Doomscrolling, Sebutan Terlalu Banyak Melihat Konten Negatif
Senin, 26 September 2022 - 19:05 WIB
JAKARTA - Terlalu banyak mengonsumsi berita negatif ternyata bisa memperburuk kesehatan mental dan fisik. Fenomena mengonsumsi berita buruk itu disebut doomscrolling. Di tengah pandemi Covid-19 , praktik doomscrolling mulai marak dan menjadi istilah yang populer. Dan doomscrolling ini berbahaya untuk kesehatan mental dan fisik.
Hasil survei terhadap 1.100 orang dewasa AS yang dilakukan jurnal Komunikasi Kesehatan menunjukkan bahwa orang yang mengonsumsi banyak berita buruk memiliki “gangguan mental dan fisik yang lebih besar” dibanding dengan orang yang tidak mengonsumsi banyak berita buruk.
Contoh “gangguan” dalam penelitian ini adalah kecemasan, stres, dan depresi.
Pada awal pandemi Covid-19, berita buruk terus menerus terjadi dan banyak dikonsumsi. Praktik tersebut akhirnya dikenal sebagai “doomscrolling” atau “doomsurfing”, karena membanjirnya berita negatif.
”Dengan terus menerus mengonsumsi berita negatif, orang akan terus berada dalam keadaan waspada, selalu tegang, dan memandang dunia sebagai tempat gelap dan berbahaya,” tulis tim peneliti Bryan McLaughlin, Melissa Gotlieb, dan Devin Mills dari Texas Tech University.
Dan lebih parah lagi, orang yang melakukan doomscrolling umumnya akan terus masuk ke dalam “lingkaran setan” berita negatif. Sebab, mereka akan tertarik lebih dalam, terobsesi, terus mengecek berita terbaru/update sepanjang waktu untuk mengurangi tekanan emosional mereka.
Sayangnya, hasil riset tersebut merinci seberapa banyak waktu yang dihabiskan untuk membaca atau menonton berita negatif sampai kadarnya dianggap sebagai “bermasalah” atau berbahaya.
Hasil studi itu menyebutkan bahwa mereka yang tidak banyak mengonsumsi berita negatif memiliki kondisi mental dan fisik yang lebih baik dibandingkan mereka yang mengonsumsi berita negatif secara rutin.
Hasil survei terhadap 1.100 orang dewasa AS yang dilakukan jurnal Komunikasi Kesehatan menunjukkan bahwa orang yang mengonsumsi banyak berita buruk memiliki “gangguan mental dan fisik yang lebih besar” dibanding dengan orang yang tidak mengonsumsi banyak berita buruk.
Contoh “gangguan” dalam penelitian ini adalah kecemasan, stres, dan depresi.
Pada awal pandemi Covid-19, berita buruk terus menerus terjadi dan banyak dikonsumsi. Praktik tersebut akhirnya dikenal sebagai “doomscrolling” atau “doomsurfing”, karena membanjirnya berita negatif.
”Dengan terus menerus mengonsumsi berita negatif, orang akan terus berada dalam keadaan waspada, selalu tegang, dan memandang dunia sebagai tempat gelap dan berbahaya,” tulis tim peneliti Bryan McLaughlin, Melissa Gotlieb, dan Devin Mills dari Texas Tech University.
Dan lebih parah lagi, orang yang melakukan doomscrolling umumnya akan terus masuk ke dalam “lingkaran setan” berita negatif. Sebab, mereka akan tertarik lebih dalam, terobsesi, terus mengecek berita terbaru/update sepanjang waktu untuk mengurangi tekanan emosional mereka.
Sayangnya, hasil riset tersebut merinci seberapa banyak waktu yang dihabiskan untuk membaca atau menonton berita negatif sampai kadarnya dianggap sebagai “bermasalah” atau berbahaya.
Hasil studi itu menyebutkan bahwa mereka yang tidak banyak mengonsumsi berita negatif memiliki kondisi mental dan fisik yang lebih baik dibandingkan mereka yang mengonsumsi berita negatif secara rutin.
(dan)
tulis komentar anda