Survei Membuktikan, Orang Indonesia Banyak Belanja Online Selama PSBB
Senin, 21 September 2020 - 23:13 WIB
JAKARTA - AppsFlyer, perusahaan attribution global, hari ini meluncurkan laporan belanja mereka bertajuk The State of Shopping App Marketing 2020 Edition. (Baca juga: Dijual Rp33,9 Juta, Samsung Bawa Kemewahan Galaxy Z Fold2 ke Indonesia )
Dalam laporan tersebut, tingkat sesi in-app (waktu yang dihabiskan user dalam satu aplikasi) untuk kategori e-commerce dan shopping tercatat meningkat hingga 70% pada periode Februari-Juni 2020. Ini bertepatan dengan diberlakukannya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Indonesia.
Laporan ini juga menyoroti pandemik COVID-19 yang menjadi faktor terbesar peningkatan App Install Ad Spend di kawasan Asia Pasifik. Nilainya mencapai USD800 Juta pada semester pertama 2020.
Ronen Mense, Managing Director dan President AppsFlyer APAC mengatakan, pandemik global memicu banyak konsumen yang menghabiskan waktu dan uang mereka di aplikasi belanja. "Walaupun dibayangi situasi resesi ekonomi dengan meningkatnya tingkat pengangguran, konsumen di seluruh dunia cenderung mengurangi kunjungan langsung ke pusat perbelanjaan dan toko. Mereka semakin beralih ke metode belanja online khususnya lewat perangkat mobile,” ungkap Mense, Senin (21/9/2020).
Laporan ini juga memprediksi periode 11.11 tahun 2020 akan mengalami peningkatan mengikuti kuatnya performa tahun lalu. Penginstalan aplikasi ecommerce dan shopping mencapai puncak permintaan tertinggi pada November 2019. Persentasenya mencapai angka 6,7% dan 6,5%.
Perhitungan laporan The State of Shopping App Marketing 2020 APAC dari AppsFlyer meliputi 750 aplikasi Shopping1, eCommerce2, dan Marketplace3, 1,5 miliar penginstalan non-organik serta 9 miliar konversi retargeting di 80 miliar sesi. Ini memberikan informasi mendalam tentang tren utama dari Januari 2019 hingga akhir Juni 2020.
Mense menambahkan, tahun ini menjadi sangat penting bagi para marketer untuk menyiapkan strategi khusus dan memastikan konsumen dapat mencari, menemukan, dan berbelanja dalam aplikasi mereka daripada beralih ke alternatif lain. “Dari segi penyampaian pesan juga harus diperhatikan karena perlu adanya keseimbangan antara rasa empati dan kesenangan berbelanja, pada saat yang bersamaan,” katanya.
Di Asia Pasifik, lanjut dia, permintaan terhadap aplikasi e-commerce dan shopping melonjak selama periode lockdown. Di Indonesia sendiri, rata-rata terdapat enam pembelanjaan per pengguna aplikasi shopping pada bulan April 2020.
"Kami memperkirakan angka ini akan terus meningkat dengan periode 11.11 pada bulan November mendatang dan musim liburan pada bulan Desember dan Januari,” sebut Mense.
Dalam laporan tersebut, tingkat sesi in-app (waktu yang dihabiskan user dalam satu aplikasi) untuk kategori e-commerce dan shopping tercatat meningkat hingga 70% pada periode Februari-Juni 2020. Ini bertepatan dengan diberlakukannya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Indonesia.
Laporan ini juga menyoroti pandemik COVID-19 yang menjadi faktor terbesar peningkatan App Install Ad Spend di kawasan Asia Pasifik. Nilainya mencapai USD800 Juta pada semester pertama 2020.
Ronen Mense, Managing Director dan President AppsFlyer APAC mengatakan, pandemik global memicu banyak konsumen yang menghabiskan waktu dan uang mereka di aplikasi belanja. "Walaupun dibayangi situasi resesi ekonomi dengan meningkatnya tingkat pengangguran, konsumen di seluruh dunia cenderung mengurangi kunjungan langsung ke pusat perbelanjaan dan toko. Mereka semakin beralih ke metode belanja online khususnya lewat perangkat mobile,” ungkap Mense, Senin (21/9/2020).
Laporan ini juga memprediksi periode 11.11 tahun 2020 akan mengalami peningkatan mengikuti kuatnya performa tahun lalu. Penginstalan aplikasi ecommerce dan shopping mencapai puncak permintaan tertinggi pada November 2019. Persentasenya mencapai angka 6,7% dan 6,5%.
Perhitungan laporan The State of Shopping App Marketing 2020 APAC dari AppsFlyer meliputi 750 aplikasi Shopping1, eCommerce2, dan Marketplace3, 1,5 miliar penginstalan non-organik serta 9 miliar konversi retargeting di 80 miliar sesi. Ini memberikan informasi mendalam tentang tren utama dari Januari 2019 hingga akhir Juni 2020.
Mense menambahkan, tahun ini menjadi sangat penting bagi para marketer untuk menyiapkan strategi khusus dan memastikan konsumen dapat mencari, menemukan, dan berbelanja dalam aplikasi mereka daripada beralih ke alternatif lain. “Dari segi penyampaian pesan juga harus diperhatikan karena perlu adanya keseimbangan antara rasa empati dan kesenangan berbelanja, pada saat yang bersamaan,” katanya.
Di Asia Pasifik, lanjut dia, permintaan terhadap aplikasi e-commerce dan shopping melonjak selama periode lockdown. Di Indonesia sendiri, rata-rata terdapat enam pembelanjaan per pengguna aplikasi shopping pada bulan April 2020.
"Kami memperkirakan angka ini akan terus meningkat dengan periode 11.11 pada bulan November mendatang dan musim liburan pada bulan Desember dan Januari,” sebut Mense.
tulis komentar anda