Strategi Hadapi Kejahatan Siber yang Terus Berkembang di Asia Pasifik
Senin, 10 Juli 2023 - 01:46 WIB
NEW YORK - Wilayah Asia Pasifik saat ini tengah menghadapi peningkatan kasus penipuan phishing yang melibatkan berbagai individu dan bisnis.
BACA JUGA - FBI Sebut Hacker Korut Berencana Serang AS
Secara khusus, Trellix Advanced Research Centre telah mendeteksi kenaikan signifikan dalam aktivitas tersebut, terutama saat musim liburan yang mana para pembeli online, distributor, dan lembaga keuangan menjadi lebih rentan terhadap pengalihan dan serangan yang direncanakan.
Jonathan Tan, Managing Director Asia Trellix mengatakan walaupun banyak perusahaan yang telah memperkuat platform keamanan siber mereka selama beberapa dekade terakhir, para hacker juga telah berkembang dan menggunakan cara yang lebih canggih untuk menyusup ke dalam sistem-sistem ini.
“Saat ini, risiko dari ancaman siber sudah semakin tinggi. Di Singapura sendiri, penipuan phishing telah mengakibatkan kerugian finansial lebih dari USD500 juta di tahun lalu. Untuk para pemimpin bisnis, kegagalan dalam memperkuat keamanan mereka dan melindungi baik pelanggan maupun perusahaan dapat menempatkan mereka ke dalam jurang kehancuran reputasi dan hubungan,” jelas Jonathan Tan.
Dalam menghadapinya kejahatan siber, sangatlah penting untuk melakukan evaluasi mendalam akan tingginya kerentanan wilayah Asia Pasifik terhadap ancaman siber.
Bisnis di wilayah Asia Pasifik harus mengandalkan teknologi sebagai "pemain" dengan sistem monitoring yang otomatis. Sistem ini bertugas mendeteksi dan memberikan peringatan kepada staf IT mengenai potensi serangan siber, sehingga mereka dapat merespons dengan cepat dan mendapatkan keuntungan yang diinginkan.
Selain menerapkan sebuah platform keamanan siber yang kuat, pemimpin bisnis juga harus memprioritaskan kepercayaan pelanggan mereka.
Oleh karena itu, Kepala Petugas Keamanan Informasi bertanggung jawab untuk mendorong pemahaman yang komprehensif tentang keamanan siber baik secara internal maupun eksternal, termasuk membangun komunikasi yang transparan dengan pelanggan.
BACA JUGA - FBI Sebut Hacker Korut Berencana Serang AS
Secara khusus, Trellix Advanced Research Centre telah mendeteksi kenaikan signifikan dalam aktivitas tersebut, terutama saat musim liburan yang mana para pembeli online, distributor, dan lembaga keuangan menjadi lebih rentan terhadap pengalihan dan serangan yang direncanakan.
Jonathan Tan, Managing Director Asia Trellix mengatakan walaupun banyak perusahaan yang telah memperkuat platform keamanan siber mereka selama beberapa dekade terakhir, para hacker juga telah berkembang dan menggunakan cara yang lebih canggih untuk menyusup ke dalam sistem-sistem ini.
“Saat ini, risiko dari ancaman siber sudah semakin tinggi. Di Singapura sendiri, penipuan phishing telah mengakibatkan kerugian finansial lebih dari USD500 juta di tahun lalu. Untuk para pemimpin bisnis, kegagalan dalam memperkuat keamanan mereka dan melindungi baik pelanggan maupun perusahaan dapat menempatkan mereka ke dalam jurang kehancuran reputasi dan hubungan,” jelas Jonathan Tan.
Dalam menghadapinya kejahatan siber, sangatlah penting untuk melakukan evaluasi mendalam akan tingginya kerentanan wilayah Asia Pasifik terhadap ancaman siber.
Bisnis di wilayah Asia Pasifik harus mengandalkan teknologi sebagai "pemain" dengan sistem monitoring yang otomatis. Sistem ini bertugas mendeteksi dan memberikan peringatan kepada staf IT mengenai potensi serangan siber, sehingga mereka dapat merespons dengan cepat dan mendapatkan keuntungan yang diinginkan.
Selain menerapkan sebuah platform keamanan siber yang kuat, pemimpin bisnis juga harus memprioritaskan kepercayaan pelanggan mereka.
Oleh karena itu, Kepala Petugas Keamanan Informasi bertanggung jawab untuk mendorong pemahaman yang komprehensif tentang keamanan siber baik secara internal maupun eksternal, termasuk membangun komunikasi yang transparan dengan pelanggan.
tulis komentar anda