Amazon Merek Paling Bernilai Tahun 2019
A
A
A
NEW YORK - Kekuatan merek Amazon.com Inc. kian melejit. Perusahaan ritel asal Amerika Serikat (AS) itu menggeser dua perusahaan teknologi yakni Apple Inc. dan Google LLC dari posisi puncak merek paling bernilai di dunia. Berdasarkan hasil survei Kantar dalam BrandZ Top 100 Most Valuable Global Brand 2019, nilai Amazon pada 2019 mencapai USD315,5 miliar (Rp4.490 triliun, kurs 14.233 per USD), naik sekitar 52% dibanding tahun lalu.
Apple tetap berada di urutan kedua dengan nilai USD309,5 miliar (Rp4.405 triliun), sedangkan Google turun dua peringkat dari posisi 1 tahun lalu. Brand value Google saat ini ditaksir USD309 miliar (Rp4.398 triliun). Perubahan ini besar mengingat Apple dan Google memuncaki ranking selama 12 tahun terakhir.
Kepala global BrandZ, Doreen Wang, mengatakan, keunggulan Amazon terletak pada kesuksesannya menjual beragam produk dan layanan. “Nilai merek Amazon tumbuh hampir USD108 miliar pada tahun lalu. Hal ini menunjukkan mereknya tidak lagi terpaut pada wilayah atau kategori tertentu,” kata Wang, dikutip CNBC.
Wang menambahkan, dengan kemajuan teknologi dan akses yang lebih luas, batas negara menjadi kabur sehingga perusahaan sekelas Amazon, Google, dan Alibaba mampu menjual beragam produk dan layanan hampir ke seluruh dunia. Amazon saat ini merupakan perusahaan e-commerce dan artificial intteligent (AI) assistant terbesar di dunia.
Amazon telah gencar menanamkan investasi ke berbagai bidang setelah bisnis utamanya mengalami perlambatan. Di antaranya ke perusahaan startup mobil self-driving Aurora, perusahaan truk listrik Rivian, dan perusahaan pesawat Amazon Air. Amazon juga mengakuisisi dua firma, PillPack dan Deliveroo.
Sebanyak tiga perusahaan yang masuk ranking 10 besar tahun ini merupakan perusahaan tradisional seperti Visa (No 5), McDonald’s (No 9) dan AT&T (No 10). Sisanya didominasi perusahaan teknologi. Microsoft yang pada 2006 memuncaki ranking kini berada di urutan keempat, sama seperti tahun lalu.
Pada 2019, Alibaba dengan nilai USD131,2 miliar, juga berhasil menyalip Tencent yang memiliki nilai USD130,9 miliar sebagai merek paling bernilai di dunia asal China. Ada sekitar 15 merek asal China yang masuk ranking 100 BrandZ, termasuk perusahaan elektronik Xiaomi (USD19,8 miliar) dan Meituan (USD18,8 miliar).
Firma teknologi, keuangan, dan ritel mendominasi daftar. Angkanya mencapai lebih dari dua per tiga. BrandZ hanya memasukkan merek yang diperdagangkan secara umum dan perusahaannya mempublikasikan keuangan mereka secara terbuka. Mereka kemudian melakukan wawancara serta melakukan analisis bisnis dan kinerja keuangan setiap perusahaan.
Dalam survei serupa yang dirilis Brand Finance pada Mei lalu, Amazon juga berada di puncak ranking. Brand Finance menyatakan nilai merek Amazon naik sekitar 42% pada tahun lalu atau menjadi USD150,8 miliar. CEO Brand Finance, David Haigh, mengatakan, berdasarkan performa saat ini, merek Amazon kemungkinan besar akan terus tumbuh pesat.
“Amazon merupakan brand paling besar dan paling berpengaruh di dunia dengan pertumbuhan yang tak terhentikan,” ujar Haigh di situs brandfinance.com. “Kekuatan dan nilai merek Amazon mendorong para pemegang saham untuk memperluas sektor bisnis ke berbagai wilayah tanpa lelah. Amazon merupakan merek kuat,” tambahnya.
Sebaliknya dari Amazon, Apple yang mengalami penurunan sebesar 27% dinilai memiliki masa depan yang suram. Menurut Haigh, Apple gagal mendiversifikasi bisnis dan terlalu bergantung pada penjualan iPhones yang menyumbangkan dua per tiga dari pendapatan. Ketergantungan itu menyebabkan Apple terpuruk.
Penjualan iPhone X pada kuartal keempat (Q4) 2017 juga tidak mencapai target dan direncanakan akan dihentikan pada tahun ini. Dengan adanya merek-merek baru yang lebih terjangkau seperti Huawei, Apple dikenal sebagai merek produk mewah sehingga potensi nilai pertumbuhan merek Apple menjadi lebih terbatas.
Google yang hanya mengalami pertumbuhan sebesar 10% atau menjadi USD120,9 miliar juga tidak mampu menyaingi Amazon. “Iklan online Google menghasilkan lebih banyak lalu lintas dibanding perkiraan. Performanya kuat. Namun, untuk dapat bersaing, Google perlu memperluas sektor bisnis,” kata Haigh.
Di tengah era digital, mayoritas merek teratas di ranking Brand Finance juga didominasi perusahana teknologi. Di posisi keempat ada Samsung dengan USD92,3 miliar diikuti Facebook dengan USD89,7 miliar. Keduanya mengalami pertumbuhan nilai masing-masing sebesar 39% dan 45% pada tahun lalu.
Orang Terkaya
Dengan kesuksesan ini, pendiri Amazon, Jeff Bezos, menjadi orang terkaya di dunia dengan total kekayaan sekitar USD132 miliar pada Februari tahun ini. Sumber lain kekayaan Bezos berasal dari situs ritel Zappos dan Audible yang menjadi platform para vendor pihak ketiga yang menyediakan layanan komputasi cloud.
Tentu, Amazon tetap menjadi sumber kekayaan terbesarnya. “Amazon membukukan pendapatan USD233 miliar pada 2018,” ungkap laporan Bloomberg. Jeff Bezos memiliki 16% saham di Amazon yang merupakan perusahaan ritel online terbesar di dunia. Dia juga memiliki perusahaan eksplorasi antariksa Blue Origin. (Muh Shamil)
Apple tetap berada di urutan kedua dengan nilai USD309,5 miliar (Rp4.405 triliun), sedangkan Google turun dua peringkat dari posisi 1 tahun lalu. Brand value Google saat ini ditaksir USD309 miliar (Rp4.398 triliun). Perubahan ini besar mengingat Apple dan Google memuncaki ranking selama 12 tahun terakhir.
Kepala global BrandZ, Doreen Wang, mengatakan, keunggulan Amazon terletak pada kesuksesannya menjual beragam produk dan layanan. “Nilai merek Amazon tumbuh hampir USD108 miliar pada tahun lalu. Hal ini menunjukkan mereknya tidak lagi terpaut pada wilayah atau kategori tertentu,” kata Wang, dikutip CNBC.
Wang menambahkan, dengan kemajuan teknologi dan akses yang lebih luas, batas negara menjadi kabur sehingga perusahaan sekelas Amazon, Google, dan Alibaba mampu menjual beragam produk dan layanan hampir ke seluruh dunia. Amazon saat ini merupakan perusahaan e-commerce dan artificial intteligent (AI) assistant terbesar di dunia.
Amazon telah gencar menanamkan investasi ke berbagai bidang setelah bisnis utamanya mengalami perlambatan. Di antaranya ke perusahaan startup mobil self-driving Aurora, perusahaan truk listrik Rivian, dan perusahaan pesawat Amazon Air. Amazon juga mengakuisisi dua firma, PillPack dan Deliveroo.
Sebanyak tiga perusahaan yang masuk ranking 10 besar tahun ini merupakan perusahaan tradisional seperti Visa (No 5), McDonald’s (No 9) dan AT&T (No 10). Sisanya didominasi perusahaan teknologi. Microsoft yang pada 2006 memuncaki ranking kini berada di urutan keempat, sama seperti tahun lalu.
Pada 2019, Alibaba dengan nilai USD131,2 miliar, juga berhasil menyalip Tencent yang memiliki nilai USD130,9 miliar sebagai merek paling bernilai di dunia asal China. Ada sekitar 15 merek asal China yang masuk ranking 100 BrandZ, termasuk perusahaan elektronik Xiaomi (USD19,8 miliar) dan Meituan (USD18,8 miliar).
Firma teknologi, keuangan, dan ritel mendominasi daftar. Angkanya mencapai lebih dari dua per tiga. BrandZ hanya memasukkan merek yang diperdagangkan secara umum dan perusahaannya mempublikasikan keuangan mereka secara terbuka. Mereka kemudian melakukan wawancara serta melakukan analisis bisnis dan kinerja keuangan setiap perusahaan.
Dalam survei serupa yang dirilis Brand Finance pada Mei lalu, Amazon juga berada di puncak ranking. Brand Finance menyatakan nilai merek Amazon naik sekitar 42% pada tahun lalu atau menjadi USD150,8 miliar. CEO Brand Finance, David Haigh, mengatakan, berdasarkan performa saat ini, merek Amazon kemungkinan besar akan terus tumbuh pesat.
“Amazon merupakan brand paling besar dan paling berpengaruh di dunia dengan pertumbuhan yang tak terhentikan,” ujar Haigh di situs brandfinance.com. “Kekuatan dan nilai merek Amazon mendorong para pemegang saham untuk memperluas sektor bisnis ke berbagai wilayah tanpa lelah. Amazon merupakan merek kuat,” tambahnya.
Sebaliknya dari Amazon, Apple yang mengalami penurunan sebesar 27% dinilai memiliki masa depan yang suram. Menurut Haigh, Apple gagal mendiversifikasi bisnis dan terlalu bergantung pada penjualan iPhones yang menyumbangkan dua per tiga dari pendapatan. Ketergantungan itu menyebabkan Apple terpuruk.
Penjualan iPhone X pada kuartal keempat (Q4) 2017 juga tidak mencapai target dan direncanakan akan dihentikan pada tahun ini. Dengan adanya merek-merek baru yang lebih terjangkau seperti Huawei, Apple dikenal sebagai merek produk mewah sehingga potensi nilai pertumbuhan merek Apple menjadi lebih terbatas.
Google yang hanya mengalami pertumbuhan sebesar 10% atau menjadi USD120,9 miliar juga tidak mampu menyaingi Amazon. “Iklan online Google menghasilkan lebih banyak lalu lintas dibanding perkiraan. Performanya kuat. Namun, untuk dapat bersaing, Google perlu memperluas sektor bisnis,” kata Haigh.
Di tengah era digital, mayoritas merek teratas di ranking Brand Finance juga didominasi perusahana teknologi. Di posisi keempat ada Samsung dengan USD92,3 miliar diikuti Facebook dengan USD89,7 miliar. Keduanya mengalami pertumbuhan nilai masing-masing sebesar 39% dan 45% pada tahun lalu.
Orang Terkaya
Dengan kesuksesan ini, pendiri Amazon, Jeff Bezos, menjadi orang terkaya di dunia dengan total kekayaan sekitar USD132 miliar pada Februari tahun ini. Sumber lain kekayaan Bezos berasal dari situs ritel Zappos dan Audible yang menjadi platform para vendor pihak ketiga yang menyediakan layanan komputasi cloud.
Tentu, Amazon tetap menjadi sumber kekayaan terbesarnya. “Amazon membukukan pendapatan USD233 miliar pada 2018,” ungkap laporan Bloomberg. Jeff Bezos memiliki 16% saham di Amazon yang merupakan perusahaan ritel online terbesar di dunia. Dia juga memiliki perusahaan eksplorasi antariksa Blue Origin. (Muh Shamil)
(nfl)