Kata Raksasa Teknologi Asing soal Implementasi 5G di Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Terkait implementasi 5G di Indonesia, beberapa perusahaan vendor teknologi asing sepakat menyatakan Indonesia merupakan pasar yang sangat besar untuk digarap.
Direktur ICT Strategy & Marketing Huawei Indonesia Mohamad Rosidi, menyatakan kesiapannya untuk mendukung launching 5G di Indonesia. Selain itu, di negara lain yang sudah memanfaatkan 5G, pemerintahnya memegang peranan penting menentukan harga di pengguna akhir.
“Kami punya mulai dari device atau ponsel 5G-nya, chipset, sampai perangkat end to end-nya. Memang contoh kasus di negara lain, pemerintahnya memegang peranan penting dalam membuat open sharing. Karena pricing (harga) di end user (pengguna) 5G sangat sensitif,” kata Rosidi di Jakarta, Rabu (27/11/2019).
Dalam kesempatan yang sama, Ronni Nurmal, Head of Network Solution Ericsson Indonesia, percaya revolusi industri di Indonesia benar-benar akan terjadi dengan pemanfaatan 5G sebagai backbone atau tulang punggungnya. “Kolaborasi kami dengan perusahaan tambang di Swedia serta satu perusahaan pengelola pelabuhan di China berhasil menekan cost (biaya) 20% sampai 70%. Biaya ditekan melalui pemanfaatan 5G menggunakan automated drilling and blasting, serta logistik,” tutur Ronni.
Sementara itu, SVP Head of Sales APAC Region, Mavenir Sam Saba menyebut perusahaannya menyediakan solusi OpenRAN berbasis 5G yang bisa diadopsi di perusahaan-perusahaan Indonesia. “Inovasi melalui pemanfaatan IT harus ada di dalam mindset, meskipun kami menilai pemanfaatan 5G baru akan dimulai di negara berkembang pada 2026. Namun, operator harus memulainya sekarang. Kami akan menyediakan solusi membuka interface sehingga provider lain bisa menggunakannya bersama," kata Saba.
Direktur ICT Strategy & Marketing Huawei Indonesia Mohamad Rosidi, menyatakan kesiapannya untuk mendukung launching 5G di Indonesia. Selain itu, di negara lain yang sudah memanfaatkan 5G, pemerintahnya memegang peranan penting menentukan harga di pengguna akhir.
“Kami punya mulai dari device atau ponsel 5G-nya, chipset, sampai perangkat end to end-nya. Memang contoh kasus di negara lain, pemerintahnya memegang peranan penting dalam membuat open sharing. Karena pricing (harga) di end user (pengguna) 5G sangat sensitif,” kata Rosidi di Jakarta, Rabu (27/11/2019).
Dalam kesempatan yang sama, Ronni Nurmal, Head of Network Solution Ericsson Indonesia, percaya revolusi industri di Indonesia benar-benar akan terjadi dengan pemanfaatan 5G sebagai backbone atau tulang punggungnya. “Kolaborasi kami dengan perusahaan tambang di Swedia serta satu perusahaan pengelola pelabuhan di China berhasil menekan cost (biaya) 20% sampai 70%. Biaya ditekan melalui pemanfaatan 5G menggunakan automated drilling and blasting, serta logistik,” tutur Ronni.
Sementara itu, SVP Head of Sales APAC Region, Mavenir Sam Saba menyebut perusahaannya menyediakan solusi OpenRAN berbasis 5G yang bisa diadopsi di perusahaan-perusahaan Indonesia. “Inovasi melalui pemanfaatan IT harus ada di dalam mindset, meskipun kami menilai pemanfaatan 5G baru akan dimulai di negara berkembang pada 2026. Namun, operator harus memulainya sekarang. Kami akan menyediakan solusi membuka interface sehingga provider lain bisa menggunakannya bersama," kata Saba.
(mim)