tetap memastikan konektivitas karyawan ke cloud adalah prioritas dan merupakan tantangan besar.
Saat ini hanya 49% perusahaan di seluruh Asia yang memiliki personel keamanan khusus, dan hal ini yang menjadi penyebab lebih rentan terhadap insiden dan pelanggaran keamanan.
“Fortinet menawarkan solusi SASE Vendor Tunggal bertujuan untuk menyederhanakan pengelolaan kebijakan keamanan dan meningkatkan pengalaman pengguna bagi karyawan jarak jauh, untuk membantu perusahaan Indonesia mengatasi tantangan keamanan akibat perubahan tenaga kerja,” kata Edwin.
SASE sebagai vendor tunggal untuk peningkatan keamanan sekaligus memberikan pengalaman pengguna yang konsisten bagi karyawan hybrid.
Preferensi penerapan SASE untuk mengelola layanan jaringan dan keamanan untuk merampingkan proses operasionalnya, dari multi menjadi tunggal.
Masih berdasarkan hasil survei di atas, serangan keamanan yang paling banyak terjadi antara lain phishing, denial of service (DoS), pencurian data/identitas, ransomware, dan kehilangan data.
Namun, hanya 49 persen perusahaan di seluruh Asia yang memiliki personel keamanan khusus, menjadikan mereka lebih rentan terhadap insiden dan pelanggaran keamanan.
Sementara itu, Vice President of Marketing and Communications, Asia & ANZ Fortimet. Rashish Pandey mengatakan, kini dunia bergeser ke model kerja hybrid.
''Perusahaan menghadapi tantangan dalam mengamankan lingkungan ‘branch-office-of-one’, tempat karyawan dan perangkat beroperasi di luar batas-batas kantor tradisional,'' tuturnya.
BACA JUGA - Tangkal Serangan Siber, BSSN Bentuk Tim Tanggap Insiden Siber
Masyarakat Indonesia harus menyadari frekuensi dan kecanggihan serangan siber dan pelanggaran data.
“ Kurangnya tenaga ahli dalam industri keamanan siber di indonesia semakin mempersulit serangan siber, Fortinet berkomitmen untuk menjembatani kesenjangan keahlian serta memberikan pengetahuan dan kesadaran tentang keamanan siber kepada seluruh karyawan perusahaan,” Kata Country Director Fortiner Indonesia Edwin Lim di Raffles Hotel Jakarta pada Selasa 30 Mei 2023.
Fortinet merupakan pemimpin global keamanan siber yang mendorong konvergensi jaringan dan keamanan mengungkap temuan survei SASE Asia Pasifik tentang keamanan siber kerja hybrid.
Dari temuan survei tersebut, peningkatan jumlah koneksi ke cloud akan memperbesar peluang terjadinya pelanggaran keamanan.
Menjaga keamanan jaringan sambil tetap memastikan konektivitas karyawan ke cloud adalah prioritas dan merupakan tantangan besar.
Saat ini hanya 49% perusahaan di seluruh Asia yang memiliki personel keamanan khusus, dan hal ini yang menjadi penyebab lebih rentan terhadap insiden dan pelanggaran keamanan.
“Fortinet menawarkan solusi SASE Vendor Tunggal bertujuan untuk menyederhanakan pengelolaan kebijakan keamanan dan meningkatkan pengalaman pengguna bagi karyawan jarak jauh, untuk membantu perusahaan Indonesia mengatasi tantangan keamanan akibat perubahan tenaga kerja,” kata Edwin.
SASE sebagai vendor tunggal untuk peningkatan keamanan sekaligus memberikan pengalaman pengguna yang konsisten bagi karyawan hybrid.
Preferensi penerapan SASE untuk mengelola layanan jaringan dan keamanan untuk merampingkan proses operasionalnya, dari multi menjadi tunggal.
Masih berdasarkan hasil survei di atas, serangan keamanan yang paling banyak terjadi antara lain phishing, denial of service (DoS), pencurian data/identitas, ransomware, dan kehilangan data.
Namun, hanya 49 persen perusahaan di seluruh Asia yang memiliki personel keamanan khusus, menjadikan mereka lebih rentan terhadap insiden dan pelanggaran keamanan.
Sementara itu, Vice President of Marketing and Communications, Asia & ANZ Fortimet. Rashish Pandey mengatakan, kini dunia bergeser ke model kerja hybrid.
''Perusahaan menghadapi tantangan dalam mengamankan lingkungan ‘branch-office-of-one’, tempat karyawan dan perangkat beroperasi di luar batas-batas kantor tradisional,'' tuturnya.
(wbs)
Lihat Juga :