Indonesia Ikut Pamer Teknologi Anti Sadap di Ajang CeBIT 2015
A
A
A
JAKARTA - Indonesia ternyata tidak kalah dengan berbagai negara maju dalam hal teknologi. Terbukti dalam CeBIT 2015 yang berlangsung di Hannover, Jerman, Indonesia mengirim delegasi yang menawarkan teknologi anti sadap.
"Sesekali pemerintah perlu mencoba produk dalam negeri. Keamanan lebih terjamin, karena bila ada kejanggalan, posisi mereka masih di dalam negeri," ucap Ketua Lembaga riset keamanan cyber, Pratama Persadha dalam keterangan tertulisnya kepada Sindonews, Kamis (26/3/2015).
Pratama mengungkapkan, salah satu kelebihan dengan menggunakan teknologi buatan dalam negeri adalah, audit akan lebih mudah dilakukan. Meskipun begitu, dia melihat pemerintah Indonesia belum cukup siap untuk menghadapi perang informasi.
"Sudah bagus ada keinginan membentuk Badan Cyber Nasional, namun itu saja tidak cukup. Kesadaran pemerintah dalam menggunakan teknologi yang aman juga perlu ditingkatkan. Sebenarnya SDM di dalam negeri juga tak kalah dari asing, tinggal goodwill pemerintah saja," jelas Pratama.
Menurutnya, pemerintah Indonesia tak perlu malu memakai produk security buatan dalam negeri. "Memakai produk asing tidak ada jaminan bebas disadap. Di AS misalnya, teknologi yang boleh dijual ke negera lain harus bisa di-crack oleh teknisi mereka dahulu," terang Pratama.
Kewaspadaan memakai teknologi asing akan serta merta meningkatkan daya saing industri keamanan cyber dalam negeri. "Dalam jangka panjang ini, akan membuat Indonesia memiliki kemandirian keamanan digital dan tidak tergantung negara lain," pungkasnya.
"Sesekali pemerintah perlu mencoba produk dalam negeri. Keamanan lebih terjamin, karena bila ada kejanggalan, posisi mereka masih di dalam negeri," ucap Ketua Lembaga riset keamanan cyber, Pratama Persadha dalam keterangan tertulisnya kepada Sindonews, Kamis (26/3/2015).
Pratama mengungkapkan, salah satu kelebihan dengan menggunakan teknologi buatan dalam negeri adalah, audit akan lebih mudah dilakukan. Meskipun begitu, dia melihat pemerintah Indonesia belum cukup siap untuk menghadapi perang informasi.
"Sudah bagus ada keinginan membentuk Badan Cyber Nasional, namun itu saja tidak cukup. Kesadaran pemerintah dalam menggunakan teknologi yang aman juga perlu ditingkatkan. Sebenarnya SDM di dalam negeri juga tak kalah dari asing, tinggal goodwill pemerintah saja," jelas Pratama.
Menurutnya, pemerintah Indonesia tak perlu malu memakai produk security buatan dalam negeri. "Memakai produk asing tidak ada jaminan bebas disadap. Di AS misalnya, teknologi yang boleh dijual ke negera lain harus bisa di-crack oleh teknisi mereka dahulu," terang Pratama.
Kewaspadaan memakai teknologi asing akan serta merta meningkatkan daya saing industri keamanan cyber dalam negeri. "Dalam jangka panjang ini, akan membuat Indonesia memiliki kemandirian keamanan digital dan tidak tergantung negara lain," pungkasnya.
(dyt)