Begini Cara Penipu Voice Phising Memperdaya Korbannya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Modus penipuan online voice phising atau vishing menjerat korban untuk memberikan data pribadi dengan rapi dan canggih. Terutama, lewat penggunaan voice-to-text synthesizers . Bahkan, sebagian dari mereka juga memakai sistem robocall untuk membuat korban seolah-oleh sedang dihubungi oleh sistem robot.
Nah, bagaimana modus operandi penipuan vishing? Nah, berikut urutan penipuan yang harus diwaspadai:
1. Pelaku Vishing melakukan panggilan ke nomor rumah korban yang mereka peroleh dari database.
2. Setelah korban mengangkat teleponnya, sistem robot akan menjawab dengan memberikan nama perusahaan, serta menjelaskan maksud dan tujuan mereka.
3. Kemudian, korban akan diarahkan untuk menekan tombol antara 0-9 yang berikutnya akan disambungkan kepada operator.
4. Operator ini nantinya akan menjelaskan skenario-skenario fiktif seperti pemblokiran nomor telepon, penunggakan pajak, atau tagihan dari bank.
5. Semua skenario tersebut bertujuan untuk mendapatkan data sensitif dengan menciptakan rasa khawatir dan urgensi terhadap korban mereka.
Dittipidsiber Bareskrim Polri IPTU Jhehan Septiano memberi imbauan kepada masyarakat untuk lebih berhati-hati dan teliti dalam menerima panggilan telepon.
“Meningkatnya kasus kejahatan siber menjadi masalah serius yang harus dihadapi bersama. Sepanjang 2022, Dittipidsiber Bareskrim Polri mencatat setidaknya 1.617 kasus penipuan melalui media elektronik,” ungkapnya.
Jhehan mengajak masyarakat untuk tidak sembarangan memberikan data-data pribadi seperti nomor KTP, alamat rumah, atau nomor kartu kredit kepada orang melalui telepon.
Sebab, bisa saja digunakan untuk tindak kejahatan oleh para pelaku, seperti pencurian identitas. Atau, bahkan melakukan peminjaman online dengan menggunakan data milik korban mereka.
“Kami harap masyarakat dapat melaporkan aktivitas mencurigakan terkait kejahatan siber kepada pihak berwenang,” ungkap IPTU Jhehan Septiano.
1. Sebelum kita menerima panggilan adalah dengan mengidentifikasi sang penelpon.
2. Apabila kita tidak dapat mengenali penelpon dari suara, intonasi, atau data pribadi penelpon, maka sudah sepatutnya kita merasa curiga.
3. Ketika pelaku vishing mulai menanyakan data-data pribadi kita, waspada. Pelaku biasanya membuat skenario dimana calon korban perlu memberikan data-data pribadi mereka secara langsung, contohnya seperti pembayaran kartu kredit, pajak, atau bahkan langganan internet.
4. Data tersebut bisa berupa Nama, nomor KTP, nomor kartu debit dan kredit, ataupun data-data sensitif lainnya.
5. Apabila tidak teliti, korban bisa saja tanpa sadar memberikan data-data pribadinya yang tanpa ia sadari dapat digunakan untuk tindak kejahatan.
6. Ketika pelaku mulai berbicara dengan intonasi tinggi dan memberikan tekanan kepada korban dalam bentuk skenario-skenario yang menyudutkan, misalnya tuduhan-tudahan, pembayaran ganti rugi, dan lain-lain, wajibdiwaspadai.
Nah, bagaimana modus operandi penipuan vishing? Nah, berikut urutan penipuan yang harus diwaspadai:
1. Pelaku Vishing melakukan panggilan ke nomor rumah korban yang mereka peroleh dari database.
2. Setelah korban mengangkat teleponnya, sistem robot akan menjawab dengan memberikan nama perusahaan, serta menjelaskan maksud dan tujuan mereka.
3. Kemudian, korban akan diarahkan untuk menekan tombol antara 0-9 yang berikutnya akan disambungkan kepada operator.
4. Operator ini nantinya akan menjelaskan skenario-skenario fiktif seperti pemblokiran nomor telepon, penunggakan pajak, atau tagihan dari bank.
5. Semua skenario tersebut bertujuan untuk mendapatkan data sensitif dengan menciptakan rasa khawatir dan urgensi terhadap korban mereka.
Dittipidsiber Bareskrim Polri IPTU Jhehan Septiano memberi imbauan kepada masyarakat untuk lebih berhati-hati dan teliti dalam menerima panggilan telepon.
“Meningkatnya kasus kejahatan siber menjadi masalah serius yang harus dihadapi bersama. Sepanjang 2022, Dittipidsiber Bareskrim Polri mencatat setidaknya 1.617 kasus penipuan melalui media elektronik,” ungkapnya.
Jhehan mengajak masyarakat untuk tidak sembarangan memberikan data-data pribadi seperti nomor KTP, alamat rumah, atau nomor kartu kredit kepada orang melalui telepon.
Sebab, bisa saja digunakan untuk tindak kejahatan oleh para pelaku, seperti pencurian identitas. Atau, bahkan melakukan peminjaman online dengan menggunakan data milik korban mereka.
“Kami harap masyarakat dapat melaporkan aktivitas mencurigakan terkait kejahatan siber kepada pihak berwenang,” ungkap IPTU Jhehan Septiano.
Tips Menghindari Voice Phising:
Ketika kita menerima panggilan yang tidak dikenal, ada beberapa hal yang perlu kita waspadai yang dapat menjadi indikasi bahwa panggilan tersebut merupakan percobaan penipuan.1. Sebelum kita menerima panggilan adalah dengan mengidentifikasi sang penelpon.
2. Apabila kita tidak dapat mengenali penelpon dari suara, intonasi, atau data pribadi penelpon, maka sudah sepatutnya kita merasa curiga.
3. Ketika pelaku vishing mulai menanyakan data-data pribadi kita, waspada. Pelaku biasanya membuat skenario dimana calon korban perlu memberikan data-data pribadi mereka secara langsung, contohnya seperti pembayaran kartu kredit, pajak, atau bahkan langganan internet.
4. Data tersebut bisa berupa Nama, nomor KTP, nomor kartu debit dan kredit, ataupun data-data sensitif lainnya.
5. Apabila tidak teliti, korban bisa saja tanpa sadar memberikan data-data pribadinya yang tanpa ia sadari dapat digunakan untuk tindak kejahatan.
6. Ketika pelaku mulai berbicara dengan intonasi tinggi dan memberikan tekanan kepada korban dalam bentuk skenario-skenario yang menyudutkan, misalnya tuduhan-tudahan, pembayaran ganti rugi, dan lain-lain, wajibdiwaspadai.
(dan)