Bisakah Gempa Bumi Diprediksi? Ini 3 Elemen yang Harus Diperhatikan
loading...
A
A
A
Probabilitas juga dapat diturunkan secara matematis. Misalnya, seismolog memperkirakan jumlah tahun yang diperlukan untuk mengalami gempa bumi dengan kekuatan tertentu dengan memperhitungkan dua proses.
Hal senada juga diungkapkan Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Indonesia. Sampai saat ini peristiwa gempa bumi belum dapat diprediksi oleh siapapun, tentang kapan terjadi, lokasinya, dan kekuatannya.
“Lebih penting dan urgent adalah melakukan langkah-langkah mitigasi terkait kesiapan sebelum, saat, dan setelah terjadi gempa bumi,” kata Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono, dikutip dari laman resmi bmkg.go.id.
Baca juga; Profil Frank Hoogerbeets, Peramal Gempa Turki yang Prediksi Gempa Besar di Dunia
BMKG mengungkapkan beberapa hal yang bisa memicu gempa bumi sehingga sulit diprediksi kapan terjadi, di mana, dan berapa kekuatannya. Berikut 3 hal yang menyebabkan gempa bumi masih belum bisa dideteksi.
![Bisakah Gempa Bumi Diprediksi? Ini 3 Elemen yang Harus Diperhatikan]()
Gempa bumi menyebabkan permukaan bumi. Foto/Deccan Herald
Gempa bumi terjadi akibat deformasi batuan yang terjadi secara tiba-tiba. Biasanya sumber gempa berasal dari akumulasi medan tegangan (stress) di zona tersebut.
Kemudian, terjadi penjalaran stress yang luasnya bergantung pada besar kekuatan gempa. Untuk proses selanjutnya secara kuantitatif masih sulit untuk diketahui.
![Bisakah Gempa Bumi Diprediksi? Ini 3 Elemen yang Harus Diperhatikan]()
Gempa susulan (aftershock) juga belum bisa diprediksi kapan dan lokasi tepatnya. Foto/Reuters
Teori yang berkembang saat ini sudah dapat menjelaskan bahwa sebuah gempa bumi utama dapat membangkitkan atau memicu aftershocks yang biasa disebut gempa susulan. Biasanya kekuatan gempa susulan lebih kecil, namun jika tidak diwaspadai berpotensi berbahaya.
Namun, sampai saat ini masih sulit untuk memperkirakan kapan rentetan gempa terjadi. Seperti beberapa kasus gempa bumi doublet, triplet (dua atau tiga kejadian gempabumi tektonik dalam waktu dan lokasi yang relatif berdekatan), dan seterusnya.
![Bisakah Gempa Bumi Diprediksi? Ini 3 Elemen yang Harus Diperhatikan]()
Seismograf merekam getaran gempa bumi yang terjadi tiba-tiba. Foto/mrsc
Sebagai langkah mitigasi gempa bumi, para ilmuwan atau lembaga terkait menggunakan teknik probabilitas. Biasanya ini dilakukan dengan menghitung berdasarkan tingkat rata-rata aktivitas seismik masa lalu di suatu wilayah.
Hal senada juga diungkapkan Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Indonesia. Sampai saat ini peristiwa gempa bumi belum dapat diprediksi oleh siapapun, tentang kapan terjadi, lokasinya, dan kekuatannya.
“Lebih penting dan urgent adalah melakukan langkah-langkah mitigasi terkait kesiapan sebelum, saat, dan setelah terjadi gempa bumi,” kata Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono, dikutip dari laman resmi bmkg.go.id.
Baca juga; Profil Frank Hoogerbeets, Peramal Gempa Turki yang Prediksi Gempa Besar di Dunia
BMKG mengungkapkan beberapa hal yang bisa memicu gempa bumi sehingga sulit diprediksi kapan terjadi, di mana, dan berapa kekuatannya. Berikut 3 hal yang menyebabkan gempa bumi masih belum bisa dideteksi.
1. Terjadi Tiba-Tiba

Gempa bumi menyebabkan permukaan bumi. Foto/Deccan Herald
Gempa bumi terjadi akibat deformasi batuan yang terjadi secara tiba-tiba. Biasanya sumber gempa berasal dari akumulasi medan tegangan (stress) di zona tersebut.
Kemudian, terjadi penjalaran stress yang luasnya bergantung pada besar kekuatan gempa. Untuk proses selanjutnya secara kuantitatif masih sulit untuk diketahui.
2. Ancaman Gempa Susulan

Gempa susulan (aftershock) juga belum bisa diprediksi kapan dan lokasi tepatnya. Foto/Reuters
Teori yang berkembang saat ini sudah dapat menjelaskan bahwa sebuah gempa bumi utama dapat membangkitkan atau memicu aftershocks yang biasa disebut gempa susulan. Biasanya kekuatan gempa susulan lebih kecil, namun jika tidak diwaspadai berpotensi berbahaya.
Namun, sampai saat ini masih sulit untuk memperkirakan kapan rentetan gempa terjadi. Seperti beberapa kasus gempa bumi doublet, triplet (dua atau tiga kejadian gempabumi tektonik dalam waktu dan lokasi yang relatif berdekatan), dan seterusnya.
3.Probabilitas Gempa

Seismograf merekam getaran gempa bumi yang terjadi tiba-tiba. Foto/mrsc
Sebagai langkah mitigasi gempa bumi, para ilmuwan atau lembaga terkait menggunakan teknik probabilitas. Biasanya ini dilakukan dengan menghitung berdasarkan tingkat rata-rata aktivitas seismik masa lalu di suatu wilayah.
Lihat Juga :