Teknologi AI Berkembang, Pakar IT Sebut Ini Profesi yang Mati dan Bertahan

Sabtu, 13 Mei 2023 - 13:29 WIB
loading...
Teknologi AI Berkembang,...
Pakar IT Indonesia, Ahmad Faizun menjelaskan berbagai studi menggambarkan korelasi antara AI dengan lapangan pekerjaan. Ada beberapa sektor pekerjaan yang terancam, ada juga yang berpotensi tetap bertahan dan bahkan berkembang. Foto/Dok. SINDOnews
A A A
JAKARTA - Perkembangan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) bak dua mata pisau, satu sisi mempermudah berbagai aktivitas, namun di sisi lain mengancam hilangnya lapangan pekerjaan di berbagai sektor. Ada beberapa sektor pekerjaan yang terancam, ada juga yang berpotensi tetap bertahan dan bahkan mampu berkembang.

Pakar IT Indonesia, Ahmad Faizun menjelaskan berbagai studi menggambarkan korelasi antara AI dengan lapangan pekerjaan. Salah satunya, kantor Konsultan Raksasa PwC yang telah melakukan riset dan memperkirakan bahwa AI akan menggantikan hingga 40% pekerjaan pada tahun 2030, dengan sektor keuangan menjadi yang paling rentan terhadap otomatisasi.

“Jadi, sepertinya gangguan AI sudah terjadi. Sebuah studi Universitas Oxford tahun 2013 menemukan bahwa 47% pekerjaan AS dapat dihilangkan oleh AI selama 20 tahun ke depan, prediksi tersebut tampaknya salah,” kata Faizun dalam keterangan tertulisnya, Jumat (12/5/2023).



Bahkan studi Goldman Sachs baru-baru ini menemukan bahwa alat AI generatif sebenarnya dapat memengaruhi 300 juta pekerjaan penuh waktu di seluruh dunia. “Tentu ini dapat menyebabkan gangguan signifikan di pasar kerja,” lanjut Faizun.

Menyikapi keberadaan AI, Faizun mengimbau masyarakat harus mampu beradaptasi. Di bidang pendidikan misalnya, proses belajar mengajar menurutnya dengan mengedepankan sains sangat diperlukan.

Faizun menuturkan, profesi yang di masa mendatang kemungkinan akan tergerus oleh keberadaan teknologi AI atau robot adalah pekerjaan dengan tugas rutin dan perintah berulang. “Seperti penerjemah, paralegal, pegawai negeri di tingkat birokrat atau administrasi, pekerja pabrik untuk produk noncustomized,” urainya.

Sementara profesi di masa depan yang mampu bertahan atau kemungkinan kecil digantikan oleh AI adalah pekerjaan yang memiliki banyak kreativitas atau keahlian khusus. Di antaranya, artis, dokter, politisi atau pembuat kebijakan pemerintah, ilustrator, analis, serta pekerjaan yang bertindak out of the box dan memiliki intuisi yang tak dapat dilihat oleh AI.



Disamping itu, profesi yang menurutnya dapat berselancar di atas kemajuan teknologi AI, antara lain Data Scientist, Machine Learning Specialist, Big Data dan Analytical Specialist dan berbagai profesi lainnya, seperti akuntan, auditor serta spesialis keamanan informasi.

Adapun profesi paling berisiko dan bisa punah dengan keberadaan AI beber Faizun, antara lain telemarketer, petugas pinjaman, kasir, asisten Paralegal dan Hukum, serta sopir taksi. Sedangkan profesi teraman antara lain pekerja sosial kesehatan mental dan penyalahgunaan zat, terapis okupasi, ahli diet dan ahli gizi, dokter dan ahli bedah, pendeta.

“Profesi yang mungkin terus berkembang dengan keberadaan AI yaitu ilmuwan data, pemrogram AI, peneliti, analis, dan spesialis keamanan informasi. AI dapat berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan karier karena mereka adalah pengadopsi awal dan pengguna berat teknologi AI,” katanya.

Faizun menerangkan AI adalah kecerdasan memahami, mensintesis, dan menyimpulkan informasi yang didemonstrasikan oleh mesin, berlawanan dengan kecerdasan yang ditunjukkan oleh manusia atau hewan lain. “Dengan kata lain, Kecerdasan Buatan (AI), merupakan kemampuan mesin untuk melakukan tugas yang dianggap membutuhkan kecerdasan manusia,” terangnya.
(wib)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2157 seconds (0.1#10.140)