Mata Kuliah Teknologi Digital Jadi Kunci Mahasiswa STEI Hadapi Industri 4.0
A
A
A
JAKARTA - Revolusi Industri 4.0 menjadi tantangan tersendiri bagi dunia kampus di Indonesia. Karena itu, akademisi perlu membuat inovasi guna mengantisipasi perkembangan teknologi yang ada.
Rektor Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STEI), Ridwan Maronrong, mengatakan, untuk mencetak lulusan yang bisa beradaptasi dengan Industri 4.0, maka STEI menggandeng industri sehingga ada link and match antara dunia pendidikan dan industri. ”Kami juga bekerja sama dengan perusahaan swasta dalam dan luar negeri, supaya lulusan STEI siap kerja,” kata Ridwan Maronrong saat wisuda Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia ke-47 di JCC, Senayan, Jakarta Pusat.
Tidak hanya itu, lanjut dia, STEI membekali lulusannya dengan sertifikat pendamping ijazah, sesuai program studi atau jurusan yang diambil dan Toefl tentunya. "Untuk memenuhi kebutuhan manajemen berbasis digital, pada tahun ajaran 2020/2021, STEI membuka program baru yakni Manajemen Bisnis Digital," imbuhnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan, demi meningkatkan daya saing lulusan dan menghadapi perkembangan teknologi digital, rektorat telah melakukan beberapa langkah strategis. Di antaranya, di bidang pendidikan dan pembelajaran dengan melakukan penyempurnaan kurikulum.
“Agar dapat menyesuaikan dengan arah perkembangan teknologi dan digitalisasi, kurikulum program akutansi dan manajemen konvensional akan disempurnakan dengan menambah muatan mata kuliah, yakni teknologi digital,” tuturnya.
Langkah berikutnya, sambung Ridwan, membuka program S1 Management Bisnis Digital pada tahun ajaran baru 2020/2021. "Program ini berbeda dengan konsentrasi yang ada pada prodi S1 Manajemen karena muatan mata kuliah bisnis digital dalam kurikulumnya mencapi 30% dari total sks, kurikulum manajemen konvensional," sebut Ridwan.
Pihaknya juga memperkuat kompetensi mahasiswa melalui program sertifikasi yang akan dicantumkan dalam surat keterangan pedamping ijazah. Misalnya, Program Sertifikasi Microsoft Office dengan penguasaan Excel yang lebih dalam.
"Kami juga terus melakukan pengembangan dan meningkatkan program magang mahasiswa, sekaligus untuk mendukung Link and Match dari pemerintah yang dilaksanakan dengan BUMN. Kami telah bekerja sama dengan 16 BUMN," katanya.
Sementara itu, mantan Calon Wakil Presiden (Cawapres) Pilpres 2019, Sandiaga Salahuddin Uno memastikan, bahwa 50% lebih generasi muda Indonesia ingin memiliki usaha sendiri. Para usia muda ini merupakan generasi entrepreneurship atau generasi wirausaha.
"Perwujudan gerak anak muda saat ini adalah lebih proaktif dan lebih produktif. Mereka merupakan generasi entrepreneurship yang akan membuka usaha secara mandiri," kata mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta ini saat menjadi keynote speaker Wisuda STEI.
Dihadapan mahasiswa STEI, Sandi menitipkan dua pesan. Pertama, kenali diri sendiri. Kedua, identifikasi seluruh peluang yang ada di sekitar.
"Jangan mau hanya dijadikan pasar. Jadilah generasi produktif, jadilah generasi produktif, jadi generasi yang ikut menjadi pemain, bukan penonton," katanya.
Sandi yakin generasi muda Indonesia akan menjadi pemain dari kemajuan ekonomi Indonesia 20-25 tahun mendatang. "Saya selalu sampaikan generasi kita ke depan harus generasi proaktif, generasi yang berani mengambil risiko, generasi yang berinovasi. Itu ciri-ciri yang membawa Indonesia maju ke depan," tuturnya.
Rektor Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STEI), Ridwan Maronrong, mengatakan, untuk mencetak lulusan yang bisa beradaptasi dengan Industri 4.0, maka STEI menggandeng industri sehingga ada link and match antara dunia pendidikan dan industri. ”Kami juga bekerja sama dengan perusahaan swasta dalam dan luar negeri, supaya lulusan STEI siap kerja,” kata Ridwan Maronrong saat wisuda Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia ke-47 di JCC, Senayan, Jakarta Pusat.
Tidak hanya itu, lanjut dia, STEI membekali lulusannya dengan sertifikat pendamping ijazah, sesuai program studi atau jurusan yang diambil dan Toefl tentunya. "Untuk memenuhi kebutuhan manajemen berbasis digital, pada tahun ajaran 2020/2021, STEI membuka program baru yakni Manajemen Bisnis Digital," imbuhnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan, demi meningkatkan daya saing lulusan dan menghadapi perkembangan teknologi digital, rektorat telah melakukan beberapa langkah strategis. Di antaranya, di bidang pendidikan dan pembelajaran dengan melakukan penyempurnaan kurikulum.
“Agar dapat menyesuaikan dengan arah perkembangan teknologi dan digitalisasi, kurikulum program akutansi dan manajemen konvensional akan disempurnakan dengan menambah muatan mata kuliah, yakni teknologi digital,” tuturnya.
Langkah berikutnya, sambung Ridwan, membuka program S1 Management Bisnis Digital pada tahun ajaran baru 2020/2021. "Program ini berbeda dengan konsentrasi yang ada pada prodi S1 Manajemen karena muatan mata kuliah bisnis digital dalam kurikulumnya mencapi 30% dari total sks, kurikulum manajemen konvensional," sebut Ridwan.
Pihaknya juga memperkuat kompetensi mahasiswa melalui program sertifikasi yang akan dicantumkan dalam surat keterangan pedamping ijazah. Misalnya, Program Sertifikasi Microsoft Office dengan penguasaan Excel yang lebih dalam.
"Kami juga terus melakukan pengembangan dan meningkatkan program magang mahasiswa, sekaligus untuk mendukung Link and Match dari pemerintah yang dilaksanakan dengan BUMN. Kami telah bekerja sama dengan 16 BUMN," katanya.
Sementara itu, mantan Calon Wakil Presiden (Cawapres) Pilpres 2019, Sandiaga Salahuddin Uno memastikan, bahwa 50% lebih generasi muda Indonesia ingin memiliki usaha sendiri. Para usia muda ini merupakan generasi entrepreneurship atau generasi wirausaha.
"Perwujudan gerak anak muda saat ini adalah lebih proaktif dan lebih produktif. Mereka merupakan generasi entrepreneurship yang akan membuka usaha secara mandiri," kata mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta ini saat menjadi keynote speaker Wisuda STEI.
Dihadapan mahasiswa STEI, Sandi menitipkan dua pesan. Pertama, kenali diri sendiri. Kedua, identifikasi seluruh peluang yang ada di sekitar.
"Jangan mau hanya dijadikan pasar. Jadilah generasi produktif, jadilah generasi produktif, jadi generasi yang ikut menjadi pemain, bukan penonton," katanya.
Sandi yakin generasi muda Indonesia akan menjadi pemain dari kemajuan ekonomi Indonesia 20-25 tahun mendatang. "Saya selalu sampaikan generasi kita ke depan harus generasi proaktif, generasi yang berani mengambil risiko, generasi yang berinovasi. Itu ciri-ciri yang membawa Indonesia maju ke depan," tuturnya.
(mim)