Mengukur Keterkaitan Bahasa Sansekerta dengan Artificial Intelligence

Jum'at, 30 April 2021 - 18:39 WIB
“Naskah-naskah yang ditulis menggunakan Jawa Kuno mengandung banyak sekali informasi, termasuk bidang-bidang teknologi. Kalau kita tidak paham bahasa Sanskerta, tidak paham bahasa Jawa Kuno, jangan harap menemukan makna. Data (tentang naskah) banyak sekali, tapi perhatiannya yang kurang,” kata Romo Manu.

Dalam kesempatan yang sama Prof. Eko Indrajit yang merupakan pakar Teknologi Informatika menuturkan bahwa AI memiliki banyak tantangan karena pemrosesan bahasa natural cukup rumit, bukan hanya merepresentasikan bahasa, tetapi juga harus mampu memahami gramatikal dan semantik.

“Seteleh menyimak pemaparan Romo Manu, saya jadi berpikir bahasa pada naskah kuno yang disebut primitif itu justru memperlihatkan keadaban. Ini lebih besar (potensi) daripada hanya diterapkan untuk kebutuhan AI,” kata Eko.

Eko mengatakan bahwa Bahasa Sansekerta seharusnya bisa digunakan tidak hanya pada AI, lebih jauh bisa diterapkan menjadi sandi/kode tertentu dalam sebuah negara.

“Bahasa Sansekerta bisa digunakan untuk menciptakan bahasa tingkat tinggi yang efisien dan sistematis, karena Bahasa ini kaya akan gramatikal danmenyerupai bahasa sehingga bisa menjadi jembatan instruksi manusia dengan mesin (komputer),” ungkapnya.

Selain itu Adila Alfa Krisnadhi Dosen Fasilkom Universitas Indonesia berpendapat bahwa hingga saat ini tidak ada komputer yang cerdas. Adapun kecerdasan itu dibuat oleh manusia itu sendiri.

“Perangkat itu baru bisa mengeluarkan hasil setelah dikasih tahu oleh manusia. Yang terpenting dari AI adalah bagaimana komputer bisa “terus belajar” untuk memperbaiki kesalahan berdasarkan input yang kita diberikan,” tutur Adila.

PANDI melalui kegiatan bertajuk Merajut Indonesia tengah mengembangkan digitalisasi aksara nusantara. Akan tetapi, menurut Heru Nugroho selaku Wakil Ketua Bidang Pengembangan Usaha, Kerjasama, dan Marketing, kegiatan ini tidak sekadar memperkenalkan aksara nusantara secara instan, sebab digitalisasi hanya mengenal algoritma dan tidak mengenal kharisma apalagi filosofi.

“Kami berharap, kegiatan Merajut Indonesia akan memberi ruang bagi masyarakat untuk mendalami makna dari setiap aksara, menelusuri ragam keadaban yang menjadi jati diri bangsa kita,” kata Heru.

Heru menambahkan, untuk memperkenalkan makna yang terkandung dalam sebuah aksara, maka PANDI dan seluruh teman-teman pegiat aksara nusantara sedang merancang Museum Aksara Nusantara. Diharapkan nantinya museum ini akan memberikan banyak informasi perkembangan aksara-aksara di nusantara, termasuk artefak-artefak yang digunakan dari zaman ke zaman.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More