Erajaya Digital Tambah 51 Gerai Baru, Karena Transaksi E-Commerce Turun?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Walau penjualan atau transaksi gadget dan barang elektronik lewat e-commerce/online terus tumbuh, tapi Erajaya Digital mengawali kuartal kedua 2023 ini dengan meresmikan 51 gerai ritel baru.
Pertanyaannya, mengapa harus membangun gerai-gerai baru? Apakah transaksi online tidak cukup besar?
CEO Erajaya Digital Joy Wahjudi mengakui bahwa saat ini penetrasi internet di Indonesia sudah sangat tinggi. Tapi, pihaknya mengaku ingin menjangkau langsung pelanggan yang tersebar luas.
”Ekpansi footprint ritel terus dilakukan agar semakin banyak pelanggan yang bisa mengakses produk gadget, aksesoris dan perangkat IoT dengan pengalaman berbelanja secara omnichannel,” ujarnya.
Dampaknya, pelanggan dapat merasakan pengalaman yang sama di setiap saluran yang mereka gunakan.
Di omnichannel, data dan informasi pelanggan diintegrasikan secara menyeluruh di setiap saluran, sehingga bisnis dapat memberikan pengalaman yang dipersonalisasi dan relevan kepada pelanggan.
Tujuan omnichannel adalah memberi pengalaman pelanggan yang mulus, terkoordinasi, dan terpadu di semua saluran yang digunakan pelanggan.
Ada juga Erafone Ruko Petung Penajam, Kalimantan Timur, di Kota Tomohon, Sulawesi Utara, hingga Xiaomi Store Maluku City Mall yang jadi gerai Xiaomi Store pertama di wilayah Maluku dan sekitarnya.
”Total kami meresmikan 51 gerai baru yang terdiri dari 49 gerai Erafone, 1 iBox dan 2 Xiaomi Store,” ungkap Joy. “Di gerai-gerai itu kami juga sediakan layanan seperti Upgrade Terusss!, Click n’ Pickup serta Mobile Shopping,” tambahnya.
Tapi, masih dibawah target bank sentral sebesar Rp489 triliun. Menurut BI, beberapa faktor yang menyebabkan nilai transaksi e-commerce pada tahun lalu tidak mencapai target adalah berakhirnya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang membuat transaksi offline kembali normal.
Meski laporan We Are Social pada Januari 2023 menyebut bahwa penetrasi internet di Indonesia telah mencapai 77% dari total populasi atau sebesar 212,9 juta jiwa, faktanya pabrikan tidak mau bergantung pada transaksi online.
“Orang Indonesia itu maunya ‘touch and feel’, mereka ingin sentuh dan merasakan langsung barangnya sebelum membeli,” beber Joy.
Selain itu, ada beberapa keterbatasan lain transaksi online seperti koneksi internet yang tidak stabil dan terbatas, Infrastruktur logistik di Indonesia masih belum merata, banyak konsumen di Indonesia masih belum terbiasa dengan transaksi online, maraknya penipuan secara online, biaya pengiriman tinggi, dan banyak orang di Indonesia masih tidak memiliki akses ke kartu kreditatauakunbank.
Pertanyaannya, mengapa harus membangun gerai-gerai baru? Apakah transaksi online tidak cukup besar?
CEO Erajaya Digital Joy Wahjudi mengakui bahwa saat ini penetrasi internet di Indonesia sudah sangat tinggi. Tapi, pihaknya mengaku ingin menjangkau langsung pelanggan yang tersebar luas.
”Ekpansi footprint ritel terus dilakukan agar semakin banyak pelanggan yang bisa mengakses produk gadget, aksesoris dan perangkat IoT dengan pengalaman berbelanja secara omnichannel,” ujarnya.
Hadir di Online dan Offline
Omnichannel sendiri merupakan strategi pemasaran dan penjualan yang menggunakan beberapa saluran distribusi dan komunikasi sekaligus. Dalam omnichannel, bisnis berusaha untuk mengintegrasikan pengalaman pelanggan melalui semua saluran, seperti toko fisik, toko online, media sosial, pesan teks, hingga email.Dampaknya, pelanggan dapat merasakan pengalaman yang sama di setiap saluran yang mereka gunakan.
Di omnichannel, data dan informasi pelanggan diintegrasikan secara menyeluruh di setiap saluran, sehingga bisnis dapat memberikan pengalaman yang dipersonalisasi dan relevan kepada pelanggan.
Tujuan omnichannel adalah memberi pengalaman pelanggan yang mulus, terkoordinasi, dan terpadu di semua saluran yang digunakan pelanggan.
Menjangkau Pelosok
Pembukaan 51 gerai ritel Erajaya Digital disebar di berbagai wilayah di Indonesia, termasuk di banyak kota-kota baru. Misalnya, Erafone Ruko Kolaka menjadi gerai Erafone pertama di Kabupaten Kolaka sekaligus gerai Erafone kedua di Provinsi Sulawesi Tenggara.Ada juga Erafone Ruko Petung Penajam, Kalimantan Timur, di Kota Tomohon, Sulawesi Utara, hingga Xiaomi Store Maluku City Mall yang jadi gerai Xiaomi Store pertama di wilayah Maluku dan sekitarnya.
”Total kami meresmikan 51 gerai baru yang terdiri dari 49 gerai Erafone, 1 iBox dan 2 Xiaomi Store,” ungkap Joy. “Di gerai-gerai itu kami juga sediakan layanan seperti Upgrade Terusss!, Click n’ Pickup serta Mobile Shopping,” tambahnya.
Transaksi E-Commerce Tidak Capai Target
Menurut Bank Indonesia (BI), nilai transaksi perdagangan elektronik atau e-commerce di Indonesia pada 2022 hanya Rp476,3 triliun dengna volume transaksi 3,49 miliar kali. Angka tersebut memang lebih tinggi 18,8% dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp401 triliun.Tapi, masih dibawah target bank sentral sebesar Rp489 triliun. Menurut BI, beberapa faktor yang menyebabkan nilai transaksi e-commerce pada tahun lalu tidak mencapai target adalah berakhirnya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang membuat transaksi offline kembali normal.
Meski laporan We Are Social pada Januari 2023 menyebut bahwa penetrasi internet di Indonesia telah mencapai 77% dari total populasi atau sebesar 212,9 juta jiwa, faktanya pabrikan tidak mau bergantung pada transaksi online.
“Orang Indonesia itu maunya ‘touch and feel’, mereka ingin sentuh dan merasakan langsung barangnya sebelum membeli,” beber Joy.
Selain itu, ada beberapa keterbatasan lain transaksi online seperti koneksi internet yang tidak stabil dan terbatas, Infrastruktur logistik di Indonesia masih belum merata, banyak konsumen di Indonesia masih belum terbiasa dengan transaksi online, maraknya penipuan secara online, biaya pengiriman tinggi, dan banyak orang di Indonesia masih tidak memiliki akses ke kartu kreditatauakunbank.
(dan)