ASPI Akui Kecerdasan Buatan Iran Lebih Canggih dari AI China dan AS
loading...
A
A
A
TEHERAN - Iran menjadi negara berteknologi canggih berdasarkan oleh Australian Strategic Policy Institute (ASPI) sangatlah beralasan.
Pasalnya di luar persaingan antara China dan Amerika Serikat, ASPI sebut kinerja Iran yang sangat kuat dalam teknologi kecerdasan buatan langsung mencolok. Iran terbuktu hadir muncul sebagai pusat penelitian akselerator perangkat keras yang tak terduga.
Seperti dilansir dari Mehr News, Jumat (28/4/2023), hal ini terbukti Iran telah mengeluarkan laporan Ilmuwan nuklir Mohsen Fakhrizadeh tewas terbunuh dalam sebuah konvoi di luar Tehran,
Pelaku Membunuh menggunakan senapan mesin yang dikendalikan satelit dengan "kecerdasan buatan" digunakan untuk membunuh ilmuwan nuklir Iran, kata seorang komandan Garda Revolusi.
Analis Tom Withington, yang berspesialisasi dalam perang elektronik, mengatakan laporan itu harus diperlakukan dengan "sedikit skeptis", dan menambahkan bahwa deskripsi Iran tampaknya tidak lebih dari kumpulan "kata-kata keren" yang dirancang untuk menunjukkan bahwa hanya kekuatan besar yang mungkin melakukan misi ini.
Profesor Noel Sharkey, anggota Campaign Against Killer Robots, mengatakan konsekuensi pasukan militer yang memiliki akses ke senjata semacam itu akan memiliki "konsekuensi yang tak terbayangkan".
"Jika perangkat semacam itu bisa beroperasi sendiri, menggunakan pengenalan wajah untuk menentukan dan membunuh orang, kita akan berada di jalur menurun yang sepenuhnya akan mengganggu keamanan global," katanya seperti dilansir BBC.
Pasalnya di luar persaingan antara China dan Amerika Serikat, ASPI sebut kinerja Iran yang sangat kuat dalam teknologi kecerdasan buatan langsung mencolok. Iran terbuktu hadir muncul sebagai pusat penelitian akselerator perangkat keras yang tak terduga.
Seperti dilansir dari Mehr News, Jumat (28/4/2023), hal ini terbukti Iran telah mengeluarkan laporan Ilmuwan nuklir Mohsen Fakhrizadeh tewas terbunuh dalam sebuah konvoi di luar Tehran,
Pelaku Membunuh menggunakan senapan mesin yang dikendalikan satelit dengan "kecerdasan buatan" digunakan untuk membunuh ilmuwan nuklir Iran, kata seorang komandan Garda Revolusi.
Analis Tom Withington, yang berspesialisasi dalam perang elektronik, mengatakan laporan itu harus diperlakukan dengan "sedikit skeptis", dan menambahkan bahwa deskripsi Iran tampaknya tidak lebih dari kumpulan "kata-kata keren" yang dirancang untuk menunjukkan bahwa hanya kekuatan besar yang mungkin melakukan misi ini.
Profesor Noel Sharkey, anggota Campaign Against Killer Robots, mengatakan konsekuensi pasukan militer yang memiliki akses ke senjata semacam itu akan memiliki "konsekuensi yang tak terbayangkan".
"Jika perangkat semacam itu bisa beroperasi sendiri, menggunakan pengenalan wajah untuk menentukan dan membunuh orang, kita akan berada di jalur menurun yang sepenuhnya akan mengganggu keamanan global," katanya seperti dilansir BBC.
(wbs)