Perang Dagang Korea-Jepang 'Rontokkan' Banyak Raksasa Smartphone

Minggu, 07 Juli 2019 - 14:12 WIB
Perang Dagang Korea-Jepang...
Perang Dagang Korea-Jepang 'Rontokkan' Banyak Raksasa Smartphone
A A A
TOKYO - Gencatan senjata sementara tengah berlaku atas perang dagang AS-China. Kini giliran Jepang dan Korea yang menggelar perang dagang.

Perang dagang antara keduanya yang dipicu oleh sejarah Perang Dunia II bisa menyeret raksasa smartphone seperti Apple, Huawei, LG, dan Samsung ke dalam keterpurukan.

Laman Phone Arena melaporkan, mulai hari ini Jepang membatasi ekspor polimida berfluorinasi dan hidrogen fluorida kemurnian tinggi (HF) ke Korea Selatan. Bahan-bahan ini digunakan dalam produksi tampilan ponsel pintar di negara tersebut oleh LG dan Samsung.

Bahan yang sama juga untuk keperluan memproduksi chip memori oleh Samsung dan SK Hynix Inc. Sekadar informasi, Jepang menyumbang 70-90% dari pasokan bahan-bahan ini di dunia.

Eksportir Jepang sekarang akan memerlukan izin dari pemerintah untuk mengirim bahan-bahan tersebut ke Korea Selatan. Prosesnya bisa memakan waktu hingga 90 hari untuk setiap permintaan.

Tentu regulasi itu bisa memperlambat produksi panel OLED yang diproduksi oleh LG dan Samsung untuk Apple iPhone dan pelanggan pabrikan smartphone lainnya. Ini juga dapat berdampak negatif terhadap produksi dan komponen LG dan Samsung untuk perangkat mereka sendiri.

Pertarungan "politik" yang berimbas ke dunia usaha dimulai atas putusan yang dibuat Oktober lalu oleh Mahkamah Agung Korea Selatan. Pengadilan memutuskan Jepang harus membayar ratusan ribu dolar AS sebagai kompensasi kepada warga Korea Selatan yang dipaksa bekerja untuk Nippon Steel Jepang selama Perang Dunia II.

Hari ini, Reuters melaporkan, Korea siap untuk membalas aksi sepihak Negeri Sakura. Menteri Perdagangan Korea Selatan, Yoo Myung-hee, mengatakan, tindakan yang diambil oleh pemerintah Jepang dapat menjadi ancaman besar bagi rantai pasokan global. Dan jika ada satu hal yang seharusnya dipelajari oleh perusahaan teknologi dari larangan AS terhadap Huawei, adalah pentingnya memiliki rantai pasokan terbuka.

Saat ini, satu-satunya pembalasan yang dapat dipertimbangkan oleh Korea Selatan adalah "penanggulangan diplomatik", termasuk mengajukan pengaduan ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Yoon Do-han, Sekretaris Pers untuk Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengatakan dalam sebuah pernyataan, "Kami akan menjelaskan kepada negara-negara besar tentang ketidakadilan tindakan Jepang dan fakta bahwa ini melanggar prinsip perdagangan bebas." Namun,

Menteri Keuangan Korea Selatan, Hong Nam-ki mengatakan, bahwa mungkin perlu waktu lama bagi WTO untuk membuat keputusan atas perselisihan tersebut. Sementara itu, Apple, Huawei, LG, dan Samsung dapat mengalami kerusakan jaminan peluncuran produk.

"Menerapkan langkah-langkah yang sesuai terhadap Jepang tidak dapat dikesampingkan. Ini dapat menyebabkan kerusakan yang merugikan bagi ekonomi Korea dan Jepang," kata Hong Nam-ki, Menteri Keuangan Korea Selatan.

Tidak terlalu banyak pemasok yang dapat menangani pengiriman panel OLED dalam jumlah dan kualitas yang dipesan Apple. Nah bila pertempuran antara kedua negara ini berlangsung lama, maka itu dapat berdampak serius pada produksi iPhone 2019.

Apple memang sumber panel LCD untuk iPhone XR dan model yang lebih tua dari Jepang Display, yang terakhir belum dapat membuktikan bahwa ia dapat menangani jenis permintaan OLED produksi Apple. Tentu, Jepang Display memproduksi layar AMOLED yang digunakan pada Apple Watch, tetapi panel tersebut sangat kecil dibandingkan dengan layar yang lebih besar yang diperlukan untuk iPhone.

Apple baru-baru ini setuju untuk berinvestasi USD100 juta di Jepang Display dan memberikan perusahaan beberapa pesanan tambahan untuk panel LCD yang semula seharusnya diproduksi di China. Dengan spekulasi bahwa 2020 iPhone yang didesain ulang akan menggunakan layar OLED, Apple mungkin ingin menjajaki kemungkinan memindahkan sebagian produksi OLED-nya ke luar Korea Selatan sebagai tindakan pencegahan.

Bahkan jika Jepang dan Korea Selatan memperbaiki hubungan mereka, menjadi jelas bahwa produsen ponsel pintar tidak bpleh mengandalkan pemasok hanya di satu atau dua negara untuk menjaga aliran komponen dan perangkat lunak tetap datang.
(mim)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1008 seconds (0.1#10.140)