Kecerdasan Buatan Jadi Bagian Penting Era Industri 4.0
A
A
A
JAKARTA -
Presiden Joko Widodo sudah mencanangkan bahwa Indonesia telah memasuki era Revolusi Industri 4.0. Karena itu, siap tidak siap, sumber daya manusia dan industri di Tanah Air harus siap menghadapinya. Nah kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) adalah bagian dari era tersebut.
Fakta di lapangan, AI semakin luas digunakan di berbagai bidang kehidupan. Mulai dari industri manufaktur sampai bidang kesehatan. Semuanya menggunakan kecerdasan buatan guna mempermudah pekerjaan manusia.
Hal ini yang mendorong Universitas Mercu Buana (UMB) menyelenggarakan Seminar Nasional Pengaplikasian Telematika (Sinaptika) ke-11 bertema Meningkatkan Kreativitas dan Inovasi di Era Industri 4.0 dengan Teknologi Kecerdasan Buatan.
Ketua Panitia Sinaptika 2019, Sabar Rudiarto, mengatakan, teknologi AI mengalami perkembangan yang sangat cepat. Bahkan sudah mampu menggantikan fungsi pekerjaan manusia dengan dukungan robot yang selama ini sulit dikerjakan manusia. "Seminar ini menjadi media silaturahmi, ajang berbagi pengalaman dan membuka jaringan sesama dosen, praktisi, dan peneliti di bidang informatika, sistem informasi dan teknologi informasi," kata Sabar.
Seminar dilanjutkan dengan pemaparan tujuh narasumber yang merepresentasikan wakil dari praktisi, akademisi, dan industri. Antara lain, Prof Kudang Boro Seminar (Dekan Fakultas Teknologi Pertanian IPB), Prof Ira Sri Hartati (Guru Besar Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta), dan Prof Indra Jaya (Kepala Bagian Akustik dan Instrumentasi Kelautan). "Kegiatan itu diikuti oleh sekitar 1.200 mahasiswa," imbuhnya.
Saat membuka seminar, Dekan Fakultas Ilmu Komputer UMB, Mujiono Sadikin, mengatakan, teknologi kecerdasan buatan kini telah menjelma menjadi salah satu teknologi utama penggerak industri 4.0. "Semakin hari, teknologi AI semakin baik dan mampu menyelesaikan berbagai permasalah kompleks yang pada tataran tertentu tidak bisa diselesaikan oleh manusia, karena alasan dan kondisi tertentu, seperti peru ketelitian yang ekstra, perlu daya tahan, atau karena kondisi lingkungan yang membahayakan," ungkap Mujiono Sadikin.
Dia menambahkan, bersama dengan bidang ilmu lain yang relevan, bidang ilmu komputer kini mengambil peran dominan pada teknologi kecerdasan buatan ini. Seminar ini dilengkapi dengan workshop mengenai AI dan machine learning, serta workshop tentang teknologi informasi.
Sementara itu, keynote speaker seminar, Azim Zaliha binti Abdul Aziz, Dosen Fakultas Informasi dan Komputasi Universiti Sultan Zainal Abdiin, Malaysia, mengatakan, teknologi kecerdasan buatan merupakan buah dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang sangat pesat di awal abad 20."Perkembangan yang pesat ini telah melahirkan teknologi informasi dan proses produksi yang dikendalikan secara otomatis," ungkap Azim Zaliha.
Seminar ini menjadi media desiminasi hasil-hasil penelitian di bidang informatika, sistem informasi yang menampilkan penyajian 47 makalah yang dibuat oleh dosen-dosen dari DIY, Lampung, Jakarta, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Banten."Kami telah menerima 99 makalah dan DIY yang paling banyak mengirimkan makalahnya dengan mengirimkan 20 makalah. Setelah melalui pengecekan similarity dan tahapan reviewer, maka ada 47 makalah yang layak dipaparkan," pungkas Mujiono Sadikin.
Presiden Joko Widodo sudah mencanangkan bahwa Indonesia telah memasuki era Revolusi Industri 4.0. Karena itu, siap tidak siap, sumber daya manusia dan industri di Tanah Air harus siap menghadapinya. Nah kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) adalah bagian dari era tersebut.
Fakta di lapangan, AI semakin luas digunakan di berbagai bidang kehidupan. Mulai dari industri manufaktur sampai bidang kesehatan. Semuanya menggunakan kecerdasan buatan guna mempermudah pekerjaan manusia.
Hal ini yang mendorong Universitas Mercu Buana (UMB) menyelenggarakan Seminar Nasional Pengaplikasian Telematika (Sinaptika) ke-11 bertema Meningkatkan Kreativitas dan Inovasi di Era Industri 4.0 dengan Teknologi Kecerdasan Buatan.
Ketua Panitia Sinaptika 2019, Sabar Rudiarto, mengatakan, teknologi AI mengalami perkembangan yang sangat cepat. Bahkan sudah mampu menggantikan fungsi pekerjaan manusia dengan dukungan robot yang selama ini sulit dikerjakan manusia. "Seminar ini menjadi media silaturahmi, ajang berbagi pengalaman dan membuka jaringan sesama dosen, praktisi, dan peneliti di bidang informatika, sistem informasi dan teknologi informasi," kata Sabar.
Seminar dilanjutkan dengan pemaparan tujuh narasumber yang merepresentasikan wakil dari praktisi, akademisi, dan industri. Antara lain, Prof Kudang Boro Seminar (Dekan Fakultas Teknologi Pertanian IPB), Prof Ira Sri Hartati (Guru Besar Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta), dan Prof Indra Jaya (Kepala Bagian Akustik dan Instrumentasi Kelautan). "Kegiatan itu diikuti oleh sekitar 1.200 mahasiswa," imbuhnya.
Saat membuka seminar, Dekan Fakultas Ilmu Komputer UMB, Mujiono Sadikin, mengatakan, teknologi kecerdasan buatan kini telah menjelma menjadi salah satu teknologi utama penggerak industri 4.0. "Semakin hari, teknologi AI semakin baik dan mampu menyelesaikan berbagai permasalah kompleks yang pada tataran tertentu tidak bisa diselesaikan oleh manusia, karena alasan dan kondisi tertentu, seperti peru ketelitian yang ekstra, perlu daya tahan, atau karena kondisi lingkungan yang membahayakan," ungkap Mujiono Sadikin.
Dia menambahkan, bersama dengan bidang ilmu lain yang relevan, bidang ilmu komputer kini mengambil peran dominan pada teknologi kecerdasan buatan ini. Seminar ini dilengkapi dengan workshop mengenai AI dan machine learning, serta workshop tentang teknologi informasi.
Sementara itu, keynote speaker seminar, Azim Zaliha binti Abdul Aziz, Dosen Fakultas Informasi dan Komputasi Universiti Sultan Zainal Abdiin, Malaysia, mengatakan, teknologi kecerdasan buatan merupakan buah dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang sangat pesat di awal abad 20."Perkembangan yang pesat ini telah melahirkan teknologi informasi dan proses produksi yang dikendalikan secara otomatis," ungkap Azim Zaliha.
Seminar ini menjadi media desiminasi hasil-hasil penelitian di bidang informatika, sistem informasi yang menampilkan penyajian 47 makalah yang dibuat oleh dosen-dosen dari DIY, Lampung, Jakarta, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Banten."Kami telah menerima 99 makalah dan DIY yang paling banyak mengirimkan makalahnya dengan mengirimkan 20 makalah. Setelah melalui pengecekan similarity dan tahapan reviewer, maka ada 47 makalah yang layak dipaparkan," pungkas Mujiono Sadikin.
(mim)