Membentuk Sistem Hybrid Working pada 2022 dan Seterusnya
Kamis, 25 November 2021 - 11:19 WIB
JAKARTA - Poly memprediksi pola kerja hibrida masih akan menjadi tren pada tahun 2022 mendatang. Kombinasi metode kerja dari kantor dan luar kantor atau rumah ini masih akan diterapkan berbagai perusahaan di seluruh dunia selama pandemi belum usai.
“Hybrid work ini kini menjadi sebuah kenormalan baru. Sistem kerja hybrid ini juga menjadi sistem kerja yang diminati di kawasan Asia Tenggara selain bekerja dimana saja dan bekerja remote secara full-time,” ujar Managing Director Poly for Asian and Korea Samir Sayed dalam keterangan persnya di Kamis (25/6/20210).
Namun Sayed juga mengungkap bahwa penerapan metode kerja ini memunculkan berbagai pertimbangan dan tantangan yang belum pernah dihadapi oleh pemimpin perusahaan selama ini. Karena itu, Poly menegaskan penting bagi perusahaan untuk memiliki pemahaman baik soal persona tempat kerja.
Poly menekankan bahwa pentingnya tempat kerja mengingat faktor ini mewakili informasi penting dari haya kerja tiap pegawai di perusahaan, dan menjadi faktor yang perlu ditindaklanjuti oleh masing-masing perusahaan.
Penentuan persona pegawai, lanjut Sayed, akan memungkinkan pemimpin untuk membuat perencanaan tepat bagi masing-masing pegawai dalam melakukan pekerjaannya, dan dapat ditunjukan salah satunya dengan menyesuaikan perangkat dan teknologi untuk masing-masing gaya kerja.
Dengan demikian, hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan produktivitas sekaligus tetap mendukung mobilitas pegawai saat menerapkan metode kerja hibrida. Prediksi ini selaras dengan hasil survei bertajuk EY Work Reimagined Employer Survey 2021.
Survei ini mencatat sebesar 84 persen perusahaan di kawasan Asia Pasifik berencana untuk menerapkan metode kerja hibrida, dari metode moderat, secara intensif. Selain itu, perusahaan tersebut juga disebut survei ini secara aktif mempromosikan metode kerja hibrida kepada pegawai mereka.
Survei yang sama juga mengungkapkan adanya preferensi pegawai yang menginginkan fleksibilitas terkait lokasi dan waktu bekerja. Banyak dari responden juga berpendapat metode kerja hibrida akan membantu meningkatkan produktivitas dan kreativitas mereka.
Dan untuk mendukung penerapan metode kerja hibrida ini, Poly turut menekankan pentingnya investasi di sisi teknologi dan strategi kolaborasi yang berfokus pada peningkatan pengalaman kerja bagi karyawan yang bekerja jarak jauh maupun di kantor.
Teknologi diharapkan bisa mempermudah pengguna meminimalisir disrupsi yang mengganggu produktivitas dan kolaborasi. Karenanya, perangkat teknologi yang memiliki kualitas profesional perlu dimiliki perusahaan.
“Hybrid work ini kini menjadi sebuah kenormalan baru. Sistem kerja hybrid ini juga menjadi sistem kerja yang diminati di kawasan Asia Tenggara selain bekerja dimana saja dan bekerja remote secara full-time,” ujar Managing Director Poly for Asian and Korea Samir Sayed dalam keterangan persnya di Kamis (25/6/20210).
Namun Sayed juga mengungkap bahwa penerapan metode kerja ini memunculkan berbagai pertimbangan dan tantangan yang belum pernah dihadapi oleh pemimpin perusahaan selama ini. Karena itu, Poly menegaskan penting bagi perusahaan untuk memiliki pemahaman baik soal persona tempat kerja.
Poly menekankan bahwa pentingnya tempat kerja mengingat faktor ini mewakili informasi penting dari haya kerja tiap pegawai di perusahaan, dan menjadi faktor yang perlu ditindaklanjuti oleh masing-masing perusahaan.
Penentuan persona pegawai, lanjut Sayed, akan memungkinkan pemimpin untuk membuat perencanaan tepat bagi masing-masing pegawai dalam melakukan pekerjaannya, dan dapat ditunjukan salah satunya dengan menyesuaikan perangkat dan teknologi untuk masing-masing gaya kerja.
Dengan demikian, hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan produktivitas sekaligus tetap mendukung mobilitas pegawai saat menerapkan metode kerja hibrida. Prediksi ini selaras dengan hasil survei bertajuk EY Work Reimagined Employer Survey 2021.
Survei ini mencatat sebesar 84 persen perusahaan di kawasan Asia Pasifik berencana untuk menerapkan metode kerja hibrida, dari metode moderat, secara intensif. Selain itu, perusahaan tersebut juga disebut survei ini secara aktif mempromosikan metode kerja hibrida kepada pegawai mereka.
Survei yang sama juga mengungkapkan adanya preferensi pegawai yang menginginkan fleksibilitas terkait lokasi dan waktu bekerja. Banyak dari responden juga berpendapat metode kerja hibrida akan membantu meningkatkan produktivitas dan kreativitas mereka.
Dan untuk mendukung penerapan metode kerja hibrida ini, Poly turut menekankan pentingnya investasi di sisi teknologi dan strategi kolaborasi yang berfokus pada peningkatan pengalaman kerja bagi karyawan yang bekerja jarak jauh maupun di kantor.
Teknologi diharapkan bisa mempermudah pengguna meminimalisir disrupsi yang mengganggu produktivitas dan kolaborasi. Karenanya, perangkat teknologi yang memiliki kualitas profesional perlu dimiliki perusahaan.
(wbs)
tulis komentar anda