Taiwan Gunakan Drone Buatan AS, China Jatuhkan Sanksi Skydo
Minggu, 03 November 2024 - 15:47 WIB
Taiwan dilaporkan dapat memperoleh hingga 1.000 UAV dari perusahaan AS AeroVironment Inc dan Anduril Industries Inc sesuai dengan kesepakatan yang akan segera ditandatangani.
“Drone serang yang dimaksud akan membantu Taiwan dalam menahan potensi serangan China terhadap demokrasi pulau itu," ungkap badan tersebut dalam artikel pada Selasa (29/10/2024).
Washington dan Taipei menandatangani "surat penawaran dan penerimaan" pada akhir September, demikian bunyi laporan tersebut.
Dokumen tersebut merupakan langkah terakhir sebelum menyetujui kontrak aktual, yang menjelaskan jumlah drone, harga, dan tenggat pengiriman.
Bloomberg menekankan drone telah "berkembang menjadi komponen utama peperangan modern" karena drone tersebut secara aktif digunakan kedua belah pihak dalam konflik antara Rusia dan Ukraina.
Laksamana Muda Mark Montgomery yang telah pensiun, direktur senior di Foundation for Defense of Democracies, yang melakukan perjalanan ke Taiwan untuk menilai kebutuhan pertahanannya, mengatakan kepada media tersebut bahwa perjanjian tersebut menunjukkan "Taiwan dan AS sama-sama belajar dari pelajaran penting dari pertempuran di Ukraina, dan mengubah pengetahuan itu menjadi pengadaan di masa mendatang."
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS, kantor Taiwan di Washington, dan Dewan Bisnis AS-Taiwan menolak berkomentar ketika ditanya tentang kesepakatan pesawat nirawak oleh Bloomberg.
Pada bulan Juni, Departemen Luar Negeri AS memberi tahu Kongres bahwa mereka telah menyetujui penjualan pesawat nirawak Anduril ALTIUS 600M-V dan UAV model AeroVironment Switchblade 300 "B" ke Taiwan seharga USD360 juta.
“Drone serang yang dimaksud akan membantu Taiwan dalam menahan potensi serangan China terhadap demokrasi pulau itu," ungkap badan tersebut dalam artikel pada Selasa (29/10/2024).
Washington dan Taipei menandatangani "surat penawaran dan penerimaan" pada akhir September, demikian bunyi laporan tersebut.
Dokumen tersebut merupakan langkah terakhir sebelum menyetujui kontrak aktual, yang menjelaskan jumlah drone, harga, dan tenggat pengiriman.
Bloomberg menekankan drone telah "berkembang menjadi komponen utama peperangan modern" karena drone tersebut secara aktif digunakan kedua belah pihak dalam konflik antara Rusia dan Ukraina.
Laksamana Muda Mark Montgomery yang telah pensiun, direktur senior di Foundation for Defense of Democracies, yang melakukan perjalanan ke Taiwan untuk menilai kebutuhan pertahanannya, mengatakan kepada media tersebut bahwa perjanjian tersebut menunjukkan "Taiwan dan AS sama-sama belajar dari pelajaran penting dari pertempuran di Ukraina, dan mengubah pengetahuan itu menjadi pengadaan di masa mendatang."
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS, kantor Taiwan di Washington, dan Dewan Bisnis AS-Taiwan menolak berkomentar ketika ditanya tentang kesepakatan pesawat nirawak oleh Bloomberg.
Pada bulan Juni, Departemen Luar Negeri AS memberi tahu Kongres bahwa mereka telah menyetujui penjualan pesawat nirawak Anduril ALTIUS 600M-V dan UAV model AeroVironment Switchblade 300 "B" ke Taiwan seharga USD360 juta.
(wbs)
tulis komentar anda