Sambut Era Industri 4.0, Jasa Raharja Luncurkan Aplikasi JRku
A
A
A
Jasa Raharja adalah salah satu BUMN yang sangat adaptif dengan teknologi. Pada Mei 2019 silam mereka sudah meluncurkan aplikasi JRku, yakni aplikasi sinergi Jasa Raharja dengan BUMN lain seperti BNI, PT Pelni, Angkasa Pura I, ASDP Ferry Indonesia, dan Perum Damri.
Aplikasi yang bisa diunduh di PlayStore dan AppStore tersebut memiliki banyak fungsi. Namun yang utama adalah kemudahan dalam pelayanan penyaluran santunan secara online, khususnya bagi para korban kecelakaan lalu lintas yang akan klaim.
Fitur lainnya, antara lain pengajuan santunan online, berita kondisi lalu lintas terbaru, dan pengecekan sumbangan wajib dana kecelakaan lalu lintas jalan (SWDKLLJ) yang tertera di STNK dengan meng-input nomor polisi dan lima digit terakhir nomor rangka kendaraan. Begitu pun My Trip yang dapat merekam aktivitas perjalanan pengguna.
Terkait masyarakat yang ”gaptek” dan belum tahu tentang proses klaim santunan secara online, Dewi menyebut bahwa Jasa Raharja langsung bergerak dan membayarkan santunannya secara cashless melalui tabungan BRI. Masyarakat yang belum melek teknologi tidak harus download aplikasi. Itu karena backend mereka sudah terhubung dengan sejumlah mitra, salah satunya Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil).
”Santunan meninggal dunia maksimal Rp50 juta dan biaya perawatan maksimal Rp20 juta,” ujar Dewi. Aplikasi JRku yang sudah diunduh oleh lebih dari 5.000 kali itu ternyata hanya sebagian kecil dari upaya Jasa Raharja untuk menyambut era Industri 4.0. Fokus mereka saat ini tidak hanya keluar, melainkan juga memperbaiki sistem teknologi yang ada di internal perusahaan.
Khususnya di bidang SDM, yakni 75% dari 2.000 karyawan Jasa Raharja adalah milenial. ”Karena sebagian besar karyawan didominasi milenial, kami harus melakukan strategi khusus supaya strategi dan langkah perusahaan ke depannya dapat optimal,” beber Direktur SDM dan Umum Jasa Raharja Dewi Aryani Suzana.
Sebagian perusahaan mungkin melihat revolusi Industri 4.0 sebagai sesuatu yang ditakuti atau ancaman. Namun, sebagai BUMN, Dewi menyebut bahwa era 4.0 justru menjadi sebuah peluang dan tantangan bagi Jasa Raharja untuk lebih adaptif terhadap digitalisasi dalam berbagai aspek.
”Kita harus adaptif terhadap memberikan pelayanan kepada masyarakat, harus serbaterbuka dan mengikuti zaman di bidang transaksi keuangan, dan tentu saja memanfaatkan teknologi untuk mengelola human capital,” ujar Dewi.
Menurut Dewi, menjadi tantangan bagi Jasa Raharja dalam pengelolaan human hapital karena tiga hal. Pertama, ada jenjang besar antara pegawai milenial dan generasi sebelumnya. Kedua, adalah terkait penempatan 2.000 karyawan Jasa Raharja yang tidak semua bekerja di kantor pusat, tapi di seluruh Indonesia. Tepatnya di 29 kantor cabang, 63 kantor perwakilan, 67 kantor pelayanan Jasa Raharja dan 1.560 kantor bersama Samsat.
Terakhir, keinginan para milenial untuk work life balace. Mereka ingin waktu bekerja yang lebih fleksibel dengan budaya dan aturan sebagai pegawai BUMN. Jawaban untuk bisa menyelaraskan keinginan milenial dengan budaya BUMN, menurut Dewi, adalah lewat teknologi. Karena itu, disusunlah apa yang disebut human capital transformation framework untuk mengoptimalkan
peran human capital dalam mendukung tercapainya tujuan perusahaan.
Salah satunya lewat penerapan human capital information system (HCIS) yang melibatkan peran serta pegawai secara aktif melalui mekanisme employee self service (ESS) dengan mengintegrasi sistem struktur organisasi SDM, payroll, benefit, leaving, learning and development, talent management, succession planning, performance Management, dan knowledge
management.
Selain itu, mereka mengimplementasikan pendekatan work life balance kepada seluruh pegawai melalui program “JR Energizer”, yang terdiri dari body energizer, soul energizer, social energizer, dan main energizer. ”Kami menyediakan fasilitas olahraga, musik, social activity, kegiatan kerohanian, dan training yang mendukung terlaksananya work life balance sehingga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi kinerja pegawai,” tuturnya.
Bahkan, soal ruang kerja pun didesain ala startup, yakni dengan konsep open working space & clean desk untuk menciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan untuk setiap pegawai.
Aplikasi yang bisa diunduh di PlayStore dan AppStore tersebut memiliki banyak fungsi. Namun yang utama adalah kemudahan dalam pelayanan penyaluran santunan secara online, khususnya bagi para korban kecelakaan lalu lintas yang akan klaim.
Fitur lainnya, antara lain pengajuan santunan online, berita kondisi lalu lintas terbaru, dan pengecekan sumbangan wajib dana kecelakaan lalu lintas jalan (SWDKLLJ) yang tertera di STNK dengan meng-input nomor polisi dan lima digit terakhir nomor rangka kendaraan. Begitu pun My Trip yang dapat merekam aktivitas perjalanan pengguna.
Terkait masyarakat yang ”gaptek” dan belum tahu tentang proses klaim santunan secara online, Dewi menyebut bahwa Jasa Raharja langsung bergerak dan membayarkan santunannya secara cashless melalui tabungan BRI. Masyarakat yang belum melek teknologi tidak harus download aplikasi. Itu karena backend mereka sudah terhubung dengan sejumlah mitra, salah satunya Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil).
”Santunan meninggal dunia maksimal Rp50 juta dan biaya perawatan maksimal Rp20 juta,” ujar Dewi. Aplikasi JRku yang sudah diunduh oleh lebih dari 5.000 kali itu ternyata hanya sebagian kecil dari upaya Jasa Raharja untuk menyambut era Industri 4.0. Fokus mereka saat ini tidak hanya keluar, melainkan juga memperbaiki sistem teknologi yang ada di internal perusahaan.
Khususnya di bidang SDM, yakni 75% dari 2.000 karyawan Jasa Raharja adalah milenial. ”Karena sebagian besar karyawan didominasi milenial, kami harus melakukan strategi khusus supaya strategi dan langkah perusahaan ke depannya dapat optimal,” beber Direktur SDM dan Umum Jasa Raharja Dewi Aryani Suzana.
Sebagian perusahaan mungkin melihat revolusi Industri 4.0 sebagai sesuatu yang ditakuti atau ancaman. Namun, sebagai BUMN, Dewi menyebut bahwa era 4.0 justru menjadi sebuah peluang dan tantangan bagi Jasa Raharja untuk lebih adaptif terhadap digitalisasi dalam berbagai aspek.
”Kita harus adaptif terhadap memberikan pelayanan kepada masyarakat, harus serbaterbuka dan mengikuti zaman di bidang transaksi keuangan, dan tentu saja memanfaatkan teknologi untuk mengelola human capital,” ujar Dewi.
Menurut Dewi, menjadi tantangan bagi Jasa Raharja dalam pengelolaan human hapital karena tiga hal. Pertama, ada jenjang besar antara pegawai milenial dan generasi sebelumnya. Kedua, adalah terkait penempatan 2.000 karyawan Jasa Raharja yang tidak semua bekerja di kantor pusat, tapi di seluruh Indonesia. Tepatnya di 29 kantor cabang, 63 kantor perwakilan, 67 kantor pelayanan Jasa Raharja dan 1.560 kantor bersama Samsat.
Terakhir, keinginan para milenial untuk work life balace. Mereka ingin waktu bekerja yang lebih fleksibel dengan budaya dan aturan sebagai pegawai BUMN. Jawaban untuk bisa menyelaraskan keinginan milenial dengan budaya BUMN, menurut Dewi, adalah lewat teknologi. Karena itu, disusunlah apa yang disebut human capital transformation framework untuk mengoptimalkan
peran human capital dalam mendukung tercapainya tujuan perusahaan.
Salah satunya lewat penerapan human capital information system (HCIS) yang melibatkan peran serta pegawai secara aktif melalui mekanisme employee self service (ESS) dengan mengintegrasi sistem struktur organisasi SDM, payroll, benefit, leaving, learning and development, talent management, succession planning, performance Management, dan knowledge
management.
Selain itu, mereka mengimplementasikan pendekatan work life balance kepada seluruh pegawai melalui program “JR Energizer”, yang terdiri dari body energizer, soul energizer, social energizer, dan main energizer. ”Kami menyediakan fasilitas olahraga, musik, social activity, kegiatan kerohanian, dan training yang mendukung terlaksananya work life balance sehingga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi kinerja pegawai,” tuturnya.
Bahkan, soal ruang kerja pun didesain ala startup, yakni dengan konsep open working space & clean desk untuk menciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan untuk setiap pegawai.
(don)