Ponsel 5G Ancam Penerbangan Pesawat di Amerika, Ini Jawabannya!
Kamis, 20 Januari 2022 - 08:00 WIB
Baru-baru ini, regulator penerbangan AS, FAA, memperingatkan bahwa interferensi 5G dapat menyebabkan masalah dengan sejumlah sistem berbeda di dalam Boeing 787 Dreamliner.
Frekuensi C-Band yang digunakan jaringan 5G dikhawatirkan akan mengganggu altimeter memberikan informasi yang benar. Tentunya proses pendaratan pesawat akan jadi sangat berbahaya.
Potensi itu memang sangat besar terjadi mengingat regulator penerbangan di Amerika Serikat, Federal Aviation Administration (FAA) memperingatkan jaringan 5G bisa membuat masalah pada sistem pesawat Boeing 787 Dreamliner. Ini bisa menyulitkan untuk memperlambat pesawat saat mendarat, menyebabkannya membelok dari landasan.
Dilaporkan BBC kondisi ini akan sangat berbeda di setiap negara. Pasalnya penggunaan frekuensi C-Band untuk jaringan 5G di berbagai negara ada dalam lingkup yang berbeda.
Di Amerika Serikat C-Band berdekatan dengan radio Altimeter dimana C-Band ada di frekuensi 3,7 GHz sedangkan radio altimeter di frekuensi 4,4 GHz. Di negara-negara Uni Eropa, frekuensi C-Band lebih rendah dibanding radio altimeter. Selain itu operasi C-Band juga tidak terlalu kuat seperti halnya di Amerika Serikat.
Kalau pun ada potensi, mereka umumnya sudah memasang Buffer Zone sehingga jaringan 5G tidak bisa bekerja di wilayah bandara.
Bagaimana dengan di Indonesia? Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Johnny Gerard Plate , menjelaskan frekuensi jaringan 5G yang digunakan di Indonesia memiliki rentang 3,4-3,6 Giga Hertz (Ghz) atau tidak berbenturan dengan frekuensi radio altimeter.
“Dengan memperhatikan memperhatikan alokasi untuk frekuensi radio altimeter yang telah ditetapkan radio regulation International Telecomunication Union (ITU) di rentang 4,2-4,4 Ghz, maka pengaturan frekuensi 5G di Indonesia dapat dikatakan relatif aman (untuk digunakan di Kawasan bandara),” ujar Menkominfo.
Frekuensi C-Band yang digunakan jaringan 5G dikhawatirkan akan mengganggu altimeter memberikan informasi yang benar. Tentunya proses pendaratan pesawat akan jadi sangat berbahaya.
Potensi itu memang sangat besar terjadi mengingat regulator penerbangan di Amerika Serikat, Federal Aviation Administration (FAA) memperingatkan jaringan 5G bisa membuat masalah pada sistem pesawat Boeing 787 Dreamliner. Ini bisa menyulitkan untuk memperlambat pesawat saat mendarat, menyebabkannya membelok dari landasan.
Dilaporkan BBC kondisi ini akan sangat berbeda di setiap negara. Pasalnya penggunaan frekuensi C-Band untuk jaringan 5G di berbagai negara ada dalam lingkup yang berbeda.
Di Amerika Serikat C-Band berdekatan dengan radio Altimeter dimana C-Band ada di frekuensi 3,7 GHz sedangkan radio altimeter di frekuensi 4,4 GHz. Di negara-negara Uni Eropa, frekuensi C-Band lebih rendah dibanding radio altimeter. Selain itu operasi C-Band juga tidak terlalu kuat seperti halnya di Amerika Serikat.
Kalau pun ada potensi, mereka umumnya sudah memasang Buffer Zone sehingga jaringan 5G tidak bisa bekerja di wilayah bandara.
Bagaimana dengan di Indonesia? Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Johnny Gerard Plate , menjelaskan frekuensi jaringan 5G yang digunakan di Indonesia memiliki rentang 3,4-3,6 Giga Hertz (Ghz) atau tidak berbenturan dengan frekuensi radio altimeter.
“Dengan memperhatikan memperhatikan alokasi untuk frekuensi radio altimeter yang telah ditetapkan radio regulation International Telecomunication Union (ITU) di rentang 4,2-4,4 Ghz, maka pengaturan frekuensi 5G di Indonesia dapat dikatakan relatif aman (untuk digunakan di Kawasan bandara),” ujar Menkominfo.
(wsb)
tulis komentar anda