Waduh! Gara-gara Paylater, Generasi Muda Jadi Kalap Belanja?
Sabtu, 18 Januari 2025 - 09:37 WIB
JAKARTA - Layanan paylater di Indonesia mengalami pertumbuhan pesat, menawarkan solusi keuangan yang mudah, cepat, dan terjangkau. Namun, di tengah fenomena FOMO (Fear of Missing Out), YOLO (You Only Live Once), dan doom spending yang marak di kalangan generasi muda, penting untuk memastikan penggunaan paylater tetap sehat dan bertanggung jawab.
Disya Arinda, M.Psi., Psikolog Klinis, menekankan pentingnya kesehatan mental dalam pengelolaan keuangan, termasuk penggunaan paylater.
“Penggunaan Paylater dapat memberikan manfaat yang signifikan dan memberikan peace of mind jika didorong oleh motivasi positif, seperti mengelola arus kas atau memenuhi kebutuhan penting," ungkap Disya. "Sebaliknya, jika motivasinya dipicu oleh FOMO atau YOLO, maka risiko kecemasan dan stres pun akan meningkat."
Disya juga menjelaskan bahwa paylater bukanlah penyebab utama gaya hidup konsumtif. "Pola hidup konsumtif dan doom spending dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk penggunaan media sosial," jelasnya.
"Kuncinya berada pada mindset dalam penggunaan uang, agar Paylater digunakan sesuai tujuannya yaitu sebagai alat pembayaran yang mendukung pengelolaan keuangan."
Indina Andamari, SVP Marketing & Communications Kredivo, mengaku mendorong penggunaan layanan paylater yang sehat dan bertanggung jawab. Menurutnya, tingkat Non-Performing Loan (NPL) Kredivo hingga saat ini masih konsisten berada di bawah batas maksimal yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
"Dengan demikian, penyaluran kredit dan pemberian limit dilakukan secara proporsional sesuai dengan kemampuan bayar pengguna, sehingga mendukung ekosistem kredit yang lebih sehat dan bertanggung jawab," jelas Indina.
Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan peningkatan pembiayaan paylater oleh perusahaan pembiayaan sebesar 63,89% pada Oktober 2024 (year-on-year). Hal ini mengindikasikan bahwa paylater semakin populerdiIndonesia.
Disya Arinda, M.Psi., Psikolog Klinis, menekankan pentingnya kesehatan mental dalam pengelolaan keuangan, termasuk penggunaan paylater.
“Penggunaan Paylater dapat memberikan manfaat yang signifikan dan memberikan peace of mind jika didorong oleh motivasi positif, seperti mengelola arus kas atau memenuhi kebutuhan penting," ungkap Disya. "Sebaliknya, jika motivasinya dipicu oleh FOMO atau YOLO, maka risiko kecemasan dan stres pun akan meningkat."
Disya juga menjelaskan bahwa paylater bukanlah penyebab utama gaya hidup konsumtif. "Pola hidup konsumtif dan doom spending dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk penggunaan media sosial," jelasnya.
"Kuncinya berada pada mindset dalam penggunaan uang, agar Paylater digunakan sesuai tujuannya yaitu sebagai alat pembayaran yang mendukung pengelolaan keuangan."
Paylater, Akses Pertama Anak Muda untuk Ngutang
Paylater hadir untuk menjawab tingginya permintaan akses kredit di Indonesia. Survei yang dilakukan oleh Kredivo dan Katadata Insight Center mengungkapkan bahwa 68% pengguna paylater mendapatkan akses kredit pertama mereka dari paylater.Indina Andamari, SVP Marketing & Communications Kredivo, mengaku mendorong penggunaan layanan paylater yang sehat dan bertanggung jawab. Menurutnya, tingkat Non-Performing Loan (NPL) Kredivo hingga saat ini masih konsisten berada di bawah batas maksimal yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Baca Juga
"Dengan demikian, penyaluran kredit dan pemberian limit dilakukan secara proporsional sesuai dengan kemampuan bayar pengguna, sehingga mendukung ekosistem kredit yang lebih sehat dan bertanggung jawab," jelas Indina.
Edukasi Risiko Menggunakan Paylater
Edukasi risiko menggunakan paylater tetap penting. Jangan sampai paylater digunakan untuk bergaya hidup tidak sesuai kemampuan. Bahkan, untuk judi online.Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan peningkatan pembiayaan paylater oleh perusahaan pembiayaan sebesar 63,89% pada Oktober 2024 (year-on-year). Hal ini mengindikasikan bahwa paylater semakin populerdiIndonesia.
(dan)
Lihat Juga :
tulis komentar anda