PM Denmark Akui Berpidato Menggunakan Teks dari ChatGPT
loading...
A
A
A
JAKARTA - Perdana Menteri Denmark, Mette Frederiksen menyampaikan pidato di Parlemen yang sebagian ditulis menggunakan alat kecerdasan buatan (AI) ChatGPT . Hal ini untuk menekankan aspek revolusioner dan risiko yang melibatkan aplikasi tersebut.
Kepala pemerintahan Denmark berbicara saat Parlemen bersiap menutup musim panas.
"Apa yang baru saja saya baca di sini bukan dari saya atau orang lain yang terkait dengan masalah ini,''
“Meskipun tidak selalu menjelaskan situasi sebenarnya dalam hal detail program kerja pemerintah dan tanda baca, menarik dan menakutkan untuk melihat kemampuan aplikasi ini,” kata Frederiksen seperti dilansir dari Reuters.
ChatGPT menjadi fokus akhir tahun lalu, menunjukkan kemampuan untuk menghasilkan esai, puisi, dan percakapan dari perintah yang paling sederhana.
Kesuksesan program tersebut mendorong investasi miliaran dolar ke lapangan, tetapi kritik menimbulkan kekhawatiran tentang dampaknya terhadap masyarakat.
Di antara yang paling ditakuti, termasuk kemungkinan chatbots dapat membanjiri web dengan informasi yang salah, algoritme yang bias, menghasilkan materi rasis, atau otomatisasi bertenaga AI yang dapat menyia-nyiakan seluruh industri.
Sekelompok pemimpin dan pakar industri, termasuk CEO OpenAI Sam Altman, juga memperingatkan potensi ancaman kepunahan yang ditimbulkan oleh teknologi tersebut.
Kepala pemerintahan Denmark berbicara saat Parlemen bersiap menutup musim panas.
"Apa yang baru saja saya baca di sini bukan dari saya atau orang lain yang terkait dengan masalah ini,''
“Meskipun tidak selalu menjelaskan situasi sebenarnya dalam hal detail program kerja pemerintah dan tanda baca, menarik dan menakutkan untuk melihat kemampuan aplikasi ini,” kata Frederiksen seperti dilansir dari Reuters.
ChatGPT menjadi fokus akhir tahun lalu, menunjukkan kemampuan untuk menghasilkan esai, puisi, dan percakapan dari perintah yang paling sederhana.
Kesuksesan program tersebut mendorong investasi miliaran dolar ke lapangan, tetapi kritik menimbulkan kekhawatiran tentang dampaknya terhadap masyarakat.
Di antara yang paling ditakuti, termasuk kemungkinan chatbots dapat membanjiri web dengan informasi yang salah, algoritme yang bias, menghasilkan materi rasis, atau otomatisasi bertenaga AI yang dapat menyia-nyiakan seluruh industri.
Sekelompok pemimpin dan pakar industri, termasuk CEO OpenAI Sam Altman, juga memperingatkan potensi ancaman kepunahan yang ditimbulkan oleh teknologi tersebut.
(wbs)