Penjelasan Sederhana Rivalitas Google Bard vs Microsoft dan ChatGPT
loading...
A
A
A
JAKARTA - Google Bard , ChatGPT OpenAI, dan Microsoft Bing belakangan menjadi viral. Apa sebenarnya latar belakang “perseteruan” kedua perusahaan tersebut?
Nah, berikut penjelasan sederhana mengapa ChatGPT membuat Google panik hingga cepat-cepat merilis produk serupa Bard:
November 2022
Salah satu perusahaan kecerdasan buatan/AI terbaik di dunia OpenAI membuka layanan chatbot AI ChatGPT untuk umum untuk pertama kalinya. OpenAI didirikan oleh Sam Altman (CEO sekarang), Elon Musk, serta 4 orang lainnya pada 2015 bermarkas di San Francisco, California. Pada 2018, Elon Musk mundur dari OpenAI tapi tetap jadi donatur.
Awal Desember 2022
Layanan ChatGPT langsung viral di seluruh dunia. Seminggu, situs mereka didatangi 1 juta user. Bahkan, dalam 2 bulan tembus 100 juta user. ChatGPT jadi aplikasi dengan pertumbuhan tercepat sepanjang masa, lebih cepat dari Instagram bahkan TikTok.
Dibanding search engine, chatbot AI bisa memahami konteks dan memberikan interpretasi lebih baik dari sebuah pertanyaan. Jawabannya pun memakai bahasa alami, seperti sedang chatting dengan manusia.
22 Desember
CEO Alphabet Sundar Pichai mengumumkan “code red”. Artinya, ada ancaman besar yang mungkin bisa mengancam bisnis search engine Google. Bos-bos Google pun rapat besar. Bahkan, meminta pendapat dari pendiri Google Sergey Brin.
Pada 2022, market share mesin pencari Google di atas 90 persen. Jauh meninggalkan kompetitornya seperti Bing yang hanya 3 persen. Google tidak ingin dominasinya di mesin pencari berubah. Dan untuk pertama kalinya Google menganggap ada “ancaman besar” terhadap layanan mereka.
23 Januari 2023
Semafor melaporkan bahwa Microsoft berencana menambah investasi di OpenAI sebesar USD10 miliar (Rp151 triliun).
Lho, kok menambah? Ternyata di 2019 Microsoft sudah pernah menyuntik OpenAI USD1 miliar supaya OpenAI menggunakan layanan cloud Microsoft Azure.
Lantas apa tujuan tambahan investasi Microsoft di OpenAI untuk memuluskan integrasi layanan chatbot AI milik OpenAI ke mesin pencari Bing, yang market sharenya hanya 3 persen itu.
Nah, berikut penjelasan sederhana mengapa ChatGPT membuat Google panik hingga cepat-cepat merilis produk serupa Bard:
November 2022
Salah satu perusahaan kecerdasan buatan/AI terbaik di dunia OpenAI membuka layanan chatbot AI ChatGPT untuk umum untuk pertama kalinya. OpenAI didirikan oleh Sam Altman (CEO sekarang), Elon Musk, serta 4 orang lainnya pada 2015 bermarkas di San Francisco, California. Pada 2018, Elon Musk mundur dari OpenAI tapi tetap jadi donatur.
Awal Desember 2022
Layanan ChatGPT langsung viral di seluruh dunia. Seminggu, situs mereka didatangi 1 juta user. Bahkan, dalam 2 bulan tembus 100 juta user. ChatGPT jadi aplikasi dengan pertumbuhan tercepat sepanjang masa, lebih cepat dari Instagram bahkan TikTok.
Dibanding search engine, chatbot AI bisa memahami konteks dan memberikan interpretasi lebih baik dari sebuah pertanyaan. Jawabannya pun memakai bahasa alami, seperti sedang chatting dengan manusia.
22 Desember
CEO Alphabet Sundar Pichai mengumumkan “code red”. Artinya, ada ancaman besar yang mungkin bisa mengancam bisnis search engine Google. Bos-bos Google pun rapat besar. Bahkan, meminta pendapat dari pendiri Google Sergey Brin.
Pada 2022, market share mesin pencari Google di atas 90 persen. Jauh meninggalkan kompetitornya seperti Bing yang hanya 3 persen. Google tidak ingin dominasinya di mesin pencari berubah. Dan untuk pertama kalinya Google menganggap ada “ancaman besar” terhadap layanan mereka.
23 Januari 2023
Semafor melaporkan bahwa Microsoft berencana menambah investasi di OpenAI sebesar USD10 miliar (Rp151 triliun).
Lho, kok menambah? Ternyata di 2019 Microsoft sudah pernah menyuntik OpenAI USD1 miliar supaya OpenAI menggunakan layanan cloud Microsoft Azure.
Lantas apa tujuan tambahan investasi Microsoft di OpenAI untuk memuluskan integrasi layanan chatbot AI milik OpenAI ke mesin pencari Bing, yang market sharenya hanya 3 persen itu.