Emak-emak Waspada ya, Ancaman Siber Intai Sistem Belajar Online
Sabtu, 05 Desember 2020 - 12:59 WIB
JAKARTA - Dunia pendidikan rupanya juga menjadi target pelaku kejahatan siber , bahkan jumlahnya cenderung meningkat sebanyak empat digit. Karena itu, emak-emak yang biasa mengawal anak-anaknya sekolah online harus waspada. (Baca juga: Kaspersky Sebut Anak Muda Enggan Kembali Bekerja dari Kantor )
Hal tersebut diungkap oleh perusahaan keamanan siber, Kaspersky . Transisi mengajar secara online yang dipaksakan tapi diharuskan ini telah membuat para pengajar kewalahan dan khawatir. Ini juga berarti mereka lebih rentan menjadi mangsa trik rekayasa sosial yakni sebuah metode lama namun efektif, seperti phishing dan scam.
(Baca juga : Keren, Louis Vuitton Kolaborasi dengan Maison Bikin Sepeda )
“Peningkatan empat digit dalam jumlah pengguna yang kami amankan dari berbagai ancaman online, membuktikan pelaku kejahatan siber sangat menyadari betul akan celah baru yang dapat mereka manfaatkan untuk membidik sektor pendidikan yang sudah memikul beban cukup berat sebelumnya,” kata Yeo Siang Tiong, General Manager Asia Tenggara di Kaspersky, dalam keterangan tertulisnya.
Perusahaan asal Rusia itu mengungkapkan, secara global jumlah total serangan DDoS meningkat 80% pada kuartal pertama 2020, dibandingkan periode yang sama di tahun 2019. Dan serangan terhadap sumber daya pendidikan (educational resources) menjadi penyumbang cukup besar terhadap peningkatan tersebut.
(Baca juga : Tak Dipenjara Meski Bercinta dengan Bocah 14 Tahun, Ibu Ini Menangis )
Antara Januari-Juni 2020, jumlah serangan DDoS yang memengaruhi sumber daya pendidikan meningkat setidaknya 350% dibandingkan bulan yang sama pada 2019. Kaspersky Security Network (KSN) juga menunjukkan lonjakan tajam dalam jumlah pengguna di Asia Tenggara yang menghadapi ancaman yang menyamar sebagai platform e-learning dan konferensi video selama tiga kuartal pertama tahun 2020. Aplikasi dan alat tersebut termasuk Moodle, Zoom, edX, Coursera, Google Meet, Google Classroom, dan Blackboard.
(Baca juga : Khabib Nurmagomedov: Beri Aku Rp1,41 Triliun, Aku Guncang UFC! )
Dari hanya 131 pengguna yang terpengaruh pada Januari hingga Maret 2020, kuartal kedua menunjukkan sebanyak 1.483 pengguna unik di Asia Tenggara dari ancaman online yang terkait dengan pendidikan virtual dan aplikasi konferensi video online. Ini merupakan peningkatan sebesar 1.032% dalam skala perbandingan per kuartal. Ini merupakan peningkatan sebesar 1032% dalam skala perbandingan per kuartal.
Demi meningkatkan keamanan pengajar saat pembelajaran online berlangsung, Kaspersky menyarankan untuk mempelajari dulu tentang alat yang digunakan. Ketahui kemampuan dan fiturnya sebaik mungkin, dengan membaca seluruh petunjuk, mempelajari antarmuka, dan mencari di internet untuk panduan konfigurasi.
Kemudian batasi alat yang digunakan dan terapkan kata sandi unik di setiap layanan. Tak lupa untuk memahami cara email yang berisi phising. (Baca juga: Kisah Perjuangan Mulan Kini Sudah Bisa Ditonton di Disney + Hotstar )
Lihat Juga: Keamanan Data Jadi Prioritas Utama Perusahaan di Indonesia di Tengah Meningkatnya Ancaman Siber
Hal tersebut diungkap oleh perusahaan keamanan siber, Kaspersky . Transisi mengajar secara online yang dipaksakan tapi diharuskan ini telah membuat para pengajar kewalahan dan khawatir. Ini juga berarti mereka lebih rentan menjadi mangsa trik rekayasa sosial yakni sebuah metode lama namun efektif, seperti phishing dan scam.
(Baca juga : Keren, Louis Vuitton Kolaborasi dengan Maison Bikin Sepeda )
“Peningkatan empat digit dalam jumlah pengguna yang kami amankan dari berbagai ancaman online, membuktikan pelaku kejahatan siber sangat menyadari betul akan celah baru yang dapat mereka manfaatkan untuk membidik sektor pendidikan yang sudah memikul beban cukup berat sebelumnya,” kata Yeo Siang Tiong, General Manager Asia Tenggara di Kaspersky, dalam keterangan tertulisnya.
Perusahaan asal Rusia itu mengungkapkan, secara global jumlah total serangan DDoS meningkat 80% pada kuartal pertama 2020, dibandingkan periode yang sama di tahun 2019. Dan serangan terhadap sumber daya pendidikan (educational resources) menjadi penyumbang cukup besar terhadap peningkatan tersebut.
(Baca juga : Tak Dipenjara Meski Bercinta dengan Bocah 14 Tahun, Ibu Ini Menangis )
Antara Januari-Juni 2020, jumlah serangan DDoS yang memengaruhi sumber daya pendidikan meningkat setidaknya 350% dibandingkan bulan yang sama pada 2019. Kaspersky Security Network (KSN) juga menunjukkan lonjakan tajam dalam jumlah pengguna di Asia Tenggara yang menghadapi ancaman yang menyamar sebagai platform e-learning dan konferensi video selama tiga kuartal pertama tahun 2020. Aplikasi dan alat tersebut termasuk Moodle, Zoom, edX, Coursera, Google Meet, Google Classroom, dan Blackboard.
(Baca juga : Khabib Nurmagomedov: Beri Aku Rp1,41 Triliun, Aku Guncang UFC! )
Dari hanya 131 pengguna yang terpengaruh pada Januari hingga Maret 2020, kuartal kedua menunjukkan sebanyak 1.483 pengguna unik di Asia Tenggara dari ancaman online yang terkait dengan pendidikan virtual dan aplikasi konferensi video online. Ini merupakan peningkatan sebesar 1.032% dalam skala perbandingan per kuartal. Ini merupakan peningkatan sebesar 1032% dalam skala perbandingan per kuartal.
Demi meningkatkan keamanan pengajar saat pembelajaran online berlangsung, Kaspersky menyarankan untuk mempelajari dulu tentang alat yang digunakan. Ketahui kemampuan dan fiturnya sebaik mungkin, dengan membaca seluruh petunjuk, mempelajari antarmuka, dan mencari di internet untuk panduan konfigurasi.
Kemudian batasi alat yang digunakan dan terapkan kata sandi unik di setiap layanan. Tak lupa untuk memahami cara email yang berisi phising. (Baca juga: Kisah Perjuangan Mulan Kini Sudah Bisa Ditonton di Disney + Hotstar )
Lihat Juga: Keamanan Data Jadi Prioritas Utama Perusahaan di Indonesia di Tengah Meningkatnya Ancaman Siber
(iqb)
tulis komentar anda