Mengenal ChatGPT, Bot Teks Kecerdasan Buatan yang Viral
Sabtu, 10 Desember 2022 - 07:09 WIB
WASHINGTON - ChatGPT, sebuah program berbasis kecerdasan buatan yang dapat merespons permintaan pengguna, telah mendominasi jejaring sosial dalam beberapa hari terakhir. ChatGPT memicu sensasi internet yang menarik lebih dari satu juta pengguna di minggu pertama.
ChatGPT adalah chatbot, program komputer yang berkomunikasi dengan pengguna manusia produk perusahaan kecerdasan buatan OpenAI. Program ini menggunakan algoritme yang memilih kata berdasarkan pelajaran dari pemindaian miliaran potongan teks di internet.
Tersedia untuk umum untuk pengujian akhir bulan lalu, sehingga ChatGPT memicu sensasi di dunia maya. Chatbot ini mampu membuat puisi Shakespeare, menceritakan lelucon, dan menulis kode komputer.
Apa sebenarnya ChatGPT? Menurut OpenAI, ChatGPT menggunakan kecerdasan buatan untuk berbicara secara interaktif dengan pengguna manusia dalam berbagai subjek. Menyebarkan algoritme pembelajaran mesin, chatbot memindai teks di internet dan mengembangkan model statistik yang memungkinkannya merangkai kata bersama sebagai tanggapan atas permintaan yang diberikan.
Orang-orang telah meminta agar ChatGPT melakukan serangkaian tugas, seperti mengumpulkan informasi yang sangat spesifik, seperti memperbaiki kode komputer yang rusak. Pengguna lain telah meminta ChatGPT untuk membuat lirik rap dengan gaya Snoop Dogg dan menulis esai tingkat perguruan tinggi.
Beberapa pengguna juga memuji chatbot sebagai mesin pencari alternatif yang potensial, karena menghasilkan informasi terperinci secara instan tentang berbagai topik. ChatGPT telah menimbulkan beberapa reaksi karena beberapa orang menggangap bias.
OpenAI tidak segera menanggapi permintaan komentar. Namun, keengganan ChatGPT untuk menanggapi beberapa permintaan konten yang penuh kebencian atau menghasut telah menimbulkan kekhawatiran akan kemungkinan penyensoran.
Menurut pemodal ventura terkemuka Marc Andreesen tingkat tekanan sensor AI dan reaksi balik yang dihasilkan akan menentukan peradaban abad berikutnya. “Pencarian dan media sosial adalah pertempuran pembuka. Ini yang besar,” katanya dikutip dari laman abcnews, Sabtu (10/12/2022).
Sementara itu, beberapa pengguna telah menemukan cara untuk mengelabui chatbot agar memberikan tanggapan rasis atau misoginis. Meskipun ada upaya dari OpenAI untuk mencegah konten semacam itu.
ChatGPT adalah chatbot, program komputer yang berkomunikasi dengan pengguna manusia produk perusahaan kecerdasan buatan OpenAI. Program ini menggunakan algoritme yang memilih kata berdasarkan pelajaran dari pemindaian miliaran potongan teks di internet.
Tersedia untuk umum untuk pengujian akhir bulan lalu, sehingga ChatGPT memicu sensasi di dunia maya. Chatbot ini mampu membuat puisi Shakespeare, menceritakan lelucon, dan menulis kode komputer.
Apa sebenarnya ChatGPT? Menurut OpenAI, ChatGPT menggunakan kecerdasan buatan untuk berbicara secara interaktif dengan pengguna manusia dalam berbagai subjek. Menyebarkan algoritme pembelajaran mesin, chatbot memindai teks di internet dan mengembangkan model statistik yang memungkinkannya merangkai kata bersama sebagai tanggapan atas permintaan yang diberikan.
Orang-orang telah meminta agar ChatGPT melakukan serangkaian tugas, seperti mengumpulkan informasi yang sangat spesifik, seperti memperbaiki kode komputer yang rusak. Pengguna lain telah meminta ChatGPT untuk membuat lirik rap dengan gaya Snoop Dogg dan menulis esai tingkat perguruan tinggi.
Beberapa pengguna juga memuji chatbot sebagai mesin pencari alternatif yang potensial, karena menghasilkan informasi terperinci secara instan tentang berbagai topik. ChatGPT telah menimbulkan beberapa reaksi karena beberapa orang menggangap bias.
OpenAI tidak segera menanggapi permintaan komentar. Namun, keengganan ChatGPT untuk menanggapi beberapa permintaan konten yang penuh kebencian atau menghasut telah menimbulkan kekhawatiran akan kemungkinan penyensoran.
Menurut pemodal ventura terkemuka Marc Andreesen tingkat tekanan sensor AI dan reaksi balik yang dihasilkan akan menentukan peradaban abad berikutnya. “Pencarian dan media sosial adalah pertempuran pembuka. Ini yang besar,” katanya dikutip dari laman abcnews, Sabtu (10/12/2022).
Sementara itu, beberapa pengguna telah menemukan cara untuk mengelabui chatbot agar memberikan tanggapan rasis atau misoginis. Meskipun ada upaya dari OpenAI untuk mencegah konten semacam itu.
(wib)
tulis komentar anda