Curhatan Co-Founder Travelio Mengasuh Balita dan Startup di Masa COVID-19
loading...
A
A
A
JAKARTA - Jumlah pengusaha perempuan di Indonesia lebih sedikit dibandingkan pebisnis pria. Salah satu penyebabnya terletak pada keterbatasan akses terhadap modal . (Baca juga: Collaborative Skill, Kemampuan Wajib Buat Generasi Milenial )
Menurut riset Crunchbase (2019), dari seluruh total pendanaan startup, hanya kurang dari 3% nya berhasil digalang oleh Co-Founders berjenis kelamin perempuan. Meski demikian, Co-Founder & COO Travelio, Christie Tjong, yang juga merupakan Ibu dari dua anak, berhasil menggalang USD18 juta di pendanaan Seri-B November lalu.
Pendanaan dipimpin oleh Temasek Holding melalui Pavilion Capital dan dilakukan tepat sebelum terjadinya pandemik COVID-19. “Membesarkan startup itu hampir mirip seperti menyuapi balita, harus diawasi setiap menitnya,” ucapnya.
Namun dia berhasil membuktikan kemampuannya dalam ‘menyuapi’ high-growth startup dan kedua balitanya di saat yang bersamaan. Travelio adalah startup penyewaan apartemen terbesar Indonesia yang memegang lebih dari 5.000 kontrak manajemen eksklusif, dengan aset kelolaan di atas USD350 juta.
Di bulan Mei 2020, Travelio meluncurkan layanan tambahan e-groceries -TravelioMart, menyediakan ratusan produk segar & FMCG dari petani, produsen, dan importir untuk kebutuhan para penyewa apartemen, sekaligus seluruh warga Jakarta tanpa harus keluar rumah.
Pada awalnya, TravelioMart ingin dihadirkan sebagai layanan komplementer untuk para penyewa apartemen. Ide ini sudah muncul sejak akhir 2019, namun pandemi memberikan momentum yang tepat untuk bisnis e-groceries, sehingga TravelioMart segera meluncurkan.
Saat pandemik global melanda, kata dia, masyarakat kembali memprioritaskan kebutuhan dasarnya. Makanan jelas adalah kebutuhan dasar, dan dirinya sadar akan kekuatan digitalisasi-supply chain, maka kami cepat bertindak. "Layanan TravelioMart akhirnya tersedia, bukan hanya untuk para penyewa apartemen saja -namun sesuai kapabilitas kami yakni dapat menyasar ke target audiens yang lebih luas,” tukas Christie.
Sebagai ibu, naluri Christie tentunya untuk selalu memastikan kesehatan si kecil, maka belanja di luar rumah bukan keputusan yang tepat di masa seperti ini. Sayangnya, banyak kendala saat berbelanja lewat platform e-grocery, misalnya pilihan bahan makanan yang masih sangat terbatas.
“TravelioMart hadir untuk memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat. Sehingga, saat Anda tinggal di apartemen kami, Anda tidak hanya mengenal kami sebagai penyedia platform, tapi sebagai rumah yang juga menyediakan segala kebutuhan Anda,” kata Christie.
COO berusia 32 tahun ini menjelaskan, TravelioMart menyeleksi supplier secara ketat guna memastikan terjaminnya kualitas & kesegaran bahan-bahan yang dijual. Salah satu karakteristik startup, terutama yang masih di tahap awal, adalah kurangnya corporate infrastructure.
Hal tersebut memaksa para founders untuk menjalankan beberapa peran secara sekaligus, dan merangkap setara dengan lima orang. Sebagai COO, Christie tidak hanya harus mengenali satu-persatu komponen "mesin"-nya, namun juga harus memastikan semuanya berjalan dengan baik.
Dia menceritakan betapa beratnya tanggung jawab yang diemban setelah berhasil menggalang dana, karena harus langsung membangun infrastruktur yang mumpuni guna mencapai target-target yang diberikan oleh investor. Para founders menjadi semakin proaktif seiring diluncurkannya lini bisnis, produk, layanan, maupun infrastruktur baru untuk bisa scale up sebesar dua, tiga, atau bahkan berkali-kali lipat setelah berhasil mendapatkan pendanaan baru.
Meski begitu, memainkan beberapa peran secara sekaligus bukanlah sesuatu yang baru bagi COO dan ibu dari anak 1 dan 4 tahun itu. “Memainkan peran sebagai COO, istri, bahkan ibu secara sekaligus tentu memerlukan dedikasi yang sangat tinggi. Dulu saya sempat mengira jika saya fokus secara penuh ke salah satunya, yang lainnya pasti akan terabaikan. Namun saya sadar bahwa kata terabaikan itu tidak akan muncul ketika mendedikasikan diri ke ketiganya, yang hanya dapat dicapai jika saya bisa mengatur waktu dengan baik,” papar Christie.
Berbagai keterbatasan telah membuatnya lebih efisien dalam manajemen waktu, karena dia mengerti apa saja tuntutan di setiap peran. Sebagai gantinya, hal tersebut membentuk pola pikir Christie untuk menjadi semakin gesit dalam mengambil keputusan.
“Saya sangat mempercayai kalimat 'speed outweighs perfection'. Percaya atau tidak, itulah rahasia kami dalam membesarkan Travelio hingga saat ini, khususnya untuk bisa survive di masa pandemi. Kami tidak hanya cepat untuk menyadari kegagalan, kesalahan, maupun inefisiensi, namun juga untuk menindak-lanjutinya,” tuturnya.
Kemampuan beradaptasi dan keinginan untuk selalu belajar hal baru adalah dua nilai kunci yang telah lama tertanam dalam budaya tim manajemen Travelio. Terbukti dari seberapa cepat mereka bereaksi dan beradaptasi selama terjadinya pandemik.
Jajaran pendiri Travelio terdiri dari dua Co-Founders perempuan (Christie Tjong & Christina Suriadjaja) dan satu Co-Founder laki-laki (Hendry Rusli). "Travelio adalah satu dari sedikit perusahaan bermodalkan dana dari venture capital yang berhasil menggalang dana besar dan bertumbuh setelah melewati tahap pendanaan Seri B -dengan mayoritas perempuan di tim manajemennya.
Menurut riset Crunchbase (2019), dari seluruh total pendanaan startup, hanya kurang dari 3% nya berhasil digalang oleh Co-Founders berjenis kelamin perempuan. Meski demikian, Co-Founder & COO Travelio, Christie Tjong, yang juga merupakan Ibu dari dua anak, berhasil menggalang USD18 juta di pendanaan Seri-B November lalu.
Pendanaan dipimpin oleh Temasek Holding melalui Pavilion Capital dan dilakukan tepat sebelum terjadinya pandemik COVID-19. “Membesarkan startup itu hampir mirip seperti menyuapi balita, harus diawasi setiap menitnya,” ucapnya.
Namun dia berhasil membuktikan kemampuannya dalam ‘menyuapi’ high-growth startup dan kedua balitanya di saat yang bersamaan. Travelio adalah startup penyewaan apartemen terbesar Indonesia yang memegang lebih dari 5.000 kontrak manajemen eksklusif, dengan aset kelolaan di atas USD350 juta.
Di bulan Mei 2020, Travelio meluncurkan layanan tambahan e-groceries -TravelioMart, menyediakan ratusan produk segar & FMCG dari petani, produsen, dan importir untuk kebutuhan para penyewa apartemen, sekaligus seluruh warga Jakarta tanpa harus keluar rumah.
Pada awalnya, TravelioMart ingin dihadirkan sebagai layanan komplementer untuk para penyewa apartemen. Ide ini sudah muncul sejak akhir 2019, namun pandemi memberikan momentum yang tepat untuk bisnis e-groceries, sehingga TravelioMart segera meluncurkan.
Saat pandemik global melanda, kata dia, masyarakat kembali memprioritaskan kebutuhan dasarnya. Makanan jelas adalah kebutuhan dasar, dan dirinya sadar akan kekuatan digitalisasi-supply chain, maka kami cepat bertindak. "Layanan TravelioMart akhirnya tersedia, bukan hanya untuk para penyewa apartemen saja -namun sesuai kapabilitas kami yakni dapat menyasar ke target audiens yang lebih luas,” tukas Christie.
Sebagai ibu, naluri Christie tentunya untuk selalu memastikan kesehatan si kecil, maka belanja di luar rumah bukan keputusan yang tepat di masa seperti ini. Sayangnya, banyak kendala saat berbelanja lewat platform e-grocery, misalnya pilihan bahan makanan yang masih sangat terbatas.
“TravelioMart hadir untuk memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat. Sehingga, saat Anda tinggal di apartemen kami, Anda tidak hanya mengenal kami sebagai penyedia platform, tapi sebagai rumah yang juga menyediakan segala kebutuhan Anda,” kata Christie.
COO berusia 32 tahun ini menjelaskan, TravelioMart menyeleksi supplier secara ketat guna memastikan terjaminnya kualitas & kesegaran bahan-bahan yang dijual. Salah satu karakteristik startup, terutama yang masih di tahap awal, adalah kurangnya corporate infrastructure.
Hal tersebut memaksa para founders untuk menjalankan beberapa peran secara sekaligus, dan merangkap setara dengan lima orang. Sebagai COO, Christie tidak hanya harus mengenali satu-persatu komponen "mesin"-nya, namun juga harus memastikan semuanya berjalan dengan baik.
Dia menceritakan betapa beratnya tanggung jawab yang diemban setelah berhasil menggalang dana, karena harus langsung membangun infrastruktur yang mumpuni guna mencapai target-target yang diberikan oleh investor. Para founders menjadi semakin proaktif seiring diluncurkannya lini bisnis, produk, layanan, maupun infrastruktur baru untuk bisa scale up sebesar dua, tiga, atau bahkan berkali-kali lipat setelah berhasil mendapatkan pendanaan baru.
Meski begitu, memainkan beberapa peran secara sekaligus bukanlah sesuatu yang baru bagi COO dan ibu dari anak 1 dan 4 tahun itu. “Memainkan peran sebagai COO, istri, bahkan ibu secara sekaligus tentu memerlukan dedikasi yang sangat tinggi. Dulu saya sempat mengira jika saya fokus secara penuh ke salah satunya, yang lainnya pasti akan terabaikan. Namun saya sadar bahwa kata terabaikan itu tidak akan muncul ketika mendedikasikan diri ke ketiganya, yang hanya dapat dicapai jika saya bisa mengatur waktu dengan baik,” papar Christie.
Berbagai keterbatasan telah membuatnya lebih efisien dalam manajemen waktu, karena dia mengerti apa saja tuntutan di setiap peran. Sebagai gantinya, hal tersebut membentuk pola pikir Christie untuk menjadi semakin gesit dalam mengambil keputusan.
“Saya sangat mempercayai kalimat 'speed outweighs perfection'. Percaya atau tidak, itulah rahasia kami dalam membesarkan Travelio hingga saat ini, khususnya untuk bisa survive di masa pandemi. Kami tidak hanya cepat untuk menyadari kegagalan, kesalahan, maupun inefisiensi, namun juga untuk menindak-lanjutinya,” tuturnya.
Kemampuan beradaptasi dan keinginan untuk selalu belajar hal baru adalah dua nilai kunci yang telah lama tertanam dalam budaya tim manajemen Travelio. Terbukti dari seberapa cepat mereka bereaksi dan beradaptasi selama terjadinya pandemik.
Jajaran pendiri Travelio terdiri dari dua Co-Founders perempuan (Christie Tjong & Christina Suriadjaja) dan satu Co-Founder laki-laki (Hendry Rusli). "Travelio adalah satu dari sedikit perusahaan bermodalkan dana dari venture capital yang berhasil menggalang dana besar dan bertumbuh setelah melewati tahap pendanaan Seri B -dengan mayoritas perempuan di tim manajemennya.
(iqb)